Aidan tidak berkata apa-apa lagi setelah itu. Malah lanjut menggandeng Hara menuju meja makan dan menyiapkannya sarapan. Entah apakah dia memaafkan sang istri atau tidak. Perempuan itu pun hanya diam, tidak tahu harus merespons perhatian mendadak itu seperti apa. Namun, lebih dari itu, ciuman tiba-tiba tadi benar-benar membuatnya kaget.
Bagaimana bisa pria itu mendadak begitu? Seolah melupakan fakta bahwa baru saja semalam Aidan membuat penolakan beralasan ketidaksiapan Hara.
Ah, tetapi mengingatkan perkataan Aidan semalam membuatnya sedikit tersadar. Apakah itu karena kesalahan Hara sendiri? Aidan menyadari itu. Namun, barangkali melanjutkan kepura-puraannya seolah tidak mengetahui dan melupakan.
Aidan kini menaruh sarapan mereka dan menyodorkan Hara sepiring nasi goreng. "Makasih, Nu," ucapnya yang dibalas anggukan.
Perempuan itu sejenak merenung sembari mengunyah sarapan. Namun, Hara mendadak mengerjap. Masakan Aidan lezat, selera makannya mendadak naik. Omong-omong tentang permasalahan tadi, baiklah, anggap saja ciuman tadi bisa sedikit menebus rasa bersalahnya. Atas perasaan dan perilaku Hara yang saling berlawanan dalam mengikapi suaminya.
Hara lantas tidak memperpanjang hal itu lebih jauh setelahnya, apalagi berdebat dengan ujung percakapan yang tidak bisa ditebak mengenai inti dari masalah semalam. Mereka melanjutkan sarapan dengan tenang. Lalu, hara mulai bersiap menjalani aktivitas seperti biasa, dan beberapa waktu kemudian mulai keluar dari rumah dengan halaman yang lagi-lagi tampak bersih.
Entah pukul berapa Aidan telah bangun dan membersihkan banyak hal, atau bahkan ... pria itu tidak tidur sama sekali?
***
"Rumah di sebelah kita beberapa hari ini kedatangan banyak mobil pick-up," kata Hara kepada Aidan yang sedang menyetir ketika dirinya melihat rumah yang mereka lewati sedang dipenuhi oleh orang-orang yang sibuk memindahkan barang-barang. "Kayaknya kita bakal punya tetangga baru."
"Ya, aku juga liat jendela rumah sebelah kita nyala semalam."
"Hm." Hara merespons ucapan Aidan sekenanya untuk topik itu. Pria itu sejenak menatapnya, lantas mulai menyelinap tangan untuk menggenggam dirinya.
Perumahan yang mereka tempati memang terbilang cukup baru, sebab hanya beberapa yang telah terjual sementara yang lainnya masih belum berpenghuni. Menurut Hara sendiri, Aidan lumayan pintar dalam memilih tempat tinggal. Pasalnya, rumah yang dipilih suaminya itu memiliki jarak efisien dengan tempat kerja, juga pemilihan lokasi yang berada di pojok. Hal yang memungkinkan banyaknya cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah.
Maka dari itulah tempat tinggal mereka memilih banyak jendela, yang membuat mereka bisa dengan leluasa memandang langit sore maupun pagi. Mungkin salah satu alasan karena Aidan tahu Hara suka memandang langit.
"Nilai jual di lokasi ini tiap tahun juga bakal terus naik, jadi nggak lama buat kita nanti bakal punya banyak tetangga," jawab Aidan, berpendapat. "Kamu pasti punya banyak referensi, kalau semisal kita beli lebih banyak buat disewakan atau investasi, perumahan ini pasti bakal banyak untungnya sepuluh tahun ke depan."
KAMU SEDANG MEMBACA
HARA [ORIFIC]
Romance"Kalau menampilkan 'rupa' asliku, kamu bakal tetap menatapku dengan cinta yang sama?" _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Lamia Hara Nashita biasa menampilkan sosoknya yang tenang, dan mandiri. Namun, itu hanyalah setengah dari...