Sang Penakluk || Panggil Aku Papa

1.5K 71 13
                                    

Satu minggu setelah kedatangan keluarga Alister ke apartemen kecil milik Rossaline, akhir-akhir ini ia tidak melihat Agatha berkeliaran di daerah apartemennya, dan ia tidak sengaja mencuri dengar dari para pegawai, dan para penghuni di sini, soal kepindahan Agatha.

'Kau tenang saja, kami semua berada di pihakmu!'

Ia kembali mengingat ucapan Mahesa satu minggu lalu, mungkin kah kepindahan Agatha juga atas campur tangannya.

Satu minggu sudah, Rajendra juga tidak ada kabar berita sama sekali. Emma bilang, suaminya sengaja terus menerus memberikannya banyak pekerjaan di sana, sengaja menyiksa putranya sebagai hukuman.

Selama itu pula, ia di perlakukan dengan hangat dan penuh kasih dari keluarga Alister, terutama Emma, dan Karel. Mahesa masih saja berwajah sangar, dan datar sama seperti saat pertama mereka bertemu.

Saat ini, Rossaline tengah duduk di kantin rumah sakit, bersama Tristan, dan juga Sera. Jangan lupakan soal Sera, setelah kepulangan keluarga Alister, wanita itu menginap di apartemennya, dan memaksanya menceritakan semua tentang hubungannya bersama dengan Rajendra.

"Jadi, sekarang bagaimana dengan hubunganmu, dan Rajendra?" tanya Sera, tentu saja dengan setengah berbisik.

Sedangkan Tristan sibuk menyuapi makanan kepada kekasihnya tersebut.

"Aku tidak tahu," jawabnya. Lagi pula, selama satu minggu ini ia sudah terbiasa tanpa kehadiran pria itu.

"Kau sudah mencoba menghubunginya?" tanya Tristan. Ya, Tristan juga mengetahui semuanya dari mulut ember Sera.

Rossaline menggeleng, "Tidak. Tapi, Karel terkadang sengaja melakukan panggilan video dengan Rajendra, saat kami hanya berdua," paparnya. Ia juga sudah sangat dekat dengan keluarga Alister, ia merasa memiliki keluarga yang utuh.

Tristan, dan Sera mengangguk.

"Oh, ya, bagaimana persiapan pernikahan kalian?"

Ya, pada akhirnya Sera dan Tristan memilih untuk menikah, dengan alasan mereka sudah cukup tua untuk sekedar berpacaran, tidak ada acara pertunangan, Tristan langsung melamar Sera begitu saja, dan sekitar satu minggu lagi, mereka akan mengikat janji suci.

"Sudah hampir tujuh puluh persen," jawab Tristan, yang sesekali menyuapkan makanan kepada Sera.

"Kenapa memangnya? Kau ingin menyumbangkan uangmu untuk biaya pernikahan kami?" sindir Sera.

Rossaline kemudian tergelak, "Oh, ayolah ... Kalian tahu, aku ini orang miskin," ucapnya memelas.

Tristan, dan Sera kompak memutar bola mata, lalu Rossaline kembali tergelak. Senang rasanya melihat Sera akan menikah, setelah jutaan kali ayahnya mencoba menjodohkan Sera dengan putra kolega bisnisnya, atau anak teman-temannya. Ternyata justru berjodoh dengan Tristan yang satu profesi, dan bekerja di tempat yang sama. Ya, cinta memang se-ajaib itu.

Tapi, hatinya sedikit merasa sesak, dan iri. Ia juga ingin menemukan belahan jiwanya, seperti Sera, dan berakhir bahagia layaknya drama korea yang sering ia tonton.

Ia bisa saja bersama dengan Rajendra, tapi pria itu masih terjebak dengan masa lalunya, dan enggan memperjuangkan dirinya. Apakah Rossaline harus menyerah dengan kisah cintanya itu?

Entahlah, ia sendiri bingung.

"Hai, apa aku mengganggu makan siang kalian?"

Sosok pria tampan dengan kemeja putih, dan celana katun berwarna krem menghampiri meja mereka, dengan senyum yang merekah.

"Oh, Karel? Kenapa kau di sini?" tanya Rossaline. Ia sangat terkejut melihat kedatangan Karel.

Sama halnya dengan Rossaline, Sera dan Tristan juga sangat terkejut. Bagaimana bisa Karel yang selama ini tidak pernah muncul di khalayak umum tiba-tiba saja muncul seperti ini.

Sang Penakluk [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang