Petra melihat pantulan dirinya sendiri pada cermin sambil memperhatikan bercak kemerahan di lehernya dengan decakan kesal. Bagaimana tidak, akibat dari perbuatan Levi kini kulit putih itu berubah menjadi merah keunguan. Petra harus bisa menutupi bercak merah itu bagaimanapun caranya. Petra tak ingin membayangkan akan seperti apa reaksi Kuchel nanti jika wanita itu melihatnya.
Bercak merah itu akan sedikit tersamarkan jika Petra mengolesinya dengan foundatin. Namun tentu saja Petra tak mempunyainya. Jangankan mempunyai, Petra saja tidak tahu apa itu foundation.
Gadis itu mondar-mandir tidak jelas. Waktu masih menunjukkan jam lima pagi. Ya, sampai pada detik ini Petra tidak bisa memejamkan matanya karena terus teringat dengan kejadian tadi malam bersama kakak angkatnya, Levi.
Kenapa.. Kenapa Petra tidak bisa melupakannya? Kejadian dimana Levi menghisap, menggigit lehernya dan hampir mengecup bibirnya. Petra menepuk-nepuk pipinya, namun dibanding itu semua, ada yang lebih membuat Petra terheran. Saat melakukan perbuatan itu Levi terlihat sedikit lebih lembut tak seperti biasanya. Petra kemudian menyentuh punggungnya, ia masih ingat bagaimana rasanya ketika tangan kekar Levi mengusap-ngusap pelan punggung mungil itu.
"Uhh.. Apa yang kupikirkan.."
Petra menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Petra masih tidak percaya.. Rasanya seperti mimpi. Apakah pria yang menciumnya tadi malam adalah kakak angkatnya? Petra yakin ia tidak salah lihat, orang itu benar-benar Levi. Penglihatannya tidak salah dan ingatannya pun masih normal. Padahal dari yang Petra ketahui Levi amatlah membencinya. Bahkan pernah memukulnya dan menjadikan Petra layaknya pembantu.
Tapi.. Kenapa menjadi berbeda?
Sebagai seorang remaja berusia 15 tahun yang semasa hidupnya tinggal di panti asuhan dan tak mempunyai pengalaman apapun, Petra merasa perbuatan Levi aneh serta membuatnya tercengang. Selain merasa takut, Petra juga merasakan ada rasa lain ketika Levi menciumnya tadi malam. Seperti detakan jantung tapi bukan, yang ini lebih hebat. Detakan disertai desiran darah yang mengalir dari ujung kaki hingga ujung rambut. Kepala Petra juga terasa pusing saat itu.
Apapun yang Petra rasakan saat itu Petra tidak tahu dan tidak mengerti. Mungkin sebaiknya dilupakan saja.
Kemudian Petra duduk di tepi ranjang tidurnya sembari melihat ke arah jarum jam yang terus berdenting. Satu menit, dua menit, tiga menit, 30 menit sudah Petra berdiam diri dalam kamarnya. Ia berdiri dari ranjang lalu menghampiri lemari kecil di pojok untuk mengambil syal coklat dan menggunakan benda tersebut untuk menutupi bercak merah yang mengganggu itu.
"Aku harap ini membantu." gumam Petra lalu pergi keluar kamar.
Disisi lain, hal serupa ternyata dirasakan oleh pria berusia 31 tahun itu. Levi sudah siap dengan setelan pakaian kerjanya namun ia masih enggan keluar kamar untuk pergi sarapan. Levi seperti sedang merutuki dirinya sendiri akibat hal konyol yang ia lakukan kepada Petra.
"Bodoh!"
Pria itu mencoba melupakan semua kejadian itu termasuk saat mencium Petra. Akan tetapi nihil, harum stroberi dan vanilla dari tubuh bocah pendek tersebut masih tersimpan dalam memori otaknya. Leher putih nan mulus juga wajah manisnya berhasil membuat seorang pria usia kepala tiga itu mabuk kepayang. Padahal jelas Levi sangat membenci keberadaan Petra dirumah ini, tapi entah setan apa yang merasuki Levi hingga membuatnya melakukan hal konyol dan bodoh.
What the hell..
Levi menarik surai hitamnya perlahan. Rasanya ingin pergi saja ke planet mars. Ia membayangkan bagaimana jika Kuchel menanyakan tentang tadi malam? Levi harus menjawab apa? Haruskah ia berbohong?
Sial...
Lagi-lagi pikiran bodoh itu kembali merasuk. Tatkala ia menyesap sekaligus menggigit leher putih milik si bocah orange, Levi merasakan gairah dan puas di waktu yang bersamaan. Levi ingin jujur dan mengakui dalam lubuk hatinya yang terdalam jika pesona Petra memang tak ada duanya. Levi kenal banyak wanita, termasuk wanita-wanita di perusahaan tempatnya bekerja. Mereka good looking dan memiliki postur tubuh yang dapat menarik perhatian kaum adam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cutie Sister
Fanfiction(21+) Awalnya Levi benci dengan kehadiran bocah pendek itu. Levi tidak ingin ada orang lain dirumahnya selain ibunya. Tapi tak disangka ternyata rasa benci itu berubah menjadi rasa suka. Bukan hanya rasa suka, namun ada perasaan lain seperti gairah...