Dua hari setelah kejadian di gedung terbengkalai, Petra tetap masuk kesekolahnya seperti biasa. Flagon serta komplotannya sudah mendapat balasan yang setimpal. Tapi entahlah, berita yang beredar Flagon terus menyangkal bahwa ia melakukan hal tersebut karena diperintah seseorang. Seseorang yang bernama Zeke.
"Lepaskan aku brengsek! Harusnya dia yang ditangkap, bukan aku!" Flagon memberontak ketika pihak berwajib membawanya menuju sel tahanan.
"Dia menyuruhku membuntuti bocah perempuan itu dan mengirimkannya beberapa foto serta videonya. Kalian bisa lihat sendiri di ponselnya. Arrghh.. Lepaskan!"
Flagon melepaskan cengkaraman sang polisi dan segera menghampiri Zeke yang sedang berdiri di samping seorang wartawan.
"Dasar biadab! Cepat tunjukkan pada mereka, brengsek! Katakanlah bahwa aku tidak bersalah, kau yang menyuruhku melakukan semua itu." ucap Flagon tergesa-gesa sampai nafasnya memburu. Terdengar sedikit nada memohon di dalamnya.
"Ahh.. Maaf, maksud anda apa? Saya tidak mengerti." jawab Zeke dengan santai.
"A-apa?"
Sebelum Flagon akan dimasukkan ke penjara, polisi sudah mengintrogasi Zeke lebih dulu serta menggeledah setiap sudut rumahnya. Termasuk memeriksa ponselnya. Ternyata, tak ada foto ataupun video Petra dalam ponsel Zeke seperti yang dikatakan Flagon. Ponsel itu bersih. Hanya berisi beberapa foto dan chat pribadi nya saja, tidak lebih. Selain itu, tak ditemukan juga bukti transfer uang ke dalam nomor rekening Flagon sebagai imbalan atas pekerjaan Flagon selama ini. Entah bagaimana caranya Zeke melenyapkan semua itu, yang pasti, semuanya benar-benar bersih dan tak ada satupun yang mencurigakan. Oleh karena itulah polisi membebaskannya setelah sebelumnya berada di daftar orang yang dicurigai.
Cuh!
Zeke mengusap permukaan kulitnya karena air liur Flagon berhasil membahasi pipinya. Zeke menatap dalam Flagon disertai seringaian tipisnya.
"Seumur hidupku baru kali ini aku diludahi narapidana rendahan sepertimu. Semoga betah dirumah barumu, ya.."
Zeke melambaikan tangan ketika polisi membekuk Flagon dan menyeretnya menjauh secara paksa.
"Brengsek kau Zeke! Kau benar-benar bajingan! Aku akan membalasmu."
Hahahaha.. Bodoh.
***
"Ada apa? Kelihatan bahagia sekali."
Wanita berambut pendek seperti pria berseru singkat kepada lawan bicaranya yang sedang meminum cocktail dengan anggun. Wanita itu menjentikkan jarinya pada tepi gelas kemudian tersenyum. Bibirnya merah merekah seperti mawar, wajahnya menunjukkan kebahagiaan layaknya wanita paling beruntung di dunia.
"Sebenar lagi aku akan menikah." jawab wanita itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Frieda, calon istri Levi.
"What?! Aku tidak salah dengar, kan?"
"Kau tidak salah dengar, Charlotte. Aku akan menikah dalam waktu dekat, tapi kami belum menentukan kapan tanggalnya."
"What the--.. Hampir semua teman-temanku sudah menikah. Sedangkan aku.." Charlotte menundukkan kepalanya, memasang ekspresi sedih yang dibuat-buat.
"Ahahahaha.. Benar kataku, kan? Kau terlalu berlarut dalam karirmu. Apakah semua kekayaan ini belum cukup bagimu? Bagaimanapun juga kau itu wanita, kau butuh pasangan. Wanita cantik sepertimu pasti tidak akan sulit menemukan tambatan hati."
"Ngomong-ngomong.. Apakah calonmu si pria tampan itu? Siapa namanya? Levi ya..?"
"Benar." Frieda terlihat makin gembira. "Ohh Tuhan... Aku sudah tidak sabar untuk menjadi bagian dari keluarga Ackerman. Kau dengar aku Charlotte? A-C-K-E-R-M-A-N... Setelah itu kami akan punya anak yang menggemaskan, cantik seperti ibunya dan tampan seperti ayahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cutie Sister
Fanfiction(21+) Awalnya Levi benci dengan kehadiran bocah pendek itu. Levi tidak ingin ada orang lain dirumahnya selain ibunya. Tapi tak disangka ternyata rasa benci itu berubah menjadi rasa suka. Bukan hanya rasa suka, namun ada perasaan lain seperti gairah...