Noah's Family

26.8K 1.2K 73
                                    


Alana melongo. Ia kira Noah akan mengajaknya ke rumahnya yang Alana sering kunjungi. Tetapi ternyata Noah membawanya ke rumahnya,

RUMAH ORANG TUANYA!

Alana mematung, gugup setengah mati. Sial, Noah terlalu sat-set-sat-set. Mentalnya belum siap.

Dapat Alana rasakan genggaman tangan Noah semakin erat. Ia menoleh, menatap Noah yang tersenyum padanya.

"You really want to be my wife right?”

Alana mengangguk tipis membuat Noah sedikit melayang dibuatnya.

"let my mama know how amazing the woman who will be my wife is."

Pipi Alana bersemu jelas, Noah dapat melihatnya. Reflek ia mengecup pipi hangat itu membuat Alana mematung.

"Wow"

Alana dan Noah menoleh kaget ke arah pintu masuk rumah Noah. Seorang anak laki-laki dengan celana pendek dan baju putih polosnya menganga kaget melihat sang abang begitu romantis dengan pacarnya, membuat roti yang hendak ia makan melayang saja di depan mulutnya.

"Mah.."

Noah panik, "Mike diem, bro, listen—"

"—MAMAA BANG NOAH PULANG BAWA CEWEK!" Mike berlari kembali masuk ke dalam rumah.

Noah menghela nafas panjang. "Oh my God"

—————

Disinilah mereka berdua sekarang. Duduk di kursi sofa berhadapan dengan mama papa Noah, Gabriella dan Roy.

Roy terlihat santai saja. Memang bagus toh? Akhirnya anak sulungnya menemukan pelabuhan terakhirnya.

Sementara Gabriella terus menatap Alana mengintimidasi, penuh kecurigaan. Perempuan macam apa dia ini? Yang berhasil merobohkan benteng pertahanan Noah sampai anak sulungnya sangat berusaha membatalkan perjodohan kemarin?

Tapi dari cara duduknya dan cara dia tersenyum, Gabriella sedikit mempertimbangkan. Alana ini seperti berasal dari keluarga bangsawan. Atau mungkin etikanya memang sebagus itu.

"Kau tinggal sendiri disini?" tanya Gabriella akhirnya.

"Tidak, tante," jawab Alana sopan.

"Panggil saja mama dan papa seperti biasa, tidak perlu terlalu formal." sahut Roy dipelototi sang istri.

"Dia belum kita restui!" bisik Gabriella keras.

Roy mengibaskan tangannya tak niat. "Hanya kau yang tak restu. Aku sudah merestuinya. Siapapun yang membuat anak kita bahagia, aku merestuinya."

Gabriella mendengus, menyesali tingkat kesantaian sang suami.

"Alana ikut saya,"

"Mah." Noah mencekal tangan Alana, mencegah sang mama mendekat.

"Apasih kamu? Mama cuma mau ajak Alana ke dapur. Minggir!" lawan Gabriella tetap mengajak Alana menjauh dari radius anak sulungnya yang tampak posesif itu.

Noah tampak khawatir saat sang puan dibawa pergi, namun papanya malah tertawa.

"Tenang Noah, mamamu hanya mengetes kemampuannya sebagai perempuan."

Noah mendesah malas. Baiklah kalau begitu.

———

"Ini ada ayam, bunga kol juga ada, nasi dingin sama bumbu ada. Coba olah ini semua. Saya ingin menilai masakanmu."

Alana menatap bahan-bahan masak yang dikeluarkan Gabriella semua dari kulkas. Rasa gugupnya menguap, ia jadi memutar otak akan memasak apa.

Setelah dapat ide, Alana mulai mengeksekusinya.

Gabriella duduk di kursi makan. Memperhatikan cara Alana memotong bawang dan memotong ayam. Gabriella mengangguk-angguk, tidak buruk juga.

"Boleh aku tau tentang keluargamu?" tanya Gabriella mencoba mengajak berbicara.

Alana tampak mengulum bibirnya sejenak sebelum mulai bercerita. "Mama papaku cerai, jadi sebelumnya aku tinggal disini karena ikut papa. Dan sekarang papa sudah tiada, jadi aku tinggal sendiri."

Gabriella menutup mulutnya. "Maaf,"

"Tidak masalah, Tan." Alana tersenyum tipis tanpa mengurangi konsentrasinya dalam memasak.

"Lalu mama mu?"

"Mama masih ada, dia tinggal di Korea bersama pacar barunya dan membawa adikku juga. Hubungan aku dan mama ku tidak terlalu baik."

Gabriella mengangguk paham, mulai tertarik dengan perempuan ini. Independen, tutur katanya sopan, dan juga cantik.

Jangan-jangan perempuan ini dominan sampai bisa membuat anak sulungnya itu menjadi cengeng.

"Apa kamu penasaran mengapa saya menjodohkan Noah dan Mellisa?" tanya Gabriella lagi.

"Sedikit? Tapi tidak terlalu."

Gabriella tersenyum. "Awalnya saya mengira Noah terlalu bebas jadi tidak dapat menentukan pilihannya. Itu sebabnya saya menjodohkannya pada Mellisa. Karena Mellisa juga gadis yang tidak terlalu buruk dengan segala kebutuhannya. Saya tak tau Noah sudah tenggelam dalam pesonamu."

Pipi Alana bersemu merah. Ia menggaruk pelan pipinya yang tiba-tiba gatal.

"Boleh aku tanya sesuatu?" tanya Gabriella lagi. "Apa kau benar-benar mencintai anakku seperti bagaimana ia mencintaimu?"

Alana menatap Gabriella, antara karena pertanyaannya atau karena makanannya sudah selesai.

Alana tak langsung menjawab, ia menyajikan semua makanan itu terlebih dahulu pada calon mertuanya ini.

Gabriella tersenyum Sirat makna, sepertinya ia mengerti mengapa Alana tak langsung menjawab dan lebih memilih menyajikan ini terlebih dahulu.

"Hm, enak. Rasanya pas," komen Gabriella setelah mencicipi sup ayam yang dibuat Alana. "Noah suka sup ayam."

Alana mengangguk, sebuah fakta baru yang baru ia tahu tentang Noah. Untunglah masakannya tak buruk.

Alana terus memperhatikan Gabriella yang menyantap makanannya dengan khidmat. Melihat Gabriella ini membuatnya mengingat tentang mamanya di Korea.

Gabriella tampak sangat menyayangi Noah sementara Noah sendiri ingin menjauhi mamanya. Seperti keadaan mamanya dan juga Hans disana.

"Aku mengenali anakku, walau mungkin sekarang tidak sedalam bagaimana kamu mengenalinya. Tapi aku tetap menyayanginya, tolong saling menyayangilah kalian."

Nafas Alana tercekat. Ucapan penuh harap dari Gabriella membuatnya sedikit merasa sedih.

"Kalau suatu saat, Noah berbuat kesalahan atau kau sudah tak menyayanginya, katakan pada kami agar kami tau kapan harus membawanya pulang."

Gabriella tersenyum, mengelus tangan lentik Alana meyakini.

Senyumnya menular, Alana mengangguk menggenggam tangan keriput Gabriella.

"Saya akan terus mencintai Noah, sekarang dan sampai seterusnya."

Tanpa sadar ada seseorang yang terus menguping pembicaraan keduanya dari balik kulkas. Orang itu kini bersender di kulkas sampai terduduk memegangi dadanya.

Mike yang tadinya ingin ambil minum, keheranan melihat abangnya seperti kerasukan itu.

"Mamaaaaa!"

"HEH!" Noah terkejut tiba-tiba Mike datang dan berteriak, ia langsung membekap mulutnya dan membawa pergi dari dapur.

Gabriella dan Alana melihat keduanya sambil menahan tawa.

"Sudah lama aku tak melihat mereka seperti itu."

Alana tersenyum. Sepertinya memang sudah seharusnya ia menerima Noah.








My Boss is Submissive (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang