Karena enggan berdebat dengan Rajendra, Rossaline terpaksa harus ikut pulang menaiki taksi bersama pria itu. Tubuhnya juga terasa begitu lelah, ia ingin sekali tidur di ranjang empuk miliknya.
Keduanya sama-sama duduk di bangku belakang, membiarkan kursi di samping sang pengemudi kosong. Mereka diam beberapa saat, sampai kemudian Rajendra membuka topik. "Rossaline, sudah berapa lama kau menjadi dokter?" tanyanya.
Rossaline bergumam, "Hampir 5 tahun,"
Rajendra yang selama ini menganggap berinteraksi dengan orang lain, selain klien dan kolega perusahaannya, adalah membuang waktunya dengan sia-sia. Tapi, begitu ia berinteraksi dengan Rossaline, ia mulai membuang pikirannya itu.
Ternyata, berinteraksi dengan orang lain itu menyenangkan.
Kemudian, mereka kembali sama-sama terdiam. Hanya terdengar suara kendaraan yang melintas di jalanan.
"Um, Rajendra," panggil Rossaline tiba-tiba.
"Ya?" sahutnya pelan.
"Panggil aku Rose. Kau tampak kesulitan menyebut nama lengkapku,"
Rajendra terkekeh pelan, kemudian mengangguk. Ternyata, diam-diam Rossaline cukup perhatian juga.
"Kau juga bisa memanggilku, Endra," ucapnya.
Rossaline tersenyum, dan mengangguk.
"Kau tinggal di apartemen, bersama Dirga?"
Rose menggeleng, "Tidak. Aku sendirian. Dirga memilih hidup mandiri sepenuhnya. Anak itu, benar-benar menyebalkan,"
"Apa tidak apa-apa tinggal sendiri?" tanya Rajendra.
"Kenapa harus takut?" Rossaline bertanya, dengan tatapan yang mengarah kepada Rajendra.
Rajendra menghela napas, "Rossaline, di zaman sekarang banyak sekali orang jahat--"
"Termasuk dirimu?" sela Rossaline, sesaat kemudian dirinya terbahak.
Rajendra juga ikut terbahak. "Sepertinya, hari ini perasaanmu sedang senang sekali, ya? Apa karena makan malam denganku?"
Rossaline menghentikan tawanya, memicingkan matanya dengan raut wajah sebalnya. "Sembarangan!" serunya, lagi-lagi Rajendra menertawakannya. "Ini karena jus cranberry, tahu!"
"Ya, ya. Tapi kan, jus cranberry itu adalah pembelianku,"
Lagi-lagi Rajendra tertawa, puas sekali melihat wajah kesal Rossaline.
"Okey. Aku bercanda. Kenapa matamu selalu menatapku seperti itu, sih?"
"Hump!" seru Rossaline kesal, sembari memalingkan wajah ke arah lain, dan bersedekap dada.
Tanpa ia sadari, Rajendra menggeser duduknya hingga jarak keduanya sangat dekat. Pria itu mendekatkan bibirnya, kepada telinga miliknya. "Kau marah, kepadaku?"
Tubuh Rossaline meremang, saat embusan napas pria itu mengenai telinganya.
"Rajendra!" serunya kesal, dan kini tatapan mereka bertemu.
"Hm!" sang pengemudi itu berdeham dengan sedikit keras, keduanya refleks membuang wajah ke arah lain.
"Maaf, kita sudah sampai di apartemen puri imperium," jelasnya.
Keduanya menurunkan kaca mobilnya, dan benar ternyata keduanya sudah sampai.
Rossaline segera meraih tas selempangnya, dan turun dati taksi tersebut. Tapi, tiba-tiba saja pergelangan tangannya di cekal oleh seseorang.
Bukan Rajendra, karena pria itu masih berada di dalam taksi.
Kedua mata Rossaline melotot terkejut, melihat siapa orang yang tengah mencekal pergelangan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Penakluk [PROSES PENERBITAN]
RomanceBEBERAPA PART TELAH DI HAPUS UNTUK PROSES PENERBITAN #1 Betrayal (20/06/2023) #1 Krystal (15/04/2023) #3 Alister (19/08/2022) #11 Conflict (22/08/2022) #5 Rajendra (03/09/2022) #1 Betrayal (13/06/2023) #6 Completed (25/11/2022) #4 Jakarta...