CHAPTER 26

7.3K 520 6
                                    

"Hari ini aku akan pergi ke tempat Bu Puji!" gumamku sembari merapikan celana.

"Adrian! tolong ambilkan ibu minuman!" teriak ibu dari dalam biliknya.

"I-iya buuu---"

Segera aku berlari mengambil segelas air putih. Seketika aku teringat bagaimana kondisi Raya dan bapak dirumah sakit, sudah pagi belum ada kabar juga.

"Ini Bu,"

Ia mengambil gelas dari genggamanku.

"Bapak telfon tidak Bu?" tanyaku penuh dengan kecemasan.

Ia menggeleng, "Belum, ibu khawatir Adrian. Bawa ibu kesana ya!"

Sebelum aku menjawab keinginan ibu, ponsel yang berada diatas meja yang tak jauh dariku berdering dengan nyaringnya.

"Bu, ada telfon!"

Ya, itu telfon dari bapak.

"Cepat angkat Adrian!"

Dengan buru-buru aku segera mengangkat telfon dari bapak.

"Ha-haloo, pak!"

Sengaja aku keraskan volumenya agar ibu mendengarnya juga.

"Adrian, ibu mana?"

"Aku disini mas, gimana kondisi Raya??"

Aku sangat gemetar memegang ponsel ibu, entah mengapa hatiku tak karuan rasanya.

"Ra-rayaa, sudah tidak ada---"

Deg!

"Maksudmu apa mas!" bentak ibuku.

"Raya meninggal Sania! apa kamu tidak mengerti!"

Tangis kami langsung pecah, bapak pun sama lewat sambungan telepon.

"--- Aku akan pulang sekarang, kalian tunggu saja!" ucap bapak.

"Mas, kamu bohong kan! kita baru saja kehilangan janin kembar kita!" timpal ibu.

"Ah sudah, kamu jangan berlagak sedih Sania! aku akan tau semuanya!"

"Mas, maksudmu apa! mass--"

Tak berlangsung lama, bapak langsung mematikan sambungan telepon kami. Aku tak mengerti apa yang dimaksud bapak obrolan tadi.

"Ibu berbuat apa? kenapa bapak bisa bicara seperti itu Bu??" aku yang sangat penasaran memulai bertanya pada ibu.

"Ibu tidak tau!"

Aku keluar dari kamar ibu dengan wajah merah dipenuhi dengan cucuran air mata.

"Ra-ya!"

Kulihat adikku Zaki, hanya dialah adikku sekarang sedang bermain sendiri dipojok kamar.

"Zaki---"

Ia menoleh dengan wajah lucu khas umurnya.

"Bang--"

FAMILY IN DANGER ( LENGKAP )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang