10 - Merasa Tidak Dihargai

169 46 9
                                    

Aidan tidak bisa tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aidan tidak bisa tidur. Padahal tadi dirinya sendiri yang memulai flirting, tetapi malah ia yang sekarang merasa kaku sendirian. Ya, bagaimana tidak jika hembusan napas hangat terasa menghembus dadanya dengan ritme yang teratur? Setengah jam berlalu dan wajah Hara masih sangat menempel padanya. Bukan, bukan karena Aidan merasa risih, tetapi lebih ke arah bingung dan tidak enak jika harus bergerak menyamankan posisi.

Hara tampaknya sudah terlelap, dan membuat pergerakan bisa saja membuat tidur perempuan itu terganggu. Terlebih, pria itu agak takut sang istri tidak nyaman ketika merasakan detak jantungnya saat ini.

"Sayang?" panggil Aidan dengan nada lirih. "Udah tidur?"

"Udah."

"...??" Pria itu bingung. "Belum gitu, lho."

"Udah tidur," Hara malah semakin menekan wajahnya pada dada bidang Aidan, "tapi kebangun pas kamu manggil. Kenapa, nggak bisa tidur?"

Aidan mau berkata alasannya, tetapi urung. Berakhir pria itu hanya mengangguk saja. "Aku cuma ngerasa kamar agak panas aja."

"Panas?" Kini Hara mendongak dengan dahi berkerut, hidungnya tampak memerah sebab temperatur dalam ruangan. "Suhu di sini udah mendekati tujuh belas derajat lho, Nu? Nggak ada remot AC, nggak ada selimut. Kulit kamu perasaan nggak setebal itu."

Aidan mengaduh ketika Hara mengecek ketebalan kulit dengan mencubitnya. Perempuan itu tampak berdecak, dan kembali menyembunyikan wajahnya menghindari suhu dingin. Dia juga semakin mengeratkan pelukan ketika merasa agak menggigil.

"Kamu nggak mau nanya mama buat cari selimut? Kamu keliatan kedinginan banget, nanti biar aku yang ke sana."

"Nggak sopan, ini udah malem banget, Nu." Hara menggeleng. "Tidur aja, besok bangun pagi," perintahnya.

"Bener?"

"Iyaa, bener, Nu. Sekarang mending tidur lagi."

"Tapi ... nggak bisa tidur."

"Buat merem."

Aidan garuk-garuk pelipis, lantas mencoba menuruti perintah sang istri untuk memejamkan mata. Dagunya kini ia sandarkan pada atas kepala Hara, mencoba menyamankan posisi. Lima, sepuluh, hingga beberapa puluh menit kemudian.

Helaan napas mendadak terdengar. Aidan berakhir kembali membuka mata, dia menyerah. "Beneran nggak bisa tidur," gumamnya.

Pria itu lalu memilih untuk memandangi wajah sang istri saja. Hara sudah tertidur, mungkin kali ini lebih lelap dari sebelumnya. Sebab ketika Aidan mencoba mengusap lembut ujung alis milik perempuan itu yang menekuk, ekspresi kaku dalam tidurnya perlahan tampak menjadi relaks.

"Kamu ... punya banyak hal yang nggak bisa diceritain, ya?" lirih Aidan, menatap wajah Hara dengan tatapan tak terbaca. Ia mengusap-usap sebelah pipi Hara dengan jemari kelingkingnya, pelan. "Kamu udah punya aku, tapi rasanya kamu punya batasan buat nggak bergantung."

HARA [ORIFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang