Ancaman

160 4 0
                                    

Ruang apartemen David nampak lebih rapi. Kamar tidur pun sudah tidak berantakan seperti pertama Alisa melihatnya. Sejak selesai makan malam tadi, Alisa bersusah payah merapikan kamar ini, hingga jadi lebih layak untuk ditinggali.

Kini Alisa duduk di tepi ranjang sambil memegang foto dirinya bersama Kirk. Hatinya pilu menerima kenyataan jika kakaknya sudah tiada. Matanya sembab oleh gumpalan air yang siap meledak. Tapi Alisa bertahan agar air matanya tidak sampai terjatuh. Tiba-tiba pintu kamar dibuka seseorang. Alisa segera menyimpan fotonya saat mengetahui David muncul dari balik pintu.

"Belum bisa tidur, ya? Masih teringat kakakmu?" Tanya David seraya menutup pintu kamar.

Bukan... Tidak..." Jawab Alisa gugup. Dia mengedipkan matanya beberapa kali untuk menghilangkan air matanya.

David mengulas senyum, melangkah mendekati ranjang.

"Aku teringat kejadian di bus kota siang tadi" kata Alisa mencoba beralasan seraya berpura-pura membetulkan gaun tidurnya.

David berdiri di depan Alisa, masih tersenyum menunggu Alisa meneruskan kata-katanya.

"Kau sudah tau siapa mereka itu, kan? Tapi kenapa kau tidak menghindarinya saja?" Tanya Alisa.

David duduk disebelah Alisa, mengusap bahu Alisa dengan lembut.

"Kalau tidak ada kita, kan penjahat itu berhasil membajak bus" sahut David.

Alisa menatap mata David. Nampak terpancar keberanian dari mata itu. Keberanian membantu sesamanya tanpa peduli dengan keselamatannya sendiri.

"Dasar" ujar Alisa pelan.

David hanya membalas dengan tertawa pelan.

"Kau juga tidur disini?" Alisa kembali bertanya.

"Hu-um" sahut David pendek. Alisa diam.

"Biasanya laki-laki yang tidur di sebelahku adalah kakak..."

"Sekarang aku" potong David cepat.

Alisa menatap dingin kepada David.

"Apa kau tidak akan macam-macam?" Tanya Alisa lagi.

"Tidak... Kalau kau tidak menginginkannya" kata David.

"Maksudmu?" Alisa tak mengerti.

Tanpa menjawab, David merengkuh tubuh Alisa. Wajah mereka sampai begitu dekat. Perlahan David mencium bibir Alisa. Alisa nampak terkejut tapi tidak melawan perlakuan David.

"Ouh..." Alisa melenguh pelan dan tetap membiarkan lidah David menyusup masuk ke dalam mulutnya.

Tak lama David melepaskan ciumannya dari bibir Alisa.

"Aku tidak akan memaksamu" ujar David.

Alisa masih diam. Dia memegang bibirnya yang baru saja dilumat David.

"Sekarang tidurlah" ajak David kemudian.

David mendorong tubuh Alisa yang masih terdiam. Ditariknya selimut hingga menutupi tubuh mereka. Alisa masih terdiam sambil menatap David. Dia tak mengira, mendapat ciuman pertama dari sahabat kakaknya. Alisa merasa malu, apalagi tadi dia hanya diam saja. Tak mampu menolak ataupun membalas ciuman David.

Tiba-tiba mata Alisa menangkap sesuatu menonjol dari balik selimut di bagian bawah David.

"David" panggil Alisa pelan.

David menengok ke arah Alisa.

"Apa itu yang menonjol dan berdiri tegak?" Tanya Alisa polos.

David melirik selangkangannya lalu tertawa pelan.

DETEKTIF MESUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang