08 - Cinta Pertama Setiap Gadis

181 49 4
                                    

"Pa," panggil Hara, tetapi terhenti ketika dirinya melihat sosok pria tua familiar yang tengah berjongkok mengusap seekor makhluk bertelinga panjang dengan sebelah tangan lainnya memegang puntung rokok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pa," panggil Hara, tetapi terhenti ketika dirinya melihat sosok pria tua familiar yang tengah berjongkok mengusap seekor makhluk bertelinga panjang dengan sebelah tangan lainnya memegang puntung rokok. Sejenak ia terdiam, sebelum akhirnya kembali bersuara. "Aku pulang."

Hara lantas menghampirinya, dan ketika dia sudah membalikkan badan, nampak kerutan yang semakin banyak pada wajah dan tubuh pria itu. Hara lantas berjalan semakin mendekat, yang tanpa ia sadari tidak menatap wajah pria itu sampai ketika tidak berdiri tepat di depannya. Perempuan itu sedikit tertunduk, lantas mengecup punggung tangannya.

Pria itu adalah Papa Hara.

"Oh, ya." Papanya itu hanya menjawab sekenanya seraya membuang abu pada puntung rokok.

Hara mengangguk. "Aku masuk dulu, Pa," ucapnya dan langsung berbalik masuk.

Hanya sapaan singkat, tanpa ada interaksi lebih jauh. Bahkan Papa Hara pun cuma menyikapinya dengan biasa. Seolah memang biasa terjadi. Kembali mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing.

Hara menatap depan dengan pandangan datar. Anggap saja bahwa dirinya itu aneh. Karena pada umumnya, seorang gadis yang baru menikah akan sangat merindukan rumah dan orang tua, tetapi anehnya ia tidak merasakan apa-apa. Bahkan setelah melihat sang papa yang semakin menua dan mungkin kelak akan sangat jarang ditemuinya, ia tidak merasakan perasaan seperti sedih atau rindu.

Hara tidak terlalu dekat dengan papanya.

Lantas, perempuan itu kembali ke dapur, membantu sang mama menaruh belanjaan ke dalam lemari es. Ia memang sengaja membeli belanjaan tambahan untuk mengisi persediaan di rumah orang tuanya. Hara kini berjongkok memeriksa sisa persediaan.

"Buah-buahannya kok masih banyak, Ma?" Tanya Hara ketika membuka deret terbawah dan menemukan barisan buah seperti jeruk, delima, dan apel yang masih banyak. "Jangan kelamaan disimpen, 'kan udah kubilang buah dimakan setiap hari aja. Mama tau'kan kalau nggak bisa sembarang makan, makanya aku sediain ini buat camilan."

Mama Hara bisa dibilang memiliki penyakit di mana tidak bisa memakan makanan yang terlalu berlemak atau pun berbumbu. Maka dari itu, buah manis yang ia beli bisa membantu mamanya supaya tida bosan memakan makanan yang menurutnya hambar. Ya, hal yang baik pula untuk Papa Hara sebagai perokok aktif, barangkali bisa sedikit merubah pola hidup tidak sehat dan mengalihkannya dengan buah-buahan yang ia beli dengan kualitas bagus.

Namun, kebiasaan mamanya yang suka berhemat dan menyayangkan sesuatu menjadikannya tanpa sadar suka menyimpan makanan terlalu lama. Itu membuat Hara beberapa kali menemukan buah atau frozen food yang sudah membusuk atau kedaluwarsa karena terlalu lama di simpan. Pun dengan papanya yang tidak makan kalau tidak ada yang menyiapkan.

"Iya, Mama makan kok kalau pengen." Begitu jawaban mamanya.

Hara menghembuskan napas. "Makan tiap sarapan atau camilan malem biar nggak bosen, Ma. Jangan kebiasaan di-irit, nanti kalau habis kubelikan lagi. Yang ada bakal busuk kalau cuma disimpen. Roti yang barusan kubeli juga harus seminggu udah habis, ya?"

HARA [ORIFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang