-25-

49 8 5
                                    

Maap ya, aku gak up Minggu kemaren 😔🙏🏻
Gegara sibuk ngurusin mau daftar SMA. Tapi tenang sekarang author up kok.

Upnya telat, sorry pemirsahh, author tadi abis salting gegara crush.

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN!

Happy reading 🖤
. . .

Tok...tok...

"Iya, sebentar." Ucap seorang wanita paruh baya. Wanita itu berjalan kearah pintu dengan sedikit tergesa. Ia yakin, itu adalah suaminya.

Ceklek...

Pintu terbuka, alangkah terkejutnya wanita itu saat melihat sang suami di antar seorang wanita yang berpakaian seksi.

Wanita seksi itu langsung menyerobot masuk. Tanpa menghiraukan adanya Indah, ibu Azkia.

Wanita itu menidurkan Arlo di sofa.

"Kamu siapa?" Tanya Indah.

"Saya, Arvia Larasati, calon istri mas Arlo." Jawab wanita itu. Hal itu sontak membuat Indah terkejut.

"Kamu bohong kan? Silahkan pergi dari rumah saya." Titah Indah dengan tegas.

"Anda mengusir saya? Nanti kalau mas Arlo bangun, ia akan mencari saya." Ucap wanita itu.

"Jangan membantah dan silahkan pergi!" Bentak Indah.

Arvia tak terima lantas ia mendorong Indah dengan kencang, sampai Indah jatuh dan kepalanya terbentur ujung meja.

Indah menatap tajam Arvia. Lalu, ia bangkit dan menampar Arvia.

"Kamu jangan seenaknya ya, ini rumah saya dan atas nama saya. Jadi silahkan pergi sebelum saya teriakin kamu maling." Ancamnya.

Arvia terkekeh. "Anda mau teriakin saya maling? Silahkan, saya akan tetap disini bersama  mas Arlo."

"Menjijikkan sekali kamu, bahkan babi pun tak se-menjijikan kamu."

Indah langsung berjalan kearah pintu. Saat hendak membuka pintu sebuah benda mendarat di kepalanya.

Brak...

Sebuah vas bunga mendarat diatas kepala Indah. Hal itu, membuat Indah langsung pingsan. Dan kepalanya terkena serpihan kaca.

Darah mengalir di lantai. Tubuh Arvia menegang, ia takut. Arvia langsung jatuh berlutut di lantai.

Ia langsung berjalan ke arah tubuh Indah.

"Indah, bangun! Indah, bangun!" Ia berusaha membangunkan Indah.

Indah membuka matanya, dan menatap wajah Arvia.

"S-saya, a-kan laporkan ka-mu." Ucap Indah dengan suara serak.

"Gak, anda tidak boleh melaporkan saya. Saya tidak mau di penjara."

"Ka-mu, ak-an m-asuk pen-jara." Arvia semakin takut.

Ia melihat pecahan kaca yang lumayan besar, lalu ia mengarahkan pecahan itu ke tubuh Indah.

"Anda akan mati, Indah. Maaf."

"J-angan Arv-" ucapan Indah terpotong saat dengan kejamnya Arvia menusuk leher Indah. Tak hanya leher, Arvia menusuk perut Indah.

1001 MISTERITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang