"Apa ini?!"
Kuchel bertanya ulang ketika Levi tak kunjung menjawabnya. Disana Levi hanya berdiri mematung seraya membulatkan kedua bola mata karena tak percaya kalau semua yang ia sembunyikan diam-diam telah terbongkar ibunya.
"Apa yang ibu lakukan?" Levi tidak sadar jika pertanyaan tersebut hanya membuat Kuchel emosi.
"Jawab pertanyaanku!!" Kuchel membentak, "kau yang mengoleksi semua foto-foto ini kan? Apa maksudnya?! Jawab sebelum ponsel ini kulempar ke wajahmu."
"Ibu.. Tunggu dulu.. Ini tidak seperti yang ibu pikirkan," Levi memegang kedua bahu ibunya, mencoba menenangkan wanita paruh baya tersebut. Namun nihil karena emosi Kuchel sudah menguasai kendalinya.
"Itu hanya foto biasa. Tidak ada yang aneh, kan? Aku memotretnya sebagai kedekatan antara kakak dan adik, tidak ada maksud lain. Bukannya itu yang ibu inginkan? Agar aku dan Petra akrab?"
"Oh ya?" Kuchel tersenyum sinis, "lalu bagaimana dengan Ini?" Kuchel memperlihatkan satu foto yang membuat Levi diam tak berkutik. Foto Petra sedang duduk di tepi ranjang dalam keadaan setengah telanjang. Hanya memakai bra dan celana dalam.
"I-itu..."
"Dan ini?" satu lagi foto Petra sedang tidur di sofa ruang tengah mengenakan baju tidur longgar. Levi masih ingat itu, itu adalah hari kedua Petra tinggal dirumah ini.
Aduh sial..
"Masalah itu.. Aku tidak sengaja mengambilnya. Waktu itu aku ingin memotret Petra dan aku sungguh tidak tahu kalau dia hanya memakai bra. Percayalah padaku... Mana mungkin aku berbuat aneh-aneh pada Petra yang sudah aku anggap sebagai adik sendiri."
Kuchel terdiam sebentar. Mencerna setiap kata-kata yang keluar dari mulut Levi. "Aku tidak bisa langsung percaya padamu begitu saja.. Foto ini jumlahnya sangat banyak.. Ada ratusan. Mustahil jika semua ini hanya unsur ketidak-sengajaan. Jika memang benar, kau pasti langsung menghapusnya kan?"
"Ibu.. Dengarkan aku.."
"Apa lagi? Ini sudah jelas kan?"
"Pelankan suara ibu.. Aku mohon.. Cukup berikan saja ponselnya lalu aku hapus semua fotonya. Dengan begitu masalah akan selesai."
"Menghapusnya? Kenapa?" Kuchel menepis tangan Levi yang berada di pundaknya. "Dengar baik-baik ucapanku, Petra memang tidak lahir dari rahimku, tapi dia sudah aku anggap sebagai putriku sendiri. Tapi apa yang kau lakukan ini? Kau mengoleksi foto-foto setengah telanjangnya seperti orang cabul. Jika kau sudah tidak tahan lagi maka cepatlah menikah dan lakukan ini dengan istrimu! Jangan pada putriku!! kau paham?!!"
Levi terperanjat setelah mendengar kata terakhir yang keluar dari mulut ibunya. Itu sungguh menusuk hatinya. Belum pernah Levi saksikan Kuchel semarah ini sebelumnya.
"Maaf.." Levi menunduk, "aku berjanji tidak akan melakukan ini lagi.. Aku janji, percayalah padaku. " kata Levi penuh permohonan.
"Diam dulu!" bentak Kuchel. "Apa dia tahu?"
"Apa?"
"Apa Petra tahu tentang ini?" Tanya Kuchel masih dengan tampang marah.
Bingung yang dirasakan Levi saat diberikan pertanyaan simple itu. Mengambil waktu sejenak untuk memikirkan jawabannya, ia tidak tahu apa yang akan terjadi jika mulutnya menjawab ya atau tidak.
"Ya." jawab Levi spontan.
Petra yang baru saja selesai berpakaian seketika mendengar suara gaduh tersebut dari dalam kamarnya. Petra langsung tahu bahwa suara itu adalah suara Levi dan ibunya. Namun ada yang berbeda, suara itu tidak lah biasa. Itu seperti pertengkaran. Penasaran, Petra keluar dari kamar dan menghampiri si sumber suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cutie Sister
Fanfiction(21+) Awalnya Levi benci dengan kehadiran bocah pendek itu. Levi tidak ingin ada orang lain dirumahnya selain ibunya. Tapi tak disangka ternyata rasa benci itu berubah menjadi rasa suka. Bukan hanya rasa suka, namun ada perasaan lain seperti gairah...