Chapter 14

111 22 13
                                    

Double up




























"Tsukishima-san?"

Tsukishima masih berdiri seperti patung manekin. Kedua mata hazelnya menatap Sakura, begitu pun sebaliknya, iris emerald Sakura balas menatap Tsukishima. Tak lama kemudian, tangan kanan Tsukishima terulur. Sakura sempat ragu-ragu sejenak, namun akhirnya ia menerima uluran tangan itu dan bangkit berdiri.

"Ayo, kita pergi." ucap Tsukishima singkat.

"Pergi ke mana?"

"Pergi ke tempat di mana kau tidak akan bersedih lagi. Kau ingin melarikan diri, bukan?"

"Eh?" Sakura menatap Tsukishima terkejut.

"Kau pasti lelah karena harus hidup di dalam sangkar emas. Para bangsawan itu terus saja menghinamu setiap saat tanpa tahu apa-apa tentang dirimu."

Sakura tidak terkejut sama sekali kali ini. Tentu saja, karena Tsukishima mampu dengan mudah membaca masa lalunya karena memang itulah kemampuannya. Wanita bersurai merah muda itu hanya bisa tertunduk. Tak bisa menjawab.

"Tsukishima-san, apa yang harus kulakukan?"

Tsukishima menghela napas. "Kau tidak perlu melakukan apa-apa. Sudah kubilang, ayo kita melarikan diri bersama dan pergi ke suatu tempat."

"Ke mana kau akan membawaku pergi?"

"Kau akan tahu jawabannya nanti."

***

Kediaman Keluarga Shiba

"Ya ampun, ada apa ini? Kenapa kalian bisa hujan-hujanan begini?" Shiba Kukaku menyambut kedatangan Tsukishima dan Sakura di beranda depan.

"Kukaku-san, bolehkah jika Sakura menginap untuk malam ini?" Tsukishima bertanya pada Kukaku.

"Kau ini bicara apa? Sakura bisa menginap bahkan tanpa batas waktu. Pintu rumahku akan selalu terbuka untuknya."

Sakura merasa tak enak pada Kukaku. "Maaf, Kukaku-san. Aku sudah merepotkanmu begini."

"Tidak sama sekali. Sekarang mandi dan ganti pakaianmu. Aku akan menyuruh pelayan agar menyiapkan kamar untukmu." ucap Kukaku dengan tulus, wanita itu lalu menatap Tsukishima. "Dan kau Tsukishima, kau juga harus mandi."

Tsukishima mengangguk. Pria itu bergegas untuk pergi ke kamar mandi. Suasana Kediaman Shiba hari itu agak sepi. Ginjou dan Kutsuzawa membuka sebuah bar dan mereka memilih tinggal di sana. Ganju juga terkadang membantu pekerjaan kedua Fullbringer itu walau sesekali mereka sering cekcok kecil. Tsukishima sendiri bekerja di biro administrasi yang melayani segala urusan administratif penduduk Rukongai Barat. Walau banyak yang menawarinya untuk menjadi Shinigami, Tsukishima sama sekali tak tertarik untuk pergi ke Seireitei.

.

.

.

Sakura mengangkat cawan teh hangat ke depan hidungnya, mengendusnya. Aromanya memang seperti teh hijau yang sangat pekat dan rasanya... Sakura langsung terbatuk pada tegukan pertama karena sangat pahit. "Kau pasti lupa menambahkan gulanya, Tsukishima-san!" gurau Sakura yang kemudian sambil menyeka matanya yang berair.

Tertawa kecil mendengar kata-kata Sakura, Tsukishima kemudian berpaling memandang ke arah pintu geser yang dibiarkan terbuka lebar. Pintu itu langsung menghadap ke halaman, dengan pemandangan berupa rimbunan pepohonan gelap yang membatasi halaman dengan hutan di baliknya, sementara bulan yang bulat sempurna menggantung rendah di langit malam. Cahayanya yang keperakan dan lembut menyinari halaman hingga ke lantai tatami di balik pintu yang terbuka. Suara jangkrik dan binatang malam sahut-menyahut, membentuk sebuah simfoni menenangkan bersama dengan gemerisik dedaunan yang tertiup angin.

HAKUJITSU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang