Di sebuah kafe yang berjarak tidak terlalu jauh dari gedung perusahaan. Tampak dua wanita yang duduk saling berhadapan, dengan salah satunya yang terus mengalihkan pandangan seolah tidak sanggup menerima tatapan penuh keingintahuan dari seseorang di hadapannya. Bahkan ketika pelayan kafe telah mengantarkan minuman dan camilan pun, suasana canggung sepihak masih belum bisa cair.
"Dua vanilla latte panas dan waffle. Selamat menikmati~"
Hara menoleh ke arah pelayan, mengangguk singkat dengan senyum tipis. "Terimakasih," ucapnya.
Baru juga perempuan itu akan mengambil cangkir di meja, suara deheman lantas menjadikan Hara urung melakukan itu. Dirinya sontak menghembuskan napas, perlahan mulai menatap Dasha yang masih dengan posisi sebelumnya, menatap dengan salah satu alis terangkat.
Hara menyentuh alisnya untuk menyindir Dasha. "Bukannya tatapanmu terlalu mengintimidasi?"
"Jadi ... bukannya kamu punya banyak cerita yang nggak diomongin ke aku?" Tidak menjawab sindiran Hara, Dasha malah mengeluarkan pertanyaan lain. Sekaligus hal yang menjadi topik utama mereka sampai-samopai secara sengaja mengambil tempat pojok, ruang yang dirasa lebih sepi.
Hara mengerjap, dan kembali mencoba mengalihkan tatapan. "A-aku nggak ngerasa nyimpen cerita apapun buat diomongin. Kamu tau sendiri kalau hidupku tetep gini-gini aja."
"Bahkan setelah nikah sekalipun?"
"Ya ... kenapa tiba-tiba serius gini sih, Sha? Rasa-rasanya bukan tipemu yang biasanya suka bercanda sama usil mendadak jadi serius kayak gini."
"Gimana? Maksudnya aku nggak boleh serius buat hal yang emang harus diomongin secara serius, gitu?"
"Bukan ... bukan gitu maksudku." Hara memijat pelipis. "Udah kubilang kamu cuma salah paham masalah kado lingerie itu."
Dasha bersedekap. "Rasa-rasanya bukan tipemu juga yang biasanya serius dan too the point, sekarang kayak lagi ngasih alesan."
"Please, Sha, toh hal yang lumrah buat pasangan baru nikah berantem. Entah itu masalah sepele atau besar lainnya."
Dasha mengernyitkan dahi, masih tampak tidak yakin dengan jawaban Hara yang mencoba menenangkan rasa penasarannya. "Tapi, aku ngerasa aneh. Emang apa hubungannya kadoku sama alasan kalian bisa berantem? Maksudku ... bukannya harusnya dia malah tambah suka?"
"Sha, kamu terlalu over thinking," Hara mencoba berdeham untuk mencairkan suasana, "itu bukan masalah besar sampai-sampai kamu harus sepenasaran ini. Cuma pertengkaran kecil, barangkali Aidan nggak suka aku pa—"
"Aidan yang nggak suka, atau kamu yang ngerasa terpaksa?" Pertanyaan tiba-tiba yang Dasha ajukan ketikan memotong ucapan Hara membuat suasana mendadak menjadi hening. Hara terkejut, tiba-tiba saja detakan jantungnya terasa tidak normal per sekian detik setelah mendengar kalimat terakhir dari perkataan Dasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARA [ORIFIC]
Romance"Kalau menampilkan 'rupa' asliku, kamu bakal tetap menatapku dengan cinta yang sama?" _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Lamia Hara Nashita biasa menampilkan sosoknya yang tenang, dan mandiri. Namun, itu hanyalah setengah dari...