with Ronald

35.5K 1.7K 48
                                    


Noah merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuk setelah Alana mendorongnya. Ia meringis ngilu di sekujur pinggul ke bawah.

Pria itu merentangkan tangan dan kakinya dengan kejantanan keluar dari celah resletingnya. Sementara Alana hanya memandangnya datar sambil berdiri.

"Saya tak suka laki-laki yang tak penurut, Noah." suara Alana terdengar semakin dingin membuat dada Noah kembali nyeri.

"Maaf..." lirih Noah pelan. Ia menahan nyeri yang merambat kelopak matanya juga.

Lama Alana bergeming disana membuat Noah frustasi. Kejantanannya yang tadi menegang kembali mengerut dan lemas dianggurin perempuan itu.

Setelahnya Alana berlutut, tangannya membuka gesper celana Noah dan melepaskan kancingnya. Meloloskan celana kain itu sebatas lutut dan menurunkan celana dalam hitam itu juga.

Tampak selangkangan Noah merah-merah di beberapa sisi. Bahkan ada yang membengkak. Alana terkejut karena amarahnya bisa membuat Noah seperti ini. Pantas saja ia kesulitan berjalan bahkan setelah mandi air dingin.

"Shhh" Noah mendesis merasakan sesuatu yang dingin dioleskan ke selangkangannya. Pedih dan sejuk langsung merayapi kulit bagian bawah tubuhnya itu.

Alana tengah mengoleskan salep yang bisa meredakan rasa sakit dan bengkak di kulit. Sensasi dingin itu bisa mengompresnya. Tangan lentiknya menari lembut di atas kulit halus dan berbulu Noah.

"Shh ahh" desahan tertahan keluar dari mulut pria itu saat akhirnya tangan Alana mengelilingi kemaluannya.

Membuat miliknya itu kembali berdiri. Wajah Noah memerah malu saat kejantanannya kembali bereaksi di depan wajah Alana.

"Ahh mommy..." Noah mengigit dasinya berusaha menahan suaranya. Nafsu dan birahi mulai menguasai pikiran. Miliknya terasa dimanjakan oleh tangan cantik Alana.

Sementara gadis itu hanya mengoleskan salep itu di sepanjang kejantanan Noah yang ia rasa semakin besar dan berurat. Ia tak berniat mengocoknya, ia tak mau Noah semakin berharap padanya hari ini.

Setelah selesai, Alana berdiri dan mengenakan kembali celana Noah. Membiarkan kejantanannya yang masih sekeras kayu itu mendongak menghadap perut kotak-kotak pria itu.

Alana mengelusnya di balik celana kain itu sebelum menyelimuti Noah dan menghidupkan AC tambahan di kamarnya.

Cup

Noah yang sejak tadi memejamkan mata sontak membelalak saat bibir basah Alana mendarat di pelipisnya.

"Istirahatlah. Biar aku yang mengurusi semua." ujar Alana lalu memberikan dua kecupan lagi di kedua pipinya lalu pergi.

Noah memandang perempuan itu lama sampai pintu kamar pribadinya tertutup rapi.

Laki-laki itu kembali merebahkan kepalanya terasa penat. Ia menghela nafas berat. Alana telah mengacaukan pikirannya.

***

"Lan, sini deh,"

Alana yang tadinya sibuk mengetik langsung menoleh ke arah Joy yang tengah mengobrol dengan rekan kerjanya yang lain.

"Hm?" Alana menghampiri mereka dan berdiri tepat di sebelah Emili, menghadap Joy.

"Anak-anak pada pengen makan siang bareng, ikut gak?" tanya Joy menawari.

"Dimana?" tanya Alana lagi..

"Di Guan Cafe, Bu Lan," Emili yang menjawab. "Tempatnya kembaran ibu,"

Alana tertawa. Jokes lama ini sudah lama tak ia dengar. "Kembaran darimana, cuma namanya mirip doang,"

Mereka semua tertawa meski tak tau letak kelucuannya dimana. Tapi benar saja, Guan Cafe adalah langganan karyawan Oxcorp dan pemiliknya adalah seorang perempuan yang namanya mirip dengan Alana yaitu Alina.

Jika orang hanya mendengar namanya saja mungkin mereka akan mengira Alana dan Alina adalah saudara kembar namun sebenarnya tidak. Lagipula secara fisik mereka juga berbeda.

"Jadi makan disana?" tanya Alana kembali memastikan.

Mereka semua mengangguk. "Tapi pada tebeng-tebengan. Lo cari Tebengan deh, gua udah sama Ken,"

"Kalian? Udah ada tebengan?" tunjuk Alana pada yang lain.

"Udah Bu, saya sama Pak Kevin," kata Rumi.

"Saya sama Leon!" Emili tunjuk tangan dengan semangat.

"Loh saya kira kamu sama Ronald?" Alana meringis saat heelsnya terasa dipijak. Ia melotot ke arah Joy yang juga melotot ke arahnya.

Emili tertawa renyah, walau Alana tau itu tawa paksaan. "Leon udah saya ajak duluan Bu. Kalau ibu mau sama Ronald kayanya bisa deh,"

"Eh tapi--"

"--RON!" Terlambat, Emili terlanjur exited langsung memanggil rekan kerja mereka itu.

Ronald yang sedang ngeprint langsung menoleh. "Apa Mel?"

"Entar Bu Alana nebeng lo ya!" seru  Emili tak malu berteriak di kantor.

Alana hanya diam salah tingkah membuat Joy gemas ingin menamparnya.

"E-eh, emang Bu Alana mau naik motor saya?" Ronald tampak salah tingkah, ia menggaruk tengkuknya heran.

Alana menatapnya bingung namun sambil tertawa. "Kok nanya nya gitu sih? Ya mau aja dong kan gapapa,"

"Kan biasanya Bu Alana kan pake mobil gitu loh... Minder saya..." Ronald tertawa paksa meski merah wajahnya tak berbohong.

Joy menatap Alana dengan tatapan menggoda sementara perempuan itu juga tertawa. "Gapapa kok. Jadi saya boleh sama kamu?"

"Ibu mau?"

"Iya mau,"

Senyum Ronald mengambang lebar. "Oke Bu nanti ibu tunggu di pintu masuk aja, motor saya yang samperin ibu!"

"Hm.. Mulai.." cibir Emili denganw akan julidnya membuat Ronald mendelik.

"Diem atau gua fotokopi muka lo disini?" ancam Ronald bercanda. Membuat perempuan-perempuan disana tertawa.

Lagi-lagi Joy menoel lengan Alana membuat perempuan itu berdecak. "Apa njeng?!"

"Santai goblok," balas Joy mengumpat. Ia menarik tangan Alana untuk memisahkan diri dari rekan kerjanya.

"Gimana Pak Noah?" bisik Joy tanpa basa-basi di pojok ruangan tempat mejanya berada. "Gua liat masih ngangkang aja dia. Lebih parah dari kemarin, lu gempur apa gimana?"

Alana menatap Joy risih dengan wajah jijik. "Nengok-nengok Pak Noah mulu lo? Suka?"

"Dih?!" pekik Joy tak terima. "Cemburu lo?! Gila lo cemburu kok sama gua, jelas-jelas lo tau gua naksir modelan Ken? Mau selingkuh juga milih-milih gua deh."

Alana mendengus. "Kemarin gua jalan sama dia. Dia ketemu temen ceweknya?"

"Terus lo cemburu langsung gempur dia sampai kaya gitu?"

"Sok tau," Alana berdecih. "Gua biasa aja sebelum pantatnya di pukul-pukul sama tuh cewek. Mana dipeluk lagi, buset."

"Anjirrrr," pekik Joy gemas. "Kalau gua jadi lo parah sih, gak bakal bisa jalan seminggu gua buat,"

"Brutal banget ya," Alana menggelengkan kepalanya tak menyangka.

Joy tertawa lagi. Namun tiba-tiba dia melamun. "Eh Lan, gua ada ide,"

"Hm?"

"Kan habis ini lo sama Ronald kan?" Joy memasang senyum iblisnya. "Lu balas aja deh, liat reaksinya Pak Noah,"

"Lah dia kan gak pernah ikut makan siang karyawan,"

"Ya lo minta izin aja sama dia, goblok. Itu aja gatau," decih Joy kesal. "Pak, saya izin ikut makan siang karyawan ya? Terus kalau dia nanya lo pergi sama siapa, tinggal jawab Sama Ronald, pak. Siap?!"

Alana termangu mendengar penuturan Joy barusan. Tak lama kemudian ia tersenyum.  "Boleh juga,"

Tar segini dulu. Nanti gua ngetik lagi. Ayo nabung vote sama komennya sambil nunggu gua up.

My Boss is Submissive (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang