2. Zaldy - Yena

316 194 21
                                    

Kopi itu pahit, tapi banyak yang suka
Sepahit pahitnya kopi akan tetap dinikmati dan di gemari.
Kalau sudah suka terhadap sesuatu,
sesulit, sesusah, bahkan seberat apapun cobaan
Yang akan di lalui, akan tetap dijalani dengan senang hati.
-
-
-

"Matcha?" Moa menengadahkan tangannya kepada Yena.

"Apaan?" Yena terlihat bingung dengan Moa.

"Gue kan udah nyanyi! Mana matcha gueee," rengek Moa.

"Seminggu aja deh ya mo wkwk, kan lu orkay masa iya gue sama pren pren sekelas lu yang missquinn ini harus jajanin lo, lagian ya lo itu kemaren nyanyinya juga ngga full kan?" Yena tersenyum paksa, ini memang salahnya sendiri menanjikan hal yang sudah pasti akan di tagih terus menerus oleh Moa.

(ns: (orkay : orang kaya),(pren: friend; teman),(missquinn adalah plesetan dari kata miskin, biar lebih berkelas aja si menurut author)

Sudah menjelang sore hari, dan serangkaian acara juga sudah di lewati, semua stand bazar juga sudah mulai mengemasi barang barangnya. Acara ulang tahun sekolah ini di adakan dengan meriah, walaupun ada sedikit kendala saat Amoa bernyanyi.

Kedua gadis itu berjalan keluar dari kelas dan berniat membeli matcha sesuai keinginan dari Moa, ketika mereka sedang berjalan di koridor mereka melihat gerombolan 5 orang laki laki di ujung koridor itu.

"Itu kak Angga bukan si?, udah liat kan tadi Mo? ganteng kan?" Yena menyenggol lengan Moa sambil menaik turunkan alisnya, berniat menggoda Moa.

"Emm, ga juga," jawab Moa seadanya.

"Yenaaaa !" Zaldy berlari ke arah Yena ketika mendapati kekasihnya yang sedang berjalan ke arahnya itu. Ia langsung memeluk kekasihnya itu tanpa rasa malu.

"Malu ege!" Yena mencubit lengan Zaldy, sebenarnya cubitan itu sangat pelan tapi tetap saja Zaldy mengaduh kesakitan.

"Aww aww kdrt kdrt awww."

"Bukan temen gue si." ucap Bayu dan Kai bersamaan, Sedangkan Angga dan Sean hanya mengangguk menyetujui perkataan kedua temannya itu.

"Lebay, aku mau nganter Moa beli matcha, keburu abis nanti kak." Yena kembali mencubit Zaldy, kini cubitan itu tidak lagi di lengannya, melainkan berpindah ke pipinya.

"Okee! tapi nanti sama aku lagi ya?" Zaldy tersenyum, di ikuti gerakan ingin muntah dari ke empat teman nya.

"Gabakal gue ambil pacar lo kak elahh, nganter beli minum doang." cibir Moa.

"Betyul, oke kakak-kakak permisi dulu yaa," Yena menarik tangan Moa menjauhi kelima orang itu.

"Biasa kek begitu?" tanya Moa tiba tiba.

"Apanya?" Yena menatap Moa yang menaikkan alis.

"Lo, sama pacar lo lah"

"Ohh. Iya, gemes kan pacar gue?"

Moa merasa merinding diseluruh tubuhnya saat mengingat pacar sahabatnya ini begitu manja. "Gue liat barusan Yen, geli banget elahh."

Yena terkekeh, sebenarnya Zaldy merupakan tipikal orang yang bisa di bilang cuek, banyak dari rekan Osis nya yang mengejar, entah sekedar kagum atau menyukainya, namun karena mereka bukanlah 'Silvia Yena' maka mereka tidak akan meendapat perhatian dari seorang bernama Zaldy Tama.

Pertemuan Zaldy dengan Yena merupakan kisah klise yang terjadi saat Yena baru memasuki sekolah itu, di saat ia ingin membuka bungkus permen nya namun sedikit kesulitan, disitulah terdapat momen Zaldy sebagai penolongnya.

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang