Chapter 12

113 20 13
                                    


Sakura berjalan dalam keheningan di belakang Byakuya. Jujur saja, angin malam mulai berhembus dan terasa sangat dingin menusuk tulang. Apalagi keadaan mereka berdua memakai pakaian yang basah kuyup karena sempat tercebur ke sungai tadi. Sakura mencoba mengabaikannya dan tetap berjalan, menjaga jarak beberapa meter di belakang Kuchiki Byakuya. Saat hampir memasuki pintu gerbang Seireitei, Byakuya menoleh ke belakang untuk memastikan Sakura yang berjalan begitu lambat.

"Kenapa jalanmu lamban sekali seperti seekor siput?" Byakuya bertanya dalam intonasi datarnya seperti biasa.

Sakura membuang mukanya kesal. "Bukan aku yang lamban, tapi langkah kakimu yang terlalu cepat!"

Meski begitu Byakuya tak membalas ucapan Sakura karena ia sudah lelah, sudah tidak memiliki energi untuk berdebat dengan perempuan itu. Begitu Sakura sampai di hadapan Byakuya, wanita musim semi itu terkejut karena Byakuya mengulurkan tangan kanannya pada Sakura.

"Eh? Apa maksudnya ini?" Sakura menatap Byakuya bingung.

"Kita berjalan sambil bergandengan tangan saja. Dengan begitu kau tidak akan tertinggal di belakang, dan aku tidak perlu memperlambat langkahku karena harus menunggumu."

Sakura masih terbengong-bengong mendengarnya. Byakuya yang sudah tidak sabar lagi langsung meraih tangan Sakura dan kembali berjalan. Sakura hanya mampu menatap punggung lebar Byakuya di depannya. Tangan besar milik pria itu menggenggamnya erat, terasa begitu hangat. Sayang sekali, Sakura tidak bisa melihat ekspresi Byakuya saat ini. Pria itu mati-matian menahan bibirnya agar tidak menyunggingkan senyuman.

Namun, pandangan Sakura nampaknya mulai berkunang-kunang. Napasnya perlahan semakin terasa berat, sampai akhirnya Sakura mencapai titik di mana kakinya terasa sudah terlalu lemah untuk menopang bobot tubuhnya. Sial, aku tidak boleh pingsan di sini. Batin Sakura.

Byakuya...

Byakuya...

Sakura terhuyung ke depan dan menabrak keras punggung Byakuya. Sebelah tangannya mencengkeram lengan haori milik Byakuya, mempertahankan keseimbangan dirinya untuk tetap berdiri. Sedetik kemudian Sakura terkesiap, ia menahan napas. Samar-samar, Sakura juga bisa mendengar suara yang rasanya sangat familiar di telinganya, namun dia tidak dapat lagi memperhatikan itu semua. Pria itu sekarang sedang menopang tubuhnya yang hampir merosot jatuh.

Terasa kedua lengan kokoh yang memeluk tubuhnya, suara napasnya yang memburu, juga aromanya...

"Sakura! Kau bisa mendengarku?"

"...."

"Sakura! Buka matamu!"

"A-aku... baik-baik saja..."

Sakura mengulurkan tangannya, mengusapkannya ke wajah pria bangsawan itu. Seolah ingin memastikan jika pria itu benar-benar ada di sana. Seulas senyum lemah tersungging di bibirnya yang memucat.

"Sakura, bertahanlah..." Suara itu terdengar semakin panik, tapi seakan berasal dari tempat yang sangat jauh. "Sakura!"

Sebelum akhirnya kegelapan menelannya sepenuhnya.

***

Kediaman Kuchiki

Ketika mulai sadar, Sakura menemukan dirinya sudah berbaring di atas futon di kamar yang ditempatinya di Kediaman Kuchiki. Sakura mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya matahari yang masuk. Selama beberapa saat, Sakura hanya bisa memandangi sekelilingnya dengan perasaan bingung, berusaha mengingat bagaimana dia bisa sampai berada di sana. Sakura bahkan sama sekali tidak bisa mengingat kapan dia sampai di rumah Byakuya.

Sungguh aneh. Bagaimana akhir-akhir ini ingatannya mulai kacau, seakan ada banyak memori yang menghilang dalam ingatannya. Barangkali dirinya sudah mulai menua sehingga mulai dihinggapi penyakit pikun, pikir Sakura yang jengkel pada dirinya sendiri.

HAKUJITSU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang