Shattering doubts

15.5K 1K 96
                                    


Noah takkan melupakan momen ini. Saat-saat ia menghabiskan waktu menyenangkan dengan Hans dalam satu hari dan remaja itu langsung pergi meninggalkan Inggris,

Dan saat dimana ia melihat langsung keterpurukan Alana.

Pengakuan Alana terngiang-ngiang di kepalanya. Itu membuatnya bimbang setengah mati.

Padahal ia sudah yakin sekali dengan perasaannya. Tapi begitu Alana mengaku lebih dulu, ia mendadak kelu.

Mendadak merasa takut, ia baru sadar ia belum siap menghadapi Alana lebih lagi.

Entahlah, Noah bingung dengan perasaannya. Itu membuatnya tanpa sadar memberikan jarak pada Alana.

Ia menjauh dengan sendirinya. Mereka tetap tidur seranjang namun tak ada interaksi di antara mereka. Noah sibuk dengan pikirannya, sementara Alana pun tak memaksanya.

Alana tersenyum pahit. Sudah ia duga pasti Noah akan menjauh. Harapannya yang sepersekian persen bahwa Noah akan membalas perasaannya langsung pupus.

Ia tak mengharapkan apapun lagi. Bahkan untuk hubungan D/S ini pun Alana sudah tak aktif lagi. Ini resiko jika membiarkan perasaan ini tumbuh. Lagipula ia udah pernah menghadapi kasus yang sama di masa lalu.

Di kantor pun sama. Noah akan menghabiskan waktunya seharian penuh di ruangan tanpa keluar sama sekali. Alana juga takkan berkunjung kesana kalau tidak diminta.

Mereka ke kantor pun sekarang Pak Uma yang mengantarkan. Semua benar-benar berubah.

Joy menatap temannya itu itu semakin terlihat seperti workaholic itu pun ikut sedih.

"Lan," panggil Joy untuk yang kesekian kalinya. Namun lagi-lagi Alana tak menjawab.

"Alana," Joy kali ini mendekat sampai ke depan komputer perempuan itu.

"Hm?" Akhirnya Alana merespon meski hanya dengan deheman, tanpa menoleh.

"Makan siang dulu," bujuk Joy sebisa mungkin.

"Duluan aja," lagi-lagi Alana menolak.

Joy mendengus. "Jangan dipikirin lagi, Lan.."

Ia tahu apa yang terjadi. Alana kemarin menceritakannya. Baru Joy sadar mengapa tiba-tiba atasan mereka itu berubah lagi, ternyata karena Alana juga.

"Gua kerja Joy, tugas gua banyak. Gada waktu gua mikirin itu. Lo makan duluan aja gapapa."

Joy menghela nafas putus asa. Temannya ini sangat keras kepala. Tapi kalau dipikir-pikir, kalau ia jadi Alana juga pasti akan melakukan hal yang sama.

"Lo cewek kuat," Joy menggenggam tangan Alana, berusaha menghibur.

Alana hanya tersenyum dan membiarkan temannya ini pergi. Setelahnya wajahnya mendatar kembali. Ia sempat melamun beberapa saat, saat Noah tiba-tiba melihat di kepalanya.

Perempuan itu berdecih. Menyesali diri sendiri yang tetap tak belajar dari pengalaman. Alana tak pernah beruntung dalam kehidupan asmara, namun ia juga tak kapok.

Sebenarnya kemarin Alana sedang mencoba peruntungannya. Ia berpikir Noah berbeda, ia pikir Noah tetap seperti apa yang ia bilang. Ia akan menerima perempuan yang ia cintai, apa adanya.

Mengingat itu rasanya Alana ingin menertawakan dirinya sendiri. Ia baru ingat, Noah memang mengatakan hal tersebut tapi bukan berarti kalimatnya mengarah padanya.

"Shit," umpat Alana tanpa sadar pikirannya menyakiti hatinya. Ia menggelengkan kepala dan kembali bekerja. Ia harus menyibukan diri.

Tak berselang lama, ruangan Noah terbuka dan pria itu keluar dari ruangannya. Wajahnya datar namun sorot matanya sayu.

My Boss is Submissive (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang