Tamu Malam Hari

746 13 0
                                    

"Uwaa...!!" Terdengar jeritan menyayat hati dari dalam suatu kamar di apartemen kumuh di pinggiran kota Monjiro.

"Diamlah..! Jangan kau gerakkan tanganmu..!" Perintah Kirk yang sedang duduk di hadapan David. Kirk membantu mengobati luka tembak di tangan David.

"Ugh... Gak infeksi, kan? Udah bersih belum sih?" Tanya David sambil meringis.

"Begini saja sakit. Di depan wanita saja, sok jago" balas Kirk sambil membalut tangan David dengan perban.

"Yang lembut sedikit dong, Kirk. Uh.." David masih meringis.

"Tak sekalian kau lubangi sela-sela jarimu, Dave. Hehe" ujar Kirk.

"Meledek saja" sahut David.

"Aku tidak bodoh sampai harus mengorbankan tangan kiriku" lanjut David.

"Dan informasi apa yang kau dapat? Hanya si bajingan itu pakai mobil BMW saja, kan?!" Sela Kirk.

"Sebetulnya aku tak butuh informasi seperti itu. Tau gak..?" Sahut David menggantung ucapannya.

Kirk menaikkan alisnya meminta David melanjutkan ucapannya.

"Itu hanya umpan buat dia" lanjut David sambil senyum menyeringai.

"Umpan?" Tanya Kirk tak mengerti.

"Kau pikir, buat apa aku membuat keonaran di tempat itu?" Balas David sambil menyambar bajunya.

Kirk masih mencoba menerka apa maksud ucapan David hingga David selesai berpakaian. Setelah itu David melangkah menuju pintu.

"Hei, mau kemana kau?" Tanya Kirk saat melihat David membuka pintu.

"Aku pergi dulu Kirk. Linda mungkin sudah menunggu di kamarku. Hehe" sahut David sambil senyum-senyum kepada Kirk.

"Dasar maniak" ujar Kirk.

David tidak menyahut dan langsung menutup pintu kamar Kirk.

"Apa sih yang ada di otaknya?" Pikir Kirk.
*

Linda Sambro berdiri tertegun di depan pintu sebuah kamar apartemen. Dibahunya tergantung sebuah tas besar. Sebenarnya, hatinya ragu untuk meneruskan tindakannya ini. Kemarin di klub malam, David Valley memintanya agar sementara waktu untuk tinggal di apartemennya. Selain alasan menjaga keselamatannya dari kawanan penculik yang mungkin masih menyimpan dendam, David juga ingin membahas bayaran atas pekerjaannya.

Setelah menimbang beberapa saat, Linda memencet bel di dinding sebelah pintu kamar.

"Teett..." Terdengar lengkingan suara bel dari dalam kamar.

Linda menunggu beberapa lama. Karena pintu tak kunjung dibuka, dia kembali memencet bel. Hingga 5 kali bel berteriak, pintu tetap tidak dibuka. Linda sudah memperkirakan jika Davis sedang tidak ada di kamarnya, maka dia memutuskan untuk menunggu di lobi. Tapi entah kenapa, tangannya tergerak untuk memutar pegangan pintu.

"Hah..?!" Linda terlonjak kaget saat pintu kamar terbuka.

Seakan tak percaya, Linda membuka lebar daun pintu. Nampak bagian dalam kamar apartemen yang sunyi. Linda mencondongkan kepalanya melihat ke dalam kamar.

"David..!" Panggil Linda lantang.

Tak ada jawaban. Kamar itu tetap sunyi. Dengan ragu, Linda melangkah masuk ke dalam kamar.

"Halo...! David...!" Linda kembali berteriak memanggil penghuni rumah, namun tetap saja tidak ada jawaban.

Linda menutup pintu kamar lalu melangkah ke tengah ruang.

"Luas juga kamarnya" kata Linda dalam hati.

Linda mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar. Pandangan matanya menatap pintu di sebelah kanannya berdiri. Dia melangkah mendekati pintu dan langsung membukanya.

DETEKTIF MESUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang