11

14.8K 141 1
                                    

"Bagaimana jika itu benar? Apa yang harus ku lakukan?" Edward mondar mandir di depan pintu kamar mandi Siona.

Sedangkan Siona masih muntah, di dalam kamar mandi.

"Ini pasti gara-gara aku tidur tidak menggunakan baju, jadi masuk angin kan." Ucap Siona kepada dirinya sendiri.

Selang beberapa saat Siona keluar dari dalam kamar mandi, wajahnya nampak lemas, dengan tangannya yang memegang perut.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Edward tampak khawatir.

"Aku sudah sedikit agak lega Paman, oh iya, Paman masak apa?"

"Ini menu kesukaanmu."

TING.. TONG..

Terdengar suara bel dari bawah.

'Sepagi ini siapa yang ingin bertamu? Apa Paman mengundang Felix lagi? Tapi mengapa pagi sekali?'

"Paket!" Ucap kurir dari luar rumah.

"Oh, itu barang pesananku yang datang rupannya, sebentar ya? Kamu lanjut sarapan aja!"

Edward segera menemui kurir antar barang tersebut.

●●●

"Berapa?" Tanya Edward.

"Tujuh Puluh Lima Ribu semuannya Pak!" Jawab kurir tersebut.

"Ini, kembaliannya ambil saja!" Edward memberikan uang seratus ribu untuk kurir tersebut.

"Terimakasih banyak Pak!" Kurir tersebut pergi meninggalkan Edward.

Setelah kurir itu pergi, Edward bergumam kepada dirinya sendiri.

"Enak saja dipanggil Pak, emang aku setua itu ya!" Edward berjalan memasuki kamarnya sendiri.

Di dalam kamarnya ia berjalan mondar-mandir, sambil membawa tespek dan obat nyeri di tangannya.

"Bagaimana aku harus memberikan ini kepada Siona? Bagaimana jika dia shock? Bagaimana jika ia down? Aku takkan tega melihatnya seperti itu."

DRT... DRT...

Suara panggilan masuk dari ponsel Edward.

"Iya Bee, mengapa kau telfon sepagi ini? Ada apa?"

Di luar pintu kamar Edward ternyata ada Siona yang hendak menyampaikan sesuatu kepada Edward, namun baru saja Siona akan memegang knop pintu, dan alhasil ia terhenti saat Edward mengangkat telfon itu.

"Iya Bee, besok aku akan kesaana, kalau sekarang sepertinya masih belum bisa, sayang!"

"Iya, iya, pasti aku akan datang menemuimu Bee, bagaimana keadaanmu sekarang?"

"Syukurlah."

"Besok aku akan membawa pesananmu, apa kamu mau tambah aku bawakan apa lagi?"

"Baiklah!"

"Iya sayang, aku juga merindukanmu, sampai jumpa besok Bee!"

●●●

Terdengar jelas suara Edward yang sedang berbicara di telepon, walaupun suara Bee tidak terdengar, tetapi Siona sangat terluka mendengar kalimat penutup yang diucapkan oleh Edward.

Siona mengurungkan diri untuk memasuki kamar Edward, ia melangkah pergi dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya.

●●●

"Sialan! Paman pria brengsek!" Ucap Siona yang tengah terluka.

Diwaktu bersamaan Siona mendengar ponselnya berbunyi, sebuah panggilan dari Adam terpampang di layar ponsel Siona, Siona pun langsung mengangkat panggilan tersebut.

I LOVE YOU UNCLE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang