tiga

1K 114 3
                                        

Malam itu Hyunsuk lebih siap daripada hari sebelumnya. Namun entah kenapa ia pun merasa lebih malas dibanding biasanya.

Sekarang ia masih dalam posisi terlentang diatas kasurnya, di rumah sewaannya, di Gyeonggi. Sudah memakai pakaian paling rapi. Ponselnya terus bergetar daritadi, namun entah mengapa Hyunsuk tidak tertarik untuk meliriknya.

Ibunya sudah mengatakan bahwa acara hari ini Hyunsuk harus datang tepat waktu, pukul 8 malam. Namun sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 7 lebih 15 menit malam, dan Hyunsuk masih dalam kondisi terlentang.

Jelas ia akan terlambat, namun entah mengapa ia tidak peduli. Rasa malasnya lebih parah dibandingkan hari-hari sebelumnya. Rasanya hari ini ia akan menemui kesialan paling besarnya di tahun ini.

Ia masih dalam posisi yang sama sampai pukul 7 lebih 30 malam. Merasa dihantui oleh tanggung jawab, Hyunsuk bersusah payah bangkit dari posisinya dan mengambil kunci mobil miliknya. 

Hari ini ia menggunakan kemejanya yang longgar dengan celana berbahan jeans berwarna hitam. Ia mengancingkan semua kancing kemeja tersebut, kecuali kancing paling atas. Meskipun hanya satu kancing yang ia buka, namun tulang selangkanya terlihat jelas.

Melihat cerminan dirinya yang entah mengapa terlihat terlalu seksi, buru-buru ia mengganti pakaiannya. Tidak, tidak mengganti keseluruhan. Hanya memakai kaos putih sebagai dalaman.

Setelah kembali bercermin, ia mengangguk mantap dan berjalan masuk ke mobil. Melaju dengan santai. Tidak tahu jika di seberang sana, kedua orang tuanya sudah tidak sabar menunggu kehadiran sang anak.

***

"Hyunsuk! Kau pikir sekarang jam berapa?" semprot ibunya setelah melihat sosok anaknya yang berjalan santai tanpa beban. 

Anaknya terlambat lebih dari tiga puluh menit. Membuat tamu menunggu bukanlah sesuatu yang diajarkan oleh sang ibu pada Hyunsuk. Meskipun semua umpatan sudah berada di ujung lidahnya, namun segera ditelan bulat-bulat agar tidak menimbulkan kekacauan lainnya.

"Ayo masuk," ajak sang ibu setelah merapikan tampilan anaknya. 

Ia berdecak karena gaya pakaian Hyunsuk yang sangat aneh, dan tidak sesuai dengan keinginannya. Namun ia bisa apa? Hyunsuk itu mewarisi gennya sebagai orang paling keras kepala di dunia.

Siapa yang datang ke acara formal dengan kemeja longgar dan celana jeans yang bolong di bagian lutut? Hanya Hyunsuk. Bahkan jikalau sang ibu meminta Hyunsuk memakai setelan, Hyunsuk pasti akan datang dengan setelan jas, namun dengan tambahan aksesoris seperti kalung atau anting yang terlihat seperti preman.

Hyunsuk seolah tersetrum ketika mengetahui siapa yang ada di ruangan itu. Tidak, ia tidak terkejut dengan sosok sang ayah yang sudah basah oleh keringat karena gugup. Namun Hyunsuk terkejut bukan main dikarenakan kehadiran orang tua yang menjadi lawan bicara sang ayah.

Jelas ia mengenal kedua orang tersebut. Makanya sesaat setelah ia memasuki ruangan, ia membungkuk agak dalam. Kedua orang itu membalas dengan ramah, tanpa mempermasalahkan keterlambatan atau penampilan aneh Hyunsuk. Mereka sudah terbiasa dengan Hyunsuk.

Tentu mereka saling kenal. Mereka adalah orang tua Park Jihoon. Sahabatnya dulu, sekaligus mantan pacarnya. 

Benar saja, tak lama setelah Hyunsuk duduk di hadapan kursi kosong, Park Jihoon masuk dengan pakaian rapi dan senyuman paling manisnya. Saking manisnya Hyunsuk merasa bahwa kadar gula dalam tubuhnya meningkat drastis. Buru-buru dia menggelengkan kepalanya seolah membuang semua bayangan Jihoon dalam kepalanya.

"Ah, baguslah jika semua sudah berkumpul," ujar ayah Hyunsuk sembari mengusap keringat dinginnya yang bercucuran. Ia gugup setengah mati karena sang anak tak kunjung tiba meskipun anggota keluarga Park sudah lengkap.

happiness? || Hoonsuk || TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang