"Berawal dari kolaborasi, hingga mampu mengubah situasi"
***
Ben memarkirkan motornya di lahan parkir sekolah pagi itu. Naya sudah turun dari boncengannya sejak di depan gerbang.
Ben berjalan menyusuri bagian samping sekolah. Namun tiba-tiba saja langkahnya melambat ketika memergogi seorang cewek seangkatannya sedang menyudutkan adik kelas. Ben mengetahuinya dari sebutan 'Kakak' yang terucap dari cewek bertubuh kecil yang tampak jelas sedang ditindas.
Ben buru-buru mendekat. Beruntung ia dengan cepat menahan tangan cewek senior yang melayang dan hendak mendarat di pipi adik kelas.
"Jangan nindas adik kelas!" kata Ben memperingati. Ia langsung disambut sepasang mata bundar yang menyorotnya tajam.
"Siapa lo?"
"Nggak penting! Nge-bully itu perbuatan yang nggak baik. Emangnya lo mau kalo adik lo dibully? Nggak kan?"
"Kalo nggak tau apa-apa, nggak usah ikut campur! Lepasin!" cewek bermata coklat itu berusaha membebesakan tangannya.
"Apa pun alasannya. Tindakan yang lo lakuin ini salah!"
"Hey! Jangan lari!" Cewek itu berdecak kesal melihat adik kelas yang ditegurnya tadi kini sudah melarikan diri dengan tergese-gesa. Saat itu, barulah Ben melepaskan cengkeramannya.
"Gara-gara lo sok jadi pahlawan! Urusan gue sama dia belum selesai!" Cewek itu menatap Ben marah. Bibirnya menipis menahan amarahnya.
Sementara Ben tidak menyesal sama sekali. Ia merasa tindakannya mencegah bullying adalah hal yang benar.
***
"Beraninya pakai second account. Giliran dilabrak malah gemeteran." Nola menggerutu sepanjang perjalanannya menuju kelas. Ia tak habis pikir ada saja orang kurang kerjaan yang rela bikin akun palsu hanya demi menebar kebencian.
Nola bahkan tak menyangka orang yang berlindung di balik akun anonim yang bergabung di live streaming-nya semalam, dan yang seenaknya melontarkan kalimat penghinaan padanya justru adalah seorang wanita. Adik kelasnya pula. Nola mengetahuinya dari pengaduan akun lain yang mendapat perlakuan serupa. Akun yang kebetulan adalah pengikutnya itu sudah lebih dulu menyelidiki pemilik second account yang meresahkan itu.
Nola membuka profil Instagram miliknya dan mengecek notifikasi yang masuk. Ada peningkatan jumlah pengikut sebanyak kurang lebih 100. Ia menyimpan kembali ponselnya ke saku seragam sambil menghela napas dalam-dalam. Ia tidak akan bisa memenuhi target bila seperti ini terus.
"Nola."
Nola menoleh dan mendapati Kaisar sudah mengimbangi langkahnya tepat di sebelahnya.
"Hai, Kaisar."
"Gimana tidurnya semalam? Nyenyak?"
"Oh, iya. Nyenyak kok."
Pertanyaan yang awalnya Nola anggap biasa. Namun, lama-kelamaan rupanya bisa membuat hatinya berdebar.
"Kalo kamu?" Nola bertanya balik.
Kaisar mengangguk. "Walau sebetulnya lebih nyenyak kalo habis telponan sama kamu."
"Eh?" Nola menoleh canggung.
Kaisar tersenyum lebar. "Aku boleh ya nelpon kamu sering-sering?"
Nola terkesiap ketika matanya bertamu dengan tatapan Kaisar yang membuatnya gugup. "Oh, ya, boleh, boleh."

KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Konten
Teen Fiction"Ketika jumlah pengikut dijadikan tolak ukur sebuah kebahagiaan" *** Ketika Nola merasa dunia selalu berpihak pada Sandra, ia bertekad untuk bisa menang 1 hal dari musuhnya itu, yaitu memenangkan kompetisi pemilihan Brand Ambassador brand fashion an...