tujuh

745 96 7
                                    

Jihoon menghela nafas lega setelah sampai ke rumah sewaan Hyunsuk yang ternyata jauh dari Seoul. Ia meregangkan tubuhnya sesaat setelah keluar dari mobil. Pandangannya berkeliling melihat sekeliling, rumah Hyunsuk ternyata di kelilingi hamparan perkebunan.

"Kenapa keluar mobil? Tidak langsung pulang?" tanya Hyunsuk dingin.

"Kau tega mengusirku setelah aku mengantarkanmu jauh-jauh kesini?" protes Jihoon.

"Kenapa aku harus iba?" tanya Hyunsuk sinis. "Kau sendiri yang bersikeras mengantar, aku tidak meminta."

Setelah menemukan kunci rumahnya, Hyunsuk memutar knop pintunya perlahan. Memasuki rumah tersebut tanpa menutup pintu. Seolah mengizinkan Jihoon untuk masuk.

Jihoon yang menyadari tanda tersebut berlari kecil dengan hati yang melompat-lompat, sesekali berputar senang. Namun belum sempat ia masuk, sebuah cahaya menyorot wajahnya. Jihoon harus menyipitkan matanya, menghalau sinar menyilaukan itu merusak matanya.

"Siapa kau?" tanya lelaki tua yang menyoroti Jihoon dengan senter, penuh selidik.

"Dia tamuku, tidak usah khawatir paman," Hyunsuk muncul dari dalam rumah. 

"Kau ini, pulang malam terus," kata lelaki tua itu, sudah menurunkan senternya dari wajah Jihoon. Lalu mulai menasehati Hyunsuk yang belakangan selalu pulang kelewat larut.

"Sudahlah, dia sibuk bekerja 'kan?" kali ini istri dari lelaki tua itu membela. Ia berjalan disamping lelaki itu. "Masuklah, diluar dingin," perempuan tadi mengibas-ibaskan tangannya ribut, menyuruh Hyunsuk dan Jihoon masuk ke dalam rumah sebelum suaminya mengomel.

"Hati-hati di jalannya, diluar gelap," Hyunsuk sedikit berteriak ketika mengucapkan hal tersebut pada pasangan tua itu.

"Itu sebabnya aku membawa senter! Dasar bodoh," itu suara paman yang menyorot wajah Jihoon dengan senter yang ia bawa.

Mendengar umpatan lelaki tua itu membuat Hyunsuk terkekeh pelan. Jihoon yang mendengar suara tawa pelan Hyunsuk ikut tersenyum, meskipun ia tidak menemukan dimana titik lucunya. Yang ada dalam pikirannya adalah tawa Hyunsuk yang sudah lama tak terdengar kembali dan bergaung dalam kepalanya.

"Ayo masuk, sebelum tetangga lain curiga," ucap Hyunsuk sebelum kembali masuk rumah. Diikuti oleh Jihoon.

Saat masuk ke rumah Hyunsuk, yang pertama kali Jihoon rasakan adalah rumah itu terasa sangat kosong. Tidak banyak furniture disana. Hanya sofa panjang, televisi tabung, meja makan, kompor, kulkas, dan meja kopi yang terletak di depan sofa panjang.

Hyunsuk sedang berada dalam salah satu ruangan disana, mungkin kamarnya. Meskipun rumah itu terlihat kosong, Jihoon tetap penasaran dengan setiap sudutnya. Ia membuka pintu yang menuju kamar mandi yang sama sepinya, mengedarkan pandang sebentar lalu menutupnya kembali.

Berjalan kembali menuju sebuah ruangan yang terbuka. Ruangan itu kosong. Benar-benar kosong. Meskipun ia tahu ruangan itu kosong, tungkainya masih membawa seluruh tubuh Jihoon untuk memasuki ruangan itu. 

Badannya berputar mengikuti arah pandangan matanya yang sibuk menelisik tiap sudut ruangan itu. Entah mengapa ruangan itu terasa asing bagi Jihoon. Seperti ruangan itu menyembunyikan sesuatu, padahal sudah jelas ruangan itu kosong tanpa barang satu pun.

Hyunsuk berdiri di ambang pintu. Menyandarkan tubuhnya pada kusen pintu. Melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap Jihoon tanpa berkedip. 

Sosok lelaki itu ada di hadapannya. Tidak jauh dari dirinya. Jarak antara mereka dapat terhapus hanya dengan beberapa langkah. Namun yang bisa dilakukan Hyunsuk hanya menatap sosok itu dengan perasaan yang bercampur dalam dirinya.

happiness? || Hoonsuk || TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang