9

17.6K 164 2
                                    

Siona langsung memeluk Edward tanpa berkata apapun, Edward pun langsung memeluk Siona yang kini terlihat sangat takut, tanpa harus bertanya Edward sudah mengetahui apa yang terjadi.

Ketiga tukang itu terhenti dan kaget melihat Edward yang sudah tiba di rumah.

Edward melepas jas yang ia pakai, dan memakaikan pada tubuh Siona, ia melepaskan pelukan Siona, ia melangkah mendekati ketiga tukang itu.

Langkah Edward dipenuhi amarah, Edward mengambil tongkat golf, langkah penuh amarah dan ketika tepat berada di depan tukang, Edward mengayunkan tongkat yang ia pegang, ke arah muka tukang itu.

Seketika ketiganya terjatuh, Edward yang masih dipenuhi amarah dan emosi, memukuli para tukang itu dengan tongkat golf yang ia bawa.

Cairan merah mulai keluar dari hidung dan kepala ketiga tukang itu, satu lagi tukang yang baru saja keluar dengan langkah tertatih, sambil memegang zona ekaklusifnya yang terkena tendangan Siona, memohon untuk melepaskan mereka.

"Maafkan kami tuan, kami khilaf!"

"Semudah itu kau katakan ini khilaf, hah?!" Tanpa basa-basi Edward ayunkan kembali tongkat itu ke muka tukang tersebut.

Ketika Edward hendak mengayunkan kembali, Siona menghentikan Edward.

"Sudah Paman, hentikan! Mereka sudah babak belur, kita laporkan saja mereka kepada polisi." Ucap Siona sambil mendekati Edward.

Edward pun membuang tongkat golfnya, dan segera memeluk Siona kembali.

"Bagaimana keadaanmu? Maafkan Paman yang datang terlambat!" Edward membelai rambut Siona dan mencium kening Siona.

Siona menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak apa-apa, Paman tidak terlambat." Air mata Siona pecah kembali dalam pelukan Edward.

"Paman salah, sudah mengabaikan pesanmu tadi siang, andai aku datang lebih awal, mungkin ini tidak akan terjadi kepadamu!"

"Sekali lagi maafkan Paman!" Edward memeluk Siona penuh penyesalan, rasa bersalah bagaikan menyelimuti hati Edward.

●●●

Edward melaporkan keempat tukang itu kepada polisi, tak lupa juga Edward melaporkan kepada atasan agen reparasi tempat mereka bekerja.

Malam ini Edward menemani Siona yang ia anggap masih syok dengan apa yang telah ia alami hari ini.

"Sekali lagi maafkan Paman!" Edward tak henti-henti meminta maaf kepada Siona.

"Berapa kali Paman meminta maaf kepadaku? Nanti jika sudah genap seribu, Paman jangan lupa laporan padaku ya!" Siona nampak tersenyum manis.

"Siona.. keempat brengsek itu hampir saja menyakitimu, tapi kamu masih bisa bercanda ya!" Edward mencubit hidung Siona.

"Paman!! Mengapa suka sekali mencubit hidungku sih!"

TING.. TONG..

Bel rumah berbunyi.

"Tumben sekali Paman, rumah kita kedatangan tamu?" Tanya Siona.

"Iya, ada teman dekat Paman, ia akan menjengukmu." Edward tersenyum manis sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Paman buka dulu ya?" Edward meninggalkan Siona.

"Mengapa Paman bersemangat sekali? Apa itu seseorang yang diberi nama Bee oleh Paman?" Siona mendeskripsikan sendiri seluruh pikirannya.

"Lihatlah siapa yang datang?" Edward mempersilahkan tamunya masuk ke kamar Siona.

Tamu yang kini memasuki kamar Siona membawa buket bunga, dan ia menutupi wajahnya dengan buket tersebut, membuat Siona penasaran, siapa yang menjenguknya kini.
"Dia siapa Paman?" Mengernyitkan dahinya.

I LOVE YOU UNCLE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang