Jisoo pulang ke rumah dan langsung menuju kamarnya. Beruntung sedang tidak ada ayah dan ibunya di rumah. Ia meluapkan kesedihannya dibawah kucuran air shower, menangis dan memukul seluruh badannya. Ia benar-benar hancur, tidak tau harus bercerita dengan siapa. Setelah menenangkan diri, ia pun keluar dari kamar mandi bertekad untuk melupakan kejadian yang menyakitkan tadi dan tidak menceritakan kepada siapapun termasuk kedua orang tuanya.
Seperti yang sudah ia putuskan, Jisoo menjalani harinya seperti sediakala namun tidak seceria dahulu. Hari-harinya lebih sering ia habiskan untuk mendengar celotehan teman-teman sebayanya dan sesekali menimpali dengan senyuman dan tawa yang cukup dipaksakan.
***
"Pak, Putusan pengadilan telah keluar dan perusahaan dinyatakan pailit setelah gagal membayar hutang dengan KB Financial Group dan juga masih mempunyai hutang jatuh tempo dengan NongHyup Financial Group 1 minggu lagi". Hye Jin menjelaskan kepada atasanya. "Pemutusan kontrak dengan CJ berdampak pada meruginya keuangan perusahan Pak". Jong Gun bukan tanpa usaha, ia sudah menghubungi semua relasinya agar bisa membantu keuangan perusahaan yang sedang kolaps. Namun, tidak ada satupun relasinya yang bersedia membantunya. Begitulah bisnis, semua harus mempertimbangkan keuntungan dan kerugian. "Perusahaan juga masih harus membayarkan uang penghargaan masa kerja, uang penggantian hak, dan uang pesangon untuk para pekerja Pak". Begitulah penjelasan seberapa terpuruknya kondisi perusahaan Jong Gun, Ia menutup matanya sambil menghela nafas panjang "Kamu boleh keluar Hye Jin" Mendengar hal itu, Hye Jin meninggalkan ruangan Jong Gun.
***
"Ayah sudah mengurus perpindahanmu ke universitas di Amerika, Haein tidak akan menerimamu masuk ke perusahaan tanpa bekal ilmu yang memadahi" Seru Tae Jong kepada Sehun. Dengan penuh petimbangan Sehun pun menuruti kemauan Ayahnya. Satu tujuannya masuk perusahaan ayahnya adalah membantu perusahaan milik ayah Jisoo. Baginya, kebahagiaan Jisoo adalah yang selalu ia doakan dan selalu dia usahakan. "Baik aku akan pindah ke Amerika" segera ia pamit meninggalkan ruangan ayahnya. Ia segera menghubungi Jisoo.
'Sooyaaa'
'We oppa'
'ada yang ingin aku bicarakan, sepulang sekolah ayo kita bertemu'
'tidak ada penolakan'
'dasar oppa, ;/'
';)'
Jisoo dan Sehun sekarang sedang duduk di taman kota. Mereka sama-sama memandang lurus jauh kedepan. "ya, apa yang ingin oppa bicarakan? kita sudah duduk diam disini selama 30 menit!" suara Jisoo memecah keheningan diantara mereka. "Oppa akan pindah ke Amerika" balas Sehun sambil mengarahkan matanya ke mata cantik milik Jisoo. Mendengar hal itu, Jisoo terlihat sangat terkejut "Hanya 4 tahun, setelah itu kita akan bisa bertemu lagi kan". "Oppa akan kuliah disana?" tanya Jisoo dengan suara lemahnya. Sehun pun menganggukkan kepalanya "Jangan khawatirkan aku oppa, jaga dirimu baik-baik disana" Jisoo memberikan senyum manisnya untuk menyemangati Sehun. "Penerbanganku malam ini" sahut Sehun yang membuat Jisoo kembali mengerjap. Mereka sekarang hanya bisa saling menatap sebagai salam perpisahan.
***
Jisoo telah sampai di rumahnya dan berniat untuk mandi terlebih dahulu sebelum makan malam dengan kedua orang tuanya. Beberapa menit berlalu, kedua orang tua Jisoo sudah siap dan menunggu Jisoo turun dari kamarnya. "Sooyaaa, cepat turun nak, makan malam sudah siap" untuk kesekian kalinya Sung Min memanggil Jisoo. "Kenapa tidak ada jawaban ya yah, sepertinya aku harus mengeceknya" Susul Sung Min ke kamar Jisoo yang telah disetujui oleh Jong Gun.
"Yeobo" teriak Sung Ming yang mengagetkan Jong Gun. Segera ia berlari menghampiri mereka berdua. Jisoo pingsan di dalam kamar mandi. "Saya akan memanggil dokter" setelah meletakkan Jisoo di atas ranjang.
"Kondisi seperti ini jangan dibiarkan terjadi lagi, dia tidak boleh banyak pikiran dan kecapean. Itu akan membahayakan kandungannya" papar Dokter setelah mengecek kondisi Jisoo.
"Kandungan" dada Jong Gun terasa sesak mendengar kata terakhir yang diucapkan dokter.
"Iya, kandungannya mungkin baru berusia 3-4 mingguan. untuk lebih jelasnya bisa konsultasikan lagi ke dokter kandungan saja" jelas dokter sambil memberikan resep untuk Jisoo kepada Sung Min.
Jong Gun benar-benar terkejut, setelah berita pailit perusahaanya, kolapsnya keuangan perusahaan dan sekarang putri semata wayangnya hamil. Jong Gun benar-benar kalut dan sekarang tidak sadarkan diri. Jong Gun langsung dibawa ke rumah sakit dan sekarang dalam perawatan intensif di ruang UGD.
Jisoo yang tersadar pun segera mencari keberadaan orang tuanya. "Nona tidak boleh banyak bergerak terlebih dahulu, istirahat di kamar saja kata Ibu" Yuri asisten di rumahnya menghampiri Jisoo dengan khawatir. "Dimana ayah dan ibu bi?" Jisoo mengabaikan permintaan Yuri. "Nona istirahatlah, sebentar lagi ayah dan ibu akan segera kembali" pinta Yuri kembali. "Saya tidak apa-apa bi, saya sudah sehat" sangkal jisoo. "tapi kata dokter kandungan nona lemah, jadi harus banyak istirahat dahulu" jelas Yuri yang membuat Jisoo terpaku. Jisoo terdiam dan tanpa sengaja memegang perutnya, tangisnya tidak dapat ia bendung lagi. "Dimana ayah dan ibu bi?!" tanya jisoo dengan paksa. Mendengar penjelasan bi Yuri, Jisoo segera menuju rumah sakit.
Sesampainya Jisoo di rumah sakit, Ia langsung menghampiri Ibu nya yang sedang menangis tersedu-sedu. "eomma, bagaimana kondisi ayah?" tanya Jisoo dengan penuh penasaran. Sung Min masih tetap menangis tidak mampu menjawab pertanyaan Jisoo. Dokter pun keluar dan memberitahukan bahwa jenazah Kim Jong Gun akan segera dibawa ke rumah duka. Jisoo langsung terduduk lemas di lantai. Ia menganggap kematian ayahnya akibat kebodohan dirinya. Ia benar-benar menyalahkan dirinya sendiri. Hidupnya sudah sangat lengkap menerima kenyataan pahit ini.
Kabar meninggalnya Kim Jong Gun pun sampai ketelinga Haein. "Kim Jong Gun meninggal dunia" tutur Mingkyu melalui sambungan telepon. Bayangan mata indah yang berlinangan air mata kembali muncul dipikiran Haein. Mata yang menyadarkan dia dari perilaku brengseknya. Mata yang untuk pertama kalinya ingin ia lindungi. "Kirimkan ucapan belasungkawa ke kediamannya" perintah Haein untuk mengakhiri teleponnya. Jika tidak sedang di luar negeri, mungkin sekarang dia akan langsung menghampiri pemilik mata itu. Sayangnya, sekarang dia sedang ada di Jepang untuk urusan bisnis selama satu minggu kedepan.
***
Tiga hari setelah kematian ayahnya, Jisoo masih diliputi kesedihan yang mendalam. "Pergi dari sini!" Seru Sung Min yang mengejutkan Jisoo dari lamunannya. "Kamu pikir selama ini saya benar-benar menyayangi kalian?" tanya Sung Min dengan penuh sarkasme. "Itu hanya pura-pura untuk harta yang kalian miliki, dan sekarang ayahmu sudah meninggal tanpa meninggalkan warisan satu won pun, hanya rumah ini yang tersisa jadi sekarang kamu pergi" perintah Sung Min diiringi dengan barang-barang Jisoo yang telah dikemas keluar. Jisoo tidak menyangka dengan apa yang baru saja ia dengar dari Ibunya. Tanpa memberikan perlawanan, Jisoo pun akhirnya menuruti perintah Ibu sambungnya. Ia melangkah keluar tanpa mengetahui tujuan yang akan ia datangi.
![](https://img.wattpad.com/cover/312531393-288-k327033.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cruel Love
RomanceJisoo, gadis manis penuh dengan keceriaan dan semangat untuk meraih cita-citanya menjadi seorang artis. Dibuktikan dengan studinya di School of Performing Arts Seoul atau dikenal dengan SOPA. Dibesarkan di keluarga yang harmonis menjadikan ia tumbuh...