Pekerjaan Hara hari ini pun berjalan dengan lancar. Tidak lupa perempuan itu juga mendisiplinkan waktu istirahat agar tidak terlewat seperti sebelum-sebelumnya. Para partner kerjanya juga tampak lebih segar. Penanganan atas tanggung jawabnya lumayan berhasil.
Rutinitas sehari-hari kembali pada semestinya. Makan siang bersama Dasha di kantin kantor, kembali bekerja hingga sore, disambut Aidan yang menjemput untuk pulang ke rumah, lalu beristirahat. Tanpa Hara yang melakukan hal aneh lagi, mereka bersama seperti biasanya.
Rasanya, beberapa hari juga terlewat dengan cepat. Tiba-tiba sudah di hari sabtu. Seperti biasanya, Hara bangun sebelum matahari terbit. Menunaikan ibadah sejenak sebelum akhirnya mengerjakan aktivitas seperti biasa.
Hara menatap Aidan yang masih terlelap ketika akan keluar kamar. Sembari mengikat rambut tinggi-tinggi, perempuan itu lantas menghampiri sang suami. Duduk di pinggir ranjang seraya menurunkan selimut hingga sepinggang pria itu, barangkali udara dingin nanti bisa membangunkannya, hal yang memang sudah biasa ia lakukan pada Aidan setiap harinya.
"Masih ada sisa dua puluh menit, jangan lupa sholat subuh," kata Hara yang mungkin saja didengar dalam tidur Aidan. Pria itu hanya bergumam dengan mata yang masih tertutup rapat.
Perempuan itu tampak sejenak memandangi wajah teduh suaminya ketika sedang terlelap, sebelum akhirnya berbalik keluar dari kamar dan menuruni tangga menuju dapur. Hara mulai membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa bahan yang akan ia gunakan untuk membuat sarapan pagi hari ini. Mungkin roti panggang dan susu menjadi opsi pilihan kali ini.
Perempuan mulai membuka tutup selai coklat, sebelum akhirnya mengoleskan isi kepada tumpukan roti yang berjejer. Ia sengaja mengoleskan selai sedikit banyak untuk bagian Aidan nanti, sebab dirinya tahu pria itu menyukainya. Selain mengenyangkan, coklat memang bermanfaat juga untuk mempertahankan daya ingat dan juga memperbaiki suasana hati. Ya, barangkali bisa menaikkan mood mereka dan melupakan masalah yang terjadi.
Setelah selesai, Hara menutupnya sejenak dengan tudung saji, sebelum nanti ia panggang dan bisa dimakan saat masih hangat. Kini jam telah menunjuk pukulan lima kurang lima belas, yang membuatnya melangkah menuju halaman rumah.
Hara bersangga tubuh pada pintu, menyilangkan tangan sembari menunggu langit yang akan mengeluarkan rona merah dan jingga. Suhu sejuk di pagi hari membuat tubuhnya terasa segar. Hara memejamkan mata menikmati saat-saat seperti ini. Lima menit berlalu, sampai ketika sebuah kain tiba-tiba menyelimuti dirinya.
Hara menoleh, dan menemukan Aidan yang sedang menatapnya. "Pagi, Sayang," sapa pria itu dengan wajah segarnya, yang mungkin telah cuci muka sebelum turun dari kamar. Hara membalas itu dengan senyum.
"Kamu nggak mau pemanasan?" Hara kembali menoleh sekilas ketika Aidan kembali bersuara. "Lebih enak kalau kita liat matahari terbit sambil lari pagi."
Hara mengerutkan dahi, lalu menggeleng. "Kamu aja, habis bersih-bersih nanti aku mau lanjut tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
HARA [ORIFIC]
Romance"Kalau menampilkan 'rupa' asliku, kamu bakal tetap menatapku dengan cinta yang sama?" _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Lamia Hara Nashita biasa menampilkan sosoknya yang tenang, dan mandiri. Namun, itu hanyalah setengah dari...