Perang Kecil

245 6 0
                                    

Kapten Yugo yang baru saja tiba di kantor merangkap toko permata, terkejut melihat kondisi tokonya. Dengan tergesa dia berjalan cepat dan berdiri di bekas pintu kaca tokonya yang sudah hancur.

"Oh, kenapa jadi berantakan begini? Seperti kandang babi saja!" Gumam sang Kapten.

Kapten Yugo melihat banyak sekali babi berkeliaran di dalam tokonya. Etalasenya sudah habis tak berbentuk semua. Lantai pun tergenang oleh cairan kental yang mengeluarkan bau tak sedap.

"Sersan..!!" Kapten berteriak memanggil seseorang.

Pria besar yang di panggil sersan itu, menoleh terkejut melihat pimpinannya sudah berdiri di depan toko. Dengan segera dia berlari menghampiri sang kapten.

"Ma... Maaf, Kapten. Jangan masuk dulu, masih bau" kata sersan itu ketakutan.

"Jelas bau, bodoh..!! Cepat keluarkan babi-babi itu..!!" Bentak sang Kapten.

Ta... Tapi..." Pria besar berkata gugup.

"Permata-permata itu... Sebagian ada yang dimakan babi-babi itu" lanjut sersan sambil menunduk.

"Apa?! Tidak mungkin?! Permata-permataku ada di dalam perut babi?!" Ulang Kapten Yugo menahan marah.

Sambil menahan marah, sang kapten melangkahi ceceran-ceceran cairan berbau busuk itu menuju arah tangga, untuk kemudian bergegas ke ruangan kerjanya di lantai atas. Sersan dengan wajah ketakutan mengikuti langkah pimpinannya itu.

"Selamat datang, Kapten. Makanannya sudah siap" ujar pelayan di lantai atas tetap berusaha menghormati pimpinannya meskipun mereka tau situasinya sedang tidak bagus.

"Tidak..! Nafsu makanku sudah hilang..!" Bentak sang kapten terus melangkah.

Kapten Yugo membuka ruang kerjanya, lalu menyalakan lampu. Saat keadaan ruang kerjanya menjadi terang, mata sang kapten kembali terbelalak. Kondisi ruang kerjanya tak lebih baik dari tokonya. Semua perabotannya terguling tidak pada tempatnya seperti bekas diacak-acak.

Mata sang kapten semakin terbelalak melihat lukisan besar yang berada di belakang kursi kerjanya. Lukisan itu terkoyak oleh sebuah tulisan yang digoreskan pada kain kanvasnya.

"VJ..!" Kapten Yugo membaca guratan tulisan pada lukisan.

Mukanya langsung berubah merah padam. Dengan marah, sang kapten mengambil pedang panjang yang tergantung di dinding ruang kerjanya.

"Kau benar-benar ingin melawanku, hah!!" Kapten Yugo berteriak sambil mengoyak-ngoyak lukisannya sendiri menggunakan pedang pajangannya.

Hingga akhirnya sang kapten kelelahan, dia terengah-engah sambil menatap tajam tulisan pada lukisan yang sudah tidak terbaca lagi.

"Awas kau, David Valley" kata kapten geram.

"Kapten, kami mohon ampun atas kecerobohan kami" ujar sersan seraya membungkuk hormat diikuti oleh pelayan-pelayan di belakangnya.

"Huh, tak berguna..! Semua perhiasanku hancur karena kebodohan kalian..!" Sahut kapten masih emosi.

"Ini tidak akan terjadi, Jenderal" ujar sersan lagi.

"Seharusnya ini tidak sampai terjadi, Sersan..!" Bentak sang kapten.

"Dasar bodoh..!! Tidak bisa menjaga barang-barangku..!!" Kata sang kapten lagi sambil menodongkan pistol ke kepala sersan.

"Barang-barang itu... Oh, jangan Kapten" ucapan sersan terputus saat melihat moncong pistol mengarah ke kepalanya.

"Itu tanggung jawabmu, Sersan..!!" Bentak Kapten lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DETEKTIF MESUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang