"Kita yang dulu terjalin, kini tak lagi sejalan"
***
1 bulan sebelumnya...
Keluar dari salah satu rumah makan khas Jepang, Nola menuruni eskalator menuju lantai dasar mal. Langkahnya selalu berhenti tepat di dapan papan reklame digital berukuran raksasa yang terpajang tepat di depan toko fashion and beauty terbesar di Indonesia. Nola sangat mengagumi sosok Karmelia Larasati yang merupakan Brand Ambassador brand Orange Caramel.
Nola meniru pose Karmelia untuk kali kesekian. Setelah puas, ia memasuki store sambil memperhatikan para pramuniaga yang tampak siaga berdiri di setiap kategori produk. Ia lalu berjalan semakin dalam memasuki kategori accessories. Nola melihat-lihat produk mulai dari topi, kacamata hingga pernak pernik menarik lainnya.
Nola mencoba benda-benda yang menarik perhatiannya. Melepas segelnya, kemudian mengambil beberapa gambar dengan view yang menarik. Tentu saja Nola tidak lupa untuk memasang segelnya kembali setelah selesai. Ia juga pandai mencari peluang dan memanfaatkan celah ketika pramuniaga sedang sibuk melayani pelanggan lain. Suasana toko di malam minggu memang selalu ramai.
Tidak puas sampai di situ saja, Nola perlahan berjalan menuju kategori fashion. Ia mengambil beberapa setel pakaian untuk ia bawa ke dalam kamar pas. Nola pandai memadupadankan pakaian hingga tampak trendy dan berkelas. Tentu tidak lupa ia mengambil beberapa gambar dirinya mengenakan produk-produk OC.
Nola keluar kamar pas dengan perasaan senang. Ia menaruh kembali pakaian-pakaian yang tadi ia coba ke tempat semula. Kini ia punya banyak stok foto untuk ia unggah ke media sosial.
Nola berjalan-jalan lagi, kali ini memasuki kategori aksesoris rambut. Matanya bergerak untuk mencari peluang mengambil gambar. Hingga akhirnya, sebuah jepitan dengan mata-mata cantik berbentuk buah jeruk berhasil ia sematkan di rambutnya. Ia memperhatikan pantulan dirinya dari cermin panjang di atas etalase, merapikan rambut dengan jari-jarinya. Sampai kemudian, sebuah suara teguran menghentikan gerakannya.
"Kakak yang baju putih!"
Nola menunduk dan menyadari kaos yang ia kenakan berwarna putih. Apakah perbuatannya ketahuan? Nola segera berbalik ketika mendengar suara langkah pramuniaga itu semakin mendekat.
"Saya cuma—" Belum selesai Nola bicara, pramuniaga itu justru berjalan cepat melewatinya begitu saja, kemudian menegur seseorang yang berada tidak jauh darinya.
"Maaf, Kak. Dilarang membuka kemasan dan mengambil gambar."
"Oh, maaf. Saya lagi tanya pendapat teman saja. Soalnya lagi cari hadiah buat kado teman."
"Iya, mohon maaf, Kak. Tapi peraturannya memang begitu. Nggak boleh ambil gambar tanpa izin."
Si pelanggan memaklumi. "Kalo gitu saya ambil yang udah saya buka ini." Kemudian, ia berjalan ke kasir untuk melakukan transaksi.
Nola terlambat untuk mengembalikan jepitan yang ia kenakan kembali ke tempat semula, karena pramuniaga itu kini berjalan ke arahnya sambil memperhatikannya. Alhasil, Nola buru-buru menyusul pelanggan tadi menuju kasir untuk membayar jepit rambut yang ia coba. Beruntung ia hampir ketahuan ketika mencoba jepit rambut ini, jadi biaya yang harus ia keluarkan tidak terlalu banyak. Nola dipastikan tidak akan sanggup jika harus membayar produk-produk fashion yang ia coba di kamar pas tadi.
Walaupun ini bukan kali pertama Nola melakukan kegiatan berbahaya ini, tetap saja ia selalu gugup. Nola menyadari perbuatannya salah. Melepas segel, mengambil foto diam-diam tidak dibenarkan. Namun ia sama sekali tidak pernah mengambil benda apa pun tanpa membayar. Nola hanya "meminjam" tanpa izin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Konten
Teen Fiction"Ketika jumlah pengikut dijadikan tolak ukur sebuah kebahagiaan" *** Ketika Nola merasa dunia selalu berpihak pada Sandra, ia bertekad untuk bisa menang 1 hal dari musuhnya itu, yaitu memenangkan kompetisi pemilihan Brand Ambassador brand fashion an...