Sang Penakluk || Hilang Di Telan Bumi

2.2K 78 3
                                    

Rajendra benar-benar membantunya dalam masalah ia dan Jake. Seorang ayah yang masih belum merelakan kepergian putra semata wayangnya. Meski pada akhirnya, Jake hanya di jatuhi hukuman sementara selama dua minggu, karena Rossaline yang merupakan korban tidak terluka, dan ia tidak ingin memperpanjang kasusnya.

Rossaline juga bersedia memberikan kesaksiannya atas kematian pura Jake, serta situasi yang terjadi di malam itu. Rossaline perlahan-lahan mulai bicara dengan Jake, bersama seorang dokter yang sempat menangani putranya. Dokter itu bernama Bagas, ia menjelaskan bahwa kematian putra Jake adalah murni karena kecelakaan, pembuluh darahnya pecah, tulang rusuk patah, dan kehabisan darah.

Perlahan, Jake yang semula tidak percaya, akhirnya tangisnya pecah. Ia sadar sekarang, jika Rossaline memang tidak ada hubungannya dengan kematian putranya.

"Aku sungguh meminta maaf, kepadamu Rossaline. Ya Tuhan, maafkan aku .... " katanya sembari terisak.

Rossaline mengangguk, ia sudah memaafkan semua kesalahan yang di perbuat oleh Jake selama ini. Ia juga tidak lupa berterima kasih kepada dokter Bagas, yang sudah sangat bersedia meluangkan waktunya untuk datang.

Sedangkan, sosok Rajendra seolah hilang di telan bumi. Setelah ia dan pria itu berpisah semalam, sosok Rajendra sudah tidak terlihat lagi batang hidungnya, yang mengurus masalah ini juga adalah kenalannya.

Huh!

Rossaline menghela napas, Ia sungguh sangat ingin berterima kasih kepada pria itu karena telah banyak membantunya. Tadi pagi saja, saat ia ke pos security, ia tidak menemukan para security yang semalam berjaga, melainkan wajah baru yang tampak asing baginya. Ternyata, Rajendra yang melakukannya, ia mengganti security yang lebih bisa bertanggung jawab dalam tugas mereka.

Pantas saja, Rossaline merasa aneh saat security baru itu sangat ramah kepada setiap penghuni apartemen yang keluar masuk apartemen.

"Nona Rossaline, ini kartu namaku. Jika membutuhkan apa saja, anda bisa menghubungi saya," ucap pria dengan kemeja biru laut, dan celana bahan berwarna hitam itu.

Rossaline mengambil kartu nama tersebut, "Terima kasih banyak sudah membantu," jawabnya.

Pria yang bernama Ben itu mengangguk. "Sudah tugas saya,"

"Bisa tolong sampaikan juga kepada Rajendra, bahwa aku sangat berterima kasih,"

Ben mengangkat sebelah alisnya, "Kenapa tidak menghubunginya saja?"

Ya, itu masalahnya. Ia dan Rajendra belum sedekat itu untuk saling bertukar nomor ponsel, lagi pula memangnya ia dan Rajendra akan bertemu lagi?

Rossaline menggeleng. "Tidak. Bukankah kau bilang, Rajendra sedang sibuk? Aku tidak ingin mengganggunya," alibinya.

Ben mengangguk, kemudian melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Baiklah, aku akan membantu anda menyampaikannya. Mohon maaf sebelumnya, saya harus undur diri karena ada beberapa pekerjaan yang harus saya kerjakan,"

Rossaline mengangguk. "Sekali lagi, terima kasih banyak,"

Ben terkekeh pelan, lalu segera pergi meninggalkan ruangan kantor polisi itu, begitu pun dengan Rossaline yang harus segera pergi ke rumah sakit karena sudah banyak panggilan telepon dari dokter Sera. Yaa, ia juga harus membuat perhitungan dengan dokter Sera.

Setelah menempuh jarak yang lumayan jauh dari kantor polisi, ke rumah sakit tempatnya bekerja, akhirnya ia sampai dan langsung memasuki gedung tersebut, sembari sesekali tersenyum dan membalas sapaan orang-orang yang berpapasan dengannya.

Kakinya berjalan menuju ke ruangan dokter Sera, dan benar saja sosok itu sudah berada di dalam.

Rossaline berdecak, duduk di hadapan dokter muda yang menatapnya dengan senyuman tanpa dosa.

Sang Penakluk [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang