duabelas

739 90 14
                                    

Hyunsuk memasang wajah kesalnya. Bagaimana ia tak kesal, Jihoon menitahkan dirinya untuk menginap di apartemen Park Jihoon itu.

Hyunsuk siap kabur namun pergelangan tangannya digenggam penuh tenaga oleh lelaki yang memasang senyuman manisnya. Benar-benar, Park Jihoon adalah gambaran nyata dari bayi bertenaga Hercules.

"Kau yakin tidak mau mengganti pakaianmu?" ujar Jihoon yang sibuk di dapur. Tumpukkan piyama belum juga disentuh oleh Hyunsuk yang memilih melipat kedua tangannya di depan dada.

"Aku tidak akan lengah," bisiknya penuh amarah. Alisnya hampir tertaut jika saja Jihoon tak cepat-cepat mengusap dahi pria yang bertubuh lebih kecil darinya.

"Aku tidak akan melakukan apapun padamu, aku akan sabar menunggu," Jihoon mengulum senyumnya. Ia pandai menggoda amarah Hyunsuk.

Buktinya sekarang Hyunsuk malah semakin merapatkan lipatan tangannya di depan dada. Mengatupkan mulutnya kuat-kuat sampai Hyunsuk sendiri merasa sakit dibuatnya.

"Gantilah, kau mau tidur dengan pakaian seperti itu?" kali ini Jihoon sedikit meringis membayangkan Hyunsuk yang tidur dengan menggunakan pakaian uniknya itu. 

"Sudah kubilang aku tidak mau," Hyunsuk masih bersikeras dengan jawaban awalnya. Ia ingin pulang. Ingin memakai kaos putih yang sudah dipenuhi bolong dan celana training yang terlalu besar dan terlalu panjang untuknya.

"Aku berjanji tidak akan melakukan apapun padamu," Jihoon berkata dengan sangat tulus. Satu-satunya yang ingin ia lakukan dengan Hyunsuk malam ini hanya makan lalu tidur. Karena esok kegiatan mereka sangat padat.

Hyunsuk mencoba mencari niat jahat Jihoon, tetapi lelaki itu ternyata benar-benar tulus. Setelah memberi jeda agar tidak terlihat terburu-buru, ia mengambil piyama itu dan berjalan menuju kamar mandi.

Mengganti setelan pakaian uniknya dengan piyama berlengan pendek yang terlalu besar. Entah itu bahu kanan atau kirinya yang akan terekspos, atau mungkin sebagian dari dadanya yang terlihat jelas, yang pasti piyama itu memiliki potongan leher yang terlalu rendah untuknya. Ia juga menarik-narik celana piyama yang menelan seluruh kakinya.

Setelah keluar dari kamar mandi, dilihatnya Jihoon yang tengah menata meja makan. Tersenyum geli ketika melihat Hyunsuk yang berwajah masam dengan piyama yang seolah menelan seluruh tubuhnya. 

Karena lengan piyama itu pendek, Jihoon bisa melihat tato di salah satu lengan dalam Hyunsuk. Meskipun tato itu kecil namun Jihoon tetap merasakan gejolak yang memenuhi rongga dadanya. Ada penolakan yang tak terucap ketika melihatnya.

"Ayo makan," ajak Jihoon sembari menempatkan satu panci kecil sup di tengah meja.

"Baju ini kebesaran, aku mau minta ganti," Hyunsuk memprotes dengan suaranya yang dipenuhi rasa kesal.

"Kau cocok kok memakainya. Kau boleh menyimpannya, itu piyama baru," dusta Jihoon. Piyama itu bukan piyama baru, itu adalah piyama favorit Jihoon dan hampir setiap malam ia gunakan. 

Selama memikirkan pakaian apa yang harus ia berikan pada Hyunsuk, pikirannya terus dipenuhi dengan gambaran piyama favoritnya itu. Memikirkan bagaimana jika Hyunsuk yang memakainya.

"Baru? Kenapa baunya seperti bau pewangi pakaian?" Hyunsuk yang lebih cerdik ternyata bisa mencium kebohongan Jihoon.

"Aku mencucinya dulu. Kau memangnya mau pakai pakaian yang langsung dari toko? Kotor."

Hyunsuk tidak memprotes lagi. Ia memilih duduk dengan patuh dan menyendokkan nasi dan sesekali memakan sup buatan Jihoon.

Jihoon masih mengingat selera Hyunsuk. Jadi Jihoon berusaha menyesuaikan masakannya dengan selera Hyunsuk. Meskipun nampaknya Hyunsuk tak menyadari hal itu, tetapi Jihoon senang karena lelaki itu makan dengan lahap.

happiness? || Hoonsuk || TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang