Prolog

866 116 8
                                    

Terdengar deru napas yang beriringan dengan tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terdengar deru napas yang beriringan dengan tenang. Ruangan yang remang-remang serta dinginnya suhu ruangan membuat tubuh terasa nyaman dalam dekapan selimut. Sepasang kelopak mata sejenak tampak berkedut, sebelum akhirnya menampakkan iris hitam yang berkunang.

Seseorang tengah menutup mulut yang akan menguap, lantas mencoba merenggangkan tubuh, dan berencana akan membalikkan badan. Namun, hal itu tertahan sebab ada sesuatu hangat yang melingkari perutnya.

Hara--nama perempuan itu--terlonjak kaget ketika menyadari ada seseorang yang tengah memeluknya dari belakang.

"Sayang?" Suara serak mengalun lembut memasuki telinga. "Kamu mimpi buruk?"

Hara mengerjab tampak kaget, sebelum akhirnya menghembuskan napas lega. Ah, itu adalah Aidan, pria yang sudah menghabiskan waktu dengannya selama sebulan terakhir ini sebagai suami tercinta. Bagaimana bisa ia masih belum beradaptasi hingga kaget sendiri seperti tadi?

"Nggak ... aku nggak apa-apa," jawabnya dengan gelengan kecil.

Udara hangat dari napas Aidan berhembus pada tengkuk Hara. Pria itu mengeratkan pelukan. Semakin menghangatkan satu sama lain dalam ruangan ber-AC yang dingin. "Tidur lagi, sekarang masih tengah malam."

Hara mengangguk, tetapi kini mencoba melonggarkan pelukan pria itu. Lantas membalikkan badan hingga kini berhadapan langsung dengan Aidan. Dia tampak memejamkan mata, dengan tangan besar yang mendekap kepalanya agar tenggelam dalam dada bidang pria itu. membelainya lembut dengan ritme yang pelan secara berulang.

Wanita itu hanya diam, tanpa rasa kantuk yang sama sekali tidak ingin kembali menghampiri, sembari terus merasakan surainya yang dimanja sampai perlahan demi perlahan pergerakan itu terhenti. Aidan kembali terlelap.

Hara perlahan mendongak, menatap wajah teduh Aidan. Jemarinya tanpa sadar terangkat, dengan ujung telunjuk yang sudah menyentuh lembut kening pria itu, memutarinya, lalu menggambar seolah membentuk garis lurus menuruni hidung runcing Aidan. Menelusuri pipi hingga rahang tajamnya, dan berakhir terhenti pada bibir pria itu yang sedang terkatup rapat.

Ah, wajah suaminya itu terlihat cantik. Wanita itu mencoba menyembunyikan senyum. Kenapa dia tidak terlihat maskulin? Padahal garis wajahnya tajam. Namun, aneh bagi Hara karena Aidan malah terlihat manis dengan bulu mata lentik yang akan merekah ketika bibirnya membentuk lengkungan ke atas. Tersenyum indah ketika memandangnya lembut.

Hara berlama-lama memandang wajah Aidan. Hal yang menjadi rutinitas barunya ketika insomnia menyerang, tetapi sang suami tidak membiarkannya bergerak barang se-senti karena akan terus memeluknya. Wanita itu lantas menghela napas, ia tarik kembali tangannya dan kini menekan dada sebelah kirinya.

Entah kenapa, tatapan wanita itu perlahan-lahan berubah. Cahaya pada matanya seolah dengan perlahan mulai hilang. "Kamu ... nggak pantes ngerasain ini, Ra," bisiknya.

Hara secara perlahan melepas dekapan Aidan yang mengendur, dan berakhir kembali memunggungi pria itu. Dia bisa aja ngehianatin kamu, atau bahkan kamu yang ngehianatin dia. Jadi, lupain itu.































HARA [ORIFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang