Last Play

17.5K 1K 64
                                    


Alana tak tahan. Ia benar-benar dejavu dengan tingkah Noah kali ini dan itu membuatnya berpikir untuk mengambil keputusan nekat.

Ia takkan menggunakan hatinya setelah kesalahan yang ia buat. Logikanya memaksa untuk menyelesaikannya.

Sebelum Noah yang meninggalkannya, lebih baik ia yang meninggalkan Noah lebih dulu.

Wajahnya yang datar pun mengeras. Noah mengirimi pesan bahwa ia takkan kembali ke kantor dan menyuruhnya pulang duluan.

Melihat rekan-rekan kerjanya mulai meninggalkan ruangan satu persatu, Alana menutup file pekerjaannya. Ia membuka file yang lain, menyunting beberapa kalimat dan menyetaknya langsung.

"Lan, Pak Noah belum balik?" Joy yang sudah siap menyandeng tasnya pun menghampiri Alana yang masih sibuk dengan komputernya.

"Belum, pulang duluan aja," jawab Alana seadaanya tanpa mengalihkan pandangannya.

Joy merasa ada yang aneh. Ia melirik ke arah kertas yang keluar dari mesin printer. Perempuan dengan tinggi lumayan itu melotot, merampas kertas tersebut sebelum Alana mengambilnya.

"Alana!" pekik Joy tak percaya, membaca surat perjanjian akhir kontrak itu. "Apa ini woy?!"

"Balikin kertasnya—"

"—jawab gue dulu!" Tanpa sadar Joy membentak membuat Alana mematung. "Apa maksud lo bikin ginian?!"

"Setelah semua yang lo lihat? Lo masih nanya?" balas Alana dengan pandangan menajam.

Joy membelalak, "Tapi lo gak harus kaya gini—"

"—gua gak sekuat itu, Joy!" Nada bicara Alana bergetar pelan. "Gak bisa, gua gak mau ngulang masa lalu gua!"

"Pak Noah bukan mantan lo, anjing?! Gak semua cowok harus lo samakan!"

"Bullshit!" umpat Alana geram, Joy juga tak mengerti dirinya. "All men are the same! Both my papa, my ex, and Noah!"

Mata indahnya kini memerah dan sedikit berkaca-kaca. "Kalau lo gak paham gausah ikut campur. Mending lo pulang duluan."

Alana tak peduli kertas yang remuk di tangan Joy. Ia memilih mencetaknya ulang.

Hati Joy sakit mendengar ucapan Alana. Sedikit merasa kecewa karena tak pernah bisa mengerti isi hati Alana.

"Alana Painter, dengerin gue .." Joy tidak bisa menyembunyikan perasaannya sedihnya. "Lo dominan, gua paham gua tau gua ngerti. Gua juga paham sebesar apa perasaan lo ke Pak Noah tanpa harus lo jelasin. Tapi lo gak harus ngorbanin hubungan lo kaya gini, Lan.."

Alana diam, menganggap ucapan Joy adalah angin lalu. Ia menyetak 2 salinan surat perjanjian itu. Setelahnya ia memasukan kertas itu ke tas dan bersiap pulang.

"Temen gue cuma lo, Alana!" air mata Joy meluruh, ia mencekal lengan perempuan itu. "Lo kalau mutusin kontrak kalian sekarang, dengan kondisi kaya gini besar kemungkinan lo juga bakal resign! Gua gak mau sendirian Lan..."

Alana menggigit bibirnya merasa berat hati.  Ia jadi memikirkan temannya ini. Satu-satunya orang yang sering membuatnya kesal namun selalu ada disampingnya.

"Nanti gua pikirin lagi, ayo pulang." Pada akhirnya Alana hanya berujar seperti itu.

Joy memeluk Alana erat. "Lo masih jadi perempuan kuat,"

Alana tersenyum tipis, samar dan tersirat.

💔💔

Noah mengusak rambutnya kasar. Ia mengeratkan pegangannya pada setir dengan kuat sampai urat-urat tangannya bermunculan. Perasaannya kacau sekali.

My Boss is Submissive (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang