duapuluhsembilan

848 79 10
                                    

"Kau masih menyukaiku kan?" 

Hyunsuk menatap Jihoon dengan mata yang menyiratkan kebingungan. Entah darimana asal mula pertanyaan itu datang, tapi yang jelas pertanyaan semacam itu kurang pas ditanyakan ketika mereka tengah menyantap sarapan.

"Ji, kita sedang sarapan," Hyunsuk berkata dengan sendok yang masih menggantung di udara, menunggu dimasukkan ke dalam mulutnya.

"Iya, aku tahu. Tapi, apa kau masih menyukaiku?" tanya Jihoon lagi.

Dahi Hyunsuk semakin berkerut. Perlahan ia memasukan sendok yang sedaritadi menggantung di depan wajahnya. Mengunyahnya perlahan dengan mata yang masih terpaku pada Jihoon.

"Kita sudah menikah selama satu tahun lebih," jelas Hyunsuk perlahan.

"Aku tahu," geram Jihoon. "Tapi, apa kau masih menyukaiku?"

"Ah, kau selalu mengada-ngada," akhirnya Hyunsuk menyerah dengan kebingungannya. Kini ia kembali mengunyah dalam tempo normal dan mengambil beberapa makanan tanpa segan.

Sedangkan Jihoon kini menekukan wajahnya. Sendok yang ia pegang, disimpannya dengan gerakan yang sedikit menghentak. Menimbulkan suara kelontrang pelan.

"Makan dulu, nanti kita mulai dramanya setelah aku kenyang," ujar Hyunsuk acuh.

Jihoon menolak makan. Ia menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi sembari menatap nyalang pada Hyunsuk. 

Ia tak sadar bahwa sikap dan sifatnya belakangan ini sangat aneh. Bahkan Hyunsuk sendiri dibuat merinding ketika harus mengahadapi Jihoon. 

Terkadang suaminya akan bertanya apa aku tampan? saat Hyunsuk tengah melakukan meeting online dengan kondisi microphone yang menyala. Atau saat Hyunsuk berada di kamar mandi, Jihoon akan menerobos masuk dan mulai menyanyikan lagu dengan nada sumbangnya.

Dan ya, pertanyaan yang sering Jihoon utarakan adalah, apa kau masih menyukaiku? Pertanyaan itu terkadang muncul di tempat yang tak terduga. Saat sarapan –seperti sekarang, saat mereka menunggu lift di gedung apartemen mereka terbuka, saat mereka tengah berada di keramaian, atau bahkan saat mereka hendak bergumul diatas ranjang. 

Hyunsuk sering kali dibuat malu dan salah tingkah. Pertanyaan acak dan asal Jihoon terlalu aneh untuk dijawab olehnya yang telah menjalani kehidupan bersama Jihoon selama satu tahun lebih. 

"Dengar, aku ada meeting online hari ini, jangan dulu bertanya hal-hal aneh, mengerti?" jelas Hyunsuk yang sudah menggunakan kemeja rapi tetapi masih menggunakan celana pendek.

"Aku mengerti, kau pikir aku ini anak kecil?" cibir Jihoon.

"Ey~ tidak sadar diri," decih Hyunsuk.

"Tapi ini 'kan hari Sabtu, kau masih bekerja di hari Sabtu?" tanya Jihoon yang kini berada di sofa, merebahkan dirinya.

"Klienku bisa melakukan meeting hari ini," jawab Hyunsuk. "Awas kakinya, terlihat di layar," Hyunsuk memukul pelan kaki Jihoon yang tertangkap oleh kamera laptopnya.

"Kau galak sekali, sedang PMS ya?"

Hyunsuk melempar bolpoin yang ada di dekatnya. Tepat mengenai dahi Jihoon dan membuat sang suami mengaduh.

"'Kan, kau tidak menyukaiku lagi ya?" rengek Jihoon di sela-sela rintihannya.

"Masuk kamar! Kau dan pertanyaan bodohmu itu menggangguku!" Hyunsuk mendorong Jihoon agar ia beranjak dari posisinya. Namun bukannya bergerak, Jihoon malah menumpukan seluruh berat badannya pada sofa tersebut.

"Aku akan diam," Jihoon menutup mulutnya rapat-rapat setelah mengatakan itu. Kini ia memilih fokus pada ponselnya dan bermain permainan satu-satunya yang terinstal di gawainya itu.

happiness? || Hoonsuk || TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang