"Kau menyapa dengan penuh suka, seolah dulu tak pernah taburkan luka"
***
"Kayaknya sesekali kita perlu undang narasumber yang lagi fenomenal, deh. Kontroversial gitu.. Biar gimana pun, kita perlu ngikutin tren, kan? Circle B butuh peningkatan subscriber," usul Cahyo menyebut nama channel Youtube yang mereka bangun bersama Ben sejak tahun lalu.
"Gue setuju. Sesekali undang selebgram yang lagi naik daun, sabi kali. Pasti podcast kita bakal banyak yang nonton."
Damar dan Cahyo kompak melakukan hi five.
"Oke, jangan lupa lo bilang ke Ben," kata Damar.
Cahyo justru menggeleng cepat. "Lo aja. Kan tadi lo yang ngusulin buat ngundang selebgram. Gih, sampein ke Ben."
"Tapi tadi kan lo yang punya ide buat ngundang narasumber yang lagi fenomenal. Ya gue cuma nyaranin aja."
"Pokoknya lo yang bilang ke Ben!" desak Damar.
"Bilang apa?"
Damar dan Cahyo tiba-tiba saja membeku ketika menyadari Ben sudah berdiri di dekat meja mereka dengan penuh tanda tanya.
"Mau bilang apa?" tanya Ben lagi. Kali ini ia sudah menaruh tas di mejanya, duduk, lalu memutar tubuhnya dan menatap Damar dan Cahyo bergantian.
"Ini, si Cahyo mau ngusulin sesuatu tentang narasumber buat podcast kita," ucap Damar seolah sedang mendorong sahabatnya ke kolam yang sangat dalam.
"Apa, Yo?" Ben menanti jawaban Cahyo. Sementara orang yang ditatapnya justru tampak gugup sambil menatap Damar beberapa kali seolah meminta bantuan.
"Itu. Gimana kalo ... kalo kita ... ngundang ... narasumber yang ..."
"Yang?" sahut Ben tak sabar.
"Yang lebih ... lebih ...,"
"Lebih kompeten?" tebak Ben gemas.
"I-iya. Itu maksud gue." Jawaban Cahyo mendapat cibiran tanpa suara dari Damar. Pada akhirnya tidak ada dari mereka yang berani mencoba mematahkan visi misi yang diciptakan Ben untuk konten Youtube mereka.
"Pas. Itu juga yang gue pikiran dari semalam. Gue ngerasa narasumber terakhir kita kemarin kayak kurang memahami topik. Jawabannya malah sering melenceng dari pertanyaan yang kalian ajuin." Ben tampak bersemangat. Ia kemudian menunjuk Damar hingga membuat temannya itu tersentak. "Kalo gitu, Mar. Next-nya tolong pelajari juga latar belakang si narasumber. Pastiin dia punya background yang kuat tentang tema yang kita angkat."
Tentu saja Damar hanya mengangguk patuh. Kali ini Cahyo balas melayangkan cibiran untuknya.
"Jadi, narasumber buat take nanti siang udah ready kan?" tanya Ben lagi pada Damar.
"On schedule!"
***
Nola berbaring dengan posisi tengkurap di atas kasur. Wajahnya ia benamkan di atas bantal, kemudian ia berteriak sekuat-kuatnya. Posisi bantal kini ia pindahkan ke atas kepalanya. Kakinya mulai menendang-nendang kasur dengan tidak sabar.
Mengumpulkan pengikut rupanya tak semudah yang Nola bayangkan. Seminggu terakhir ia rajin membagikan konten berbau ramalan zodiak. Mulai dari tips-tips percintaan, hingga fashion yang cocok untuk tiap zodiak agar auranya lebih terpancar. Tentu saja Nola tidak benar-benar memahami tentang zodiak. Bermodal informasi yang kini seba mudah melalui internet, Nola berpura-pura seolah ia adalah pakar di bidang perzodiakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Konten
Teen Fiction"Ketika jumlah pengikut dijadikan tolak ukur sebuah kebahagiaan" *** Ketika Nola merasa dunia selalu berpihak pada Sandra, ia bertekad untuk bisa menang 1 hal dari musuhnya itu, yaitu memenangkan kompetisi pemilihan Brand Ambassador brand fashion an...