Terdapat sedikit adegan explicit.
***
Acara pengucapan janji suci telah selesai yang dilanjutkan dengan mencium pengantin perempuan oleh pengantin pria. Selesai dengan semua itu, acara terus berlanjut hingga pelemparan buket bunga. Sekaligus acara yang ditunggu-tunggu para wanita. Namun tiba-tiba, saat Hanji bersiap untuk melemparkan bunga, semua tamu undangan dikagetkan oleh suara sirine polisi yang menggema memecah keheningan malam itu.
"Ada apa ini? Kenapa banyak sekali polisi?" bisik salah seorang tamu.
"Cepat telepon Eren! Dia belum juga kembali sejak tadi, aku khawatir!" pekik Carla kepada Grisha. Grisha pun meng-iyakan permintaan Carla, merogoh ponselnya untuk menelepon putranya.
"Tidak diangkat." wajah Grisha pucat.
"Coba lagi!"
Di saat yang bersamaan, Hanji secara tak sengaja mendengar percakapan mereka sekaligus melihat wajah panik Carla. Dan ia pun mendekatinya untuk menanyakan apa yang terjadi.
"Ada apa?" tanya Hanji kepada sepasang suami istri tersebut.
"Eh.. Dokter Hanji." Grisha tersenyum tipis, mencoba menutupi rasa panik mereka. "Tidak ada--"
"Eren belum juga kembali sejak tadi." Carla memotong ucapan Grisha, "Dia tiba-tiba hilang begitu saja entah kemana setelah meminta kunci mobil dari suamiku. Aku sangat khawatir." tambahnya. Ke khawatirannya tak bisa dipungkiri lagi pada wajah wanita usia 36 tahun tersebut.
"Hah?"
Hanji bingung. Eren? Bukannya pemuda itu adalah temannya Petra? Disaat acara pengucapan janji suci pun Hanji tidak melihat adanya keberadaan Levi dan Petra. Padahal sebelumnya Hanji sempat berbincang bersama Levi. Sepasang adik-kakak itu seperti menghilang begitu saja. Apakah ini artinya ada sesuatu yang menimpa mereka? Dan suara sirine polisi tadi..
"Huhh.."
Hanji mendesah bingung. Semoga tidak terjadi apa-apa pada mereka, gumam wanita itu dalam hatinya. Ia tidak bisa menolong mereka karena saat ini adalah acara pernikahannya.
***
"Kakak!"
Levi merasa bahwa pandangannya sudah mulai mengabur. Tangannya sedikit terangkat ke atas agar bisa menyentuh pipi halus adiknya, cairan merah kental yang hangat langsung terasa menjalar oleh Petra saat bersentuhan dengannya. Petra semakin tak kuasa menahan air matanya saat kakaknya mengucapkan sesuatu dengan terbata-bata. Seolah menahan rasa sakit yang terus menyerangnya pelan-pelan.
"Berhentilah menangis, bocah."
Nafas yang tersenggal itu terdengar memburu sekarang. Terlihat sangat kesulitan hanya untuk menghirup udara.
"Kak Levi..."
Petra menunduk, ia menggigit bibir bawahnya sendiri untuk menahan air matanya agar tidak jatuh lagi. Bukan saatnya untuk terdiam sambil terisak dan trauma yang mengambil alih semuanya. Ia harus tahu bagaimana caranya agar Levi bisa mendapat pertolongan sesegera mungkin. Namun Petra sadar bahwa bahaya belumlah usai, Flagon masih berdiri disana yang mungkin akan menjadikan dirinya target selanjutnya.
"Itulah akibatnya karena sudah berani menggangguku." ucapan Flagon terdengar mengerikan dalam telinga Petra. Ia seperti mangsa yang sudah siap diterkam predator.
"Nah, dalam detik-detik menyakitkanmu ini bagaimana kalau kau ikut denganku pergi darisini? Dan aku tidak akan melukai kakakmu lagi." ancam Flagon. Pria itu mengacungkan pisau lipat yang digunakan untuk menusuk Levi tepat di depan wajahnya. Bahkan pisau itu masih meneteskan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cutie Sister
Fanfiction(21+) Awalnya Levi benci dengan kehadiran bocah pendek itu. Levi tidak ingin ada orang lain dirumahnya selain ibunya. Tapi tak disangka ternyata rasa benci itu berubah menjadi rasa suka. Bukan hanya rasa suka, namun ada perasaan lain seperti gairah...