sembilan

749 90 5
                                    

Mata Jeongwoo berkilat tajam, kedua tangannya terlipat di dada. Tak sekalipun ia mengalihkan pandangannya dari Hyunsuk. Sedangkan yang ditatap hanya balik menatap risih.

Sedangkan Haruto duduk di samping Jeongwoo. Meminum kopi yang dipesannya tadi. Ia sama penasarannya dengan Jeongwoo, tapi dia lebih santai daripada lelaki disampingnya. 

"Kenapa?" Hyunsuk mulai membuka mulutnya. Bertanya karena resah ditatap tanpa berkedip oleh Jeongwoo.

"Ponselmu kau jual?" sinis Jeongwoo. "Sepanjang akhir pekan aku berusaha menghubungimu, tapi kau tidak pernah menjawab sama sekali. Apa gunanya ponselmu itu?"

Hyunsuk mengusap telinganya kasar. Sejujurnya sepanjang akhir pekan ia terlalu sibuk mempersiapkan acaranya dan Jihoon yang akan diadakan akhir bulan ini. Ia terlalu mendalami perannya sebagai anggota tim event planner, maka tanpa sadar ia mempersiapkan acaranya itu dengan sangat baik.

Tanpa ia sadari hal itu menimbulkan pemikiran unik di kepala Jihoon. Selama menemani Hyunsuk yang sibuk kesana kemari, mempersiapkan ini itu, Jihoon mulai berpikir bahwa orang paling enggan itu justru menjadi orang paling antusias.

"Aku sibuk," jawab singkat Hyunsuk.

"Ah~ Hyunsuk aku serius," rengek Jeongwoo yang mendapatkan respon sekenanya dari Hyunsuk. "Setidaknya jelaskan masalah kau akan menikah akhir bulan ini."

Haruto mengiyakan tanpa bersuara. Ia menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Jeongwoo, takut kehilangan info sekecil apapun. Namun Jeongwoo malah mendorong lelaki itu menjauh.

"Jauh-jauh kau jangkung bodoh," umpat Jeongwoo.

Hyunsuk tersenyum melihat tingkah kedua sahabatnya ini. Sebelum Jeongwoo dan Haruto mulai merengek lagi, Hyunsuk membuka mulutnya, "aku benar-benar akan menikah akhir bulan ini. Aku tidak berbohong."

"Dengan siapa? Kau selama ini punya pacar?" hardik Jeongwoo.

"Tidak, aku menikah dengan mantan pacarku. Park Jihoon," jawab Hyunsuk menggoda kesabaran Jeongwoo. 

Benar saja, Jeongwoo mengenal lelaki bernama Park Jihoon, satu-satunya mantan kekasih yang dimiliki Hyunsuk, langsung merubah raut wajahnya. Rasa jijik dan rasa kesal meliputi seluruh tubuhnya. Namun belum sempat ia mengutarakan pendapat kasarnya, Haruto menyentuh punggung tangannya pelan.

Mendapatkan perlakuan itu, Jeongwoo terdiam. Lalu detik selanjutnya ia menjauhkan tangannya dari tangan Haruto. Melihat itu Hyunsuk yang penasaran, menyipitkan matanya penuh selidik.

"Kau mau menikah dengan lelaki bodoh itu?" Jeongwoo bertanya masih dengan emosi yang menggebu-gebu. "Ayolah Hyunsuk, dimana akal sehatmu?"

Hyunsuk tertawa pelan. "Akal sehatku hilang sudah lama, kau tahu itu," ujarnya, "lagipula aku tidak melakukan ini dengan gratis."

"Kau dibayar?" Haruto bersuara tak percaya.

"Bukan," Hyunsuk menjawab cepat. Ia tidak semurahan itu hanya untuk uang. "Ada 'lah alasannya, kalian tidak perlu tahu."

"Kenapa? Apa karena kami hanya temanmu? Kau tidak percaya kami?" protes Jeongwoo.

"Bukan begitu," Hyunsuk menghela nafasnya lelah.

Ia menatap Haruto dan Jeongwoo bergantian. Ada sedikit rasa segan pada mereka berdua. Hyunsuk selalu berpikir kalau dirinya hanya akan menambah beban pada keduanya.

Namun air wajah Jeongwoo dan Haruto yang tidak berubah, Hyunsuk akhirnya luluh. Ia mulai bercerita. Mengenai dirinya yang mendapatkan jaminan dari Jihoon, dan mengenai dirinya yang lelah dengan semuanya. Dan tidak lupa ia menceritakan mengenai dirinya yang berniat mengakhiri hubungan ini dalam waktu singkat.

happiness? || Hoonsuk || TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang