"Asha, ini yakin aman?" tanya Jake ragu.
"Ck, barusan yang ngajak nyari sarapan, siapa sih?" sebalnya.
"Ng.. Aku cuma agak takut."
"Loser." ceplos gadis itu.
Tidak! Tidak bisa, Jake tidak mau dianggap lemah oleh siapapun. Apalagi oleh perempuan. Maka dari itu ia langsung menaiki motor yang sudah ditumpangi oleh Asha.
Begitu Jake duduk di motor itu, awalnya ia biasa saja sampai Asha menyalakan mesin motornya tersebut. Refleks, Jake langsung memegang bahu Asha.
Gadis itu melihat wajah Jake cukup ketakutan lewat kaca spion motornya. Ia menggeleng pelan sambil tersenyum yang menyiratkan sesuatu.
Di jalan, ia membawa motornya dengan tempo yang normal. Tetapi saat jalanan yang ia lewati cukup sepi, gadis itu menaikkan kecepatan motornya yang membuat lelaki di belakangnya teriak ketakutan.
"Asha!"
Gadis itu hanya tertawa puas saat merasakan cengkeraman keras Jake di bahunya, tetapi tawa itu hilang saat Jake tiba-tiba memindahkan kedua tangannya ke pinggangnya.
Jake memeluk Asha.
Untuk sejenak, fokus Asha menghilang karena terlalu kaget. Tetapi buru-buru ia meraih kesadaran itu sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Asha melihat toko roti di depannya yang baru saja buka, ia buru-buru mengarahkan motor tersebut pada toko tersebut.
Saat keduanya sudah sampai, Asha langsung menepuk punggung tangan Jake yang berada di perutnya.
"Lepas!"
Jake spontan langsung melepasnya sambil turun dari motor.
"Maaf." ujarnya.
Keduanya berjalan memasuki toko roti itu dengan Asha yang masih sesekali memelototi Jake. Mereka mengelilingi rak-rak yang berisikan berbagai macam roti dengan teliti, memilih apa yang disukai dan yang menarik.
Asha mengambil dua bungkus roti yang bertaburkan abon, dan satu bungkus roti sosis panggang.
"Gak beli?" tanya Asha pada Jake yang hanya menatap pada jajaran roti tersebut.
"Bingung mau yang mana, gatau rasanya." jawab Jake dengan tangan kanannya yang berada di dagu.
"Semuanya enak."
"Tergantung selera." tambah gadis itu.
Setelah hampir lima menit berpikir, akhirnya Jake mengambil satu buah roti pisang yang bertaburkan keju.
"Cuma itu? Yakin cukup?" tanya gadis itu memastikan.
Jake memandang roti yang ada di tangannya, lalu ia mengalihkan matanya pada lemari es yang berada tidak jauh darinya. Ia melangkahkan kakinya dan membuka lemari es tersebut untuk mengambil sekotak susu vanila yang berukuran cukup besar. Lalu ia kembali ke hadapan Asha.
"Cukup." ujar lelaki itu dengan cengirannya.
Asha langsung berjalan ke meja kasir untuk melakukan pembayaran diikuti dengan Jake di belakangnya. Setelah mereka selesai melakukan pembayaran, Asha dan Jake langsung pulang. Tetapi saat Asha sudah siap dan menunggu Jake naik, gadis itu menatap bingung ke arah lelaki tersebut.
Jake diam, tak lama dia bersuara, "Jangan ngebut, takut."
Asha tergelak dengan kalimat itu, ia mengangguk sambil mengiyakan. Setelah sepakat, mereka langsung membelah jalanan untuk kembali ke rumah.
Sesampainya di rumah, Jake terlebih dahulu masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Ia membuka paper bag yang berisikan belanjaannya tadi.
Asha menyusul beberapa detik setelah Jake terlebih dahulu masuk, gadis itu juga mengambil roti yang dibelinya. Tak lupa ia memisahkan roti lainnya untuk nanti.