Chapter 4

135 24 9
                                    

Beberapa minggu berlalu semenjak Sakura memutuskan pindah ke Rukongai Barat karena insiden saat perjamuan minum teh waktu itu. Yutaka sendiri tidak begitu memusingkan saat sang ibu memilih meninggalkan Kediaman Ise dan tinggal di luar tembok Seireitei. Sebab tak ada bedanya, karena ibunya bisa tinggal di mana saja asalkan itu membuatnya bahagia.

"Waka! Waka-sama! Cepat bangun!"

Yutaka menggeser pintu shoji kamarnya. Ia menguap lebar seraya mengucek kedua matanya. Ada-ada saja, padahal ia hanya ingin menikmati liburan akhir semesternya dengan bermalas-malasan dan semalam ia tidur larut malam karena menemani ibunya meneropong benda-benda langit. Pagi ini Tsuneoki sudah berteriak-teriak nyaring.

"Ohayou, Tsuneoki..." Sapa Yutaka sambil menguap untuk kesekian kalinya.

"Ini sudah siang, Waka!" Seru Tsuneoki menahan emosinya.

Yutaka menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Benarkah? Aku rasa ini karena sinar matahari tidak sampai ke kamarku. Pantas saja aku kira masih pagi."

Tsuneoki, anak lelaki tampan berambut keperakan yang dikuncir kuda itu berdecak kesal.

"Waka, kau harus segera mengganti pakaianmu. Ichika bilang kalau ada barang kiriman dari Dunia Manusia. Kau pasti menyukainya. Ada banyak barang antik dan senjata impor dari barat."

Wajah Yutaka langsung berubah antusias. "Tunggu aku, Tsuneoki. Kita berangkat!"

Setelah menghabiskan waktu sekitar lima belas menit untuk mandi dan berganti baju, Yutaka bersiap untuk menemui Tsuneoki di halaman belakang. Saat kedua bocah itu berjalan mengendap-endap menuju ke kandang kuda, sebuah suara keras mengagetkan mereka.

"KALIAN BERDUA SEDANG APA?!" Sakura berteriak kencang begitu memergoki anak lelakinya sedang berusaha menarik tali kekang salah satu kuda yang ada di sana.

"A-ano, Hahaue, aku akan ikut Tsuneoki untuk melatih kuda-kuda ini."

Mata Sakura berubah galak. "Tidak boleh! Bagaimana kalau kau jatuh atau terlempar?"

Aino datang membawa keranjang cucian yang masih basah karena mendengar suara ribut-ribut di kandang kuda.

"Tsuneoki, apa kau berniat meracuni pikiran Waka-sama lagi?"

Tsuneoki menggeleng. "Tidak, itu tidak benar! Kaa-chan kau salah paham. Kami hanya ingin berjalan-jalan dengan Katsusaburo. Tidak jauh-jauh kok." Bocah itu lalu mengelus kuda putih di hadapannya. "Benar kan, Katsusaburo?"

Kuda putih itu hanya meringkik dan menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Yutaka lalu menarik-narik ujung lengan kimono ibunya.

"Hahaue, kami tidak akan membuat kekacauan. Lagipula, Hahaue sudah berjanji kalau aku boleh melakukan apapun yang aku suka selama liburanku. Tahun depan aku akan masuk SMP. Aku sudah besar, Hahaue. Ayolah, izinkan kami pergi jalan-jalan sebentar saja."

Sakura memijit pelipisnya. "Terakhir kali kau berkata tidak akan mengacau, adalah saat kau malah membuatku harus membayar ganti rugi ke pedagang tembikar yang kau pecahkan barang-barang dagangannya."

"Itu karena paman itu sangat jahat! Dia memukul anak-anak yang bermain di pasar." Yutaka membela dirinya.

"Hime-sama, aku berjanji akan menjaga dan mengawasi Waka. Kalau perlu aku akan menyeretnya pulang nanti."

"Tsuneoki, apa kami bisa memegang janjimu?" Tanya Aino.

"Kaa-chan tidak perlu khawatir."

Tsuneoki membantu Yutaka untuk naik ke atas punggung Katsusaburo. Mereka berdua lalu menaiki kuda putih itu dan berpamitan pada ibu-ibu mereka.

HAKUJITSU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang