Matahari telah menyembunyikan sinarnya, berganti dengan terangnya bulan. Jam tangan yang terpasang dengan baik di pergelangan tangan kirinya sudah menunjukan pukul 22.30 dan Herma baru sampai setelah pertemuan dengan kliennya sejak pagi tadi. Memasuki kawasan rumahnya, Herma dikejutkan dengan Bundanya yang masih terjaga sambil menimang keponakannya yang sedang tertidur.
"Bund, Herma pulang." Sapa Herma sambil melepas jaket kulit yang ia gunakan.
"Masih ingat rumah kamu, Her. Kamu kemana aja sih berapa hari ini bikin Bunda khawatir."
"Maaf Bunda, Her kemarin kan dah bilang kalau Her lagi staycation. Lagi pengen menenangkan diri." Jawab Herma sambil mencuci tangan dan kakinya di kamar mandi bawah tangga rumahnya.
"Kamu lagi kenapa sayang, cerita sama Bunda kalau ada masalah."
"Enggak, Bund. I'm okay, kok."
"Biar Bunda tebak, kamu kepikiran si Rena ya?" Pertanyaan Bundanya membuat Herma yang baru saja akan mengecek handphonenya berharap mendapat pesan dari Gisela langsung menaruh kembali handphonenya.
"Bund, I'm done. Ga usah khawatir lagi."
"Bunda ngerti Her, tapi tatapan matamu ga bisa bohong. Bunda harap kamu bisa mencari pengganti Rena secepatnya dan yang lebih baik pastinya. Bunda yakin Rena ditakdirkan jadi teman kamu, bukan jodoh kamu. Inget ya Her, ga semua harus berawal dari teman jadi pacar. Bisa aja dari stranger jadi lover." Jelas sang Bunda.
"Maksud Bunda gimana?" Tanya Herma sambil mengerutkan dahinya.
"Kamu tuh jangan terlalu sibuk kerja. Bunda denger dari Jevan kamu seharian ini lagi ngurusin partner bisnismu sendiri kan? Kan bisa minta tolong asisten atau sekertarismu to Her. Jadi kamu ada waktu but dirimu sendiri buat cari jodoh misalnya." Sambung sang Bunda.
"Iya, Bunda. Nanti aku bakal luangin waktu buat diriku sendiri lebih banyak lagi. Bunda tenang aja yaa." Jawab Herma sambil menepuk bahu Bundanya dan dengan sedikit jailnya mencolek pipi keponakannya yang sedang tertidur.
"Ga usah jail ya Her, kamu nih dah jadi Om juga masih jail. Susah ini nidurinnya."
"Aku lagi pengen main sama Louis deh, Bund." Jawab Herma sambil masih menoel-noel pipi keponakannya yang masih berumur 8 bulan tersebut.
"Her, kamu tu minta ditendang sama mbakmu apa gimana sih. Si Louis dari tadi nangis, gara-gara kebangun, jadinya mbak mu nangis-nangis terus dari tadi."
"Loh, kok si mbak Ana yang nangis, kenapa tu, Bund?"
"Ya dia nangis karena stress liat si Louis nangis. Kamu tu mentang-mentang belum punya anak ya, ga tau apa mbakmu lagi stress baget gara-gara baby blues kayaknya."
"Oalah, ada kaya gitu juga ya bund? Aku baru tau sih bund jujur."
"Udah tau kan? Makanya jangan aneh-aneh sama mbakmu. Nanti kamu kualat loh kalo dah punya anak."
"Bunda nih mau nasehatin aku apa mau ngledek sih. Gimana mau punya anak, aku aja belum nikah. Punya pasangan aja belum." Jawab Herma sambil meminum air putih dingin.
"Ga tau, Her. Kok Bunda punya feeling bakal dapet cucu satu lagi ya dalam waktu dekat ini."
"Jangan-jangan kak Ana mau isi lagi, Bund?" Sontak pertanyaan tersebut langsung dihadiahi pukulan kecil dari ibunya.
"Ngawur kamu, kakakmu tu lagi KB. Lagian dia masih baby blues, jadi kemungkinan masih nunda sampai dianya stabil dulu sama nunggu si Louis gedean dikit."
"Ya terus siapa dong bund? Masa Herma? Atau mungkin si Bang Lukas kali."
"Ih masa si Dewi mau hamil lagi, anaknya udah kembar. Katanya dia mau punya anak lagi kalo anaknya udah umur 5 tahun, Her. Tapi bisa aja kalo kebobolan ga sih Her?"
![](https://img.wattpad.com/cover/311381201-288-k573213.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rules (æspa x dream 00)
FanfictionTidak pernah terbayangkan oleh ke 4 gadis yang tengah disibukan untuk meraih goals mereka masing-masing untuk 'dipaksa' melepas hidup mereka selama ini untuk bersatu dengan 4 lelaki tampan pilihan keluarga mereka. ✨Cast✨ - Karina æspa as Karin - Gis...