Pete melipat beberapa pakaian milik Vegas, beberapa jam sebelumnya Vegas pergi meninggalkan rumah. Ia memiliki kelas pagi ini, mungkin aktivitasnya sangat padat saat ini karena ia memasuki semester akhir, ditambah lagi, ia harus menjalani bisnis Perusahaan dan menggantikan peran sang Ayah setelah Ayahnya meninggal. Sebenarnya ia sendiri ingin sekali membantu Vegas, tetapi Vegas sangat melarangnya. Pete memang mengatur segalanya, bahkan semua pengawal, Vegas maupun Macau berada dibawah tangannya. Tetapi, Vegas tak ingin Pete terlalu sering bertemu klien-klien yang ia miliki. Pete selalu berpikir, apa Vegas meremehkannya? Bagaimana pun sebelum ini ia adalah kepala pengawal serta orang yang sangat dipercaya oleh keluarga utama. Yah, walau misinya gagal saat harus membututi bajingan Vegas. Tetapi, mungkin ini takdir dirinya bertemu Vegas.
Pete menghela nafas dan menatap kamar yang hampir dua tahun ini ia tempati. Kamar yang tertata sangat rapi, kamar dengan warna gelap yang mendominasi, bahkan beberapa buku-buku filosofi kehidupan tertata dengan baik. Ah ya, Pete sangat ingat ia sudah membaca semua buku tersebut dan membuat dirinya merasa sangat hebat dan mengerti hidup semua orang. Pete hanya terkekeh kecil mengambil salah satu buku tersebut. Ia merasa hebat, tetapi ia sendiri tak tahu harus bagaimana dengan dirinya saat ini.
Tok...tokk
Pete tersadar akan suara ketukan pintu, ia segera kembali meletakan buku yang ia ambil sebelumnya dan melangkah menuju pintu kamarnya untuk melihat siapa yang tiba.
"Phi." Ujar Macau, wajahnya terlihat begitu kacau, bahkan Macau mengusap kasar air matanya membuat Pete sedikit mencemaskannya. Bagaimana pun Pete tahu kondisi Macau sebelumnya, ia sudah sangat jarang menemui Macau seperti ini. Manusia kurang ajar mana yang telah menyakiti adiknya sampai menangis?
"Ada yang menyakitimu?" Tanya Pete cemas, Macau tak menjawab dan memeluk Pete begitu erat, bahkan tubuhnya sudah bergetar hebat karena menangis.
"Hei, ada apa? Siapa yang menyakitimu?" Macau sendiri hanya menggelengkan kepalanya, tangisannya semakin terdengar, bahkan ia memeluk Pete dengan sangat-sangat erat seakan takut Pete pergi. Pete segera mengusap lembut punggung Macau.
"Kau sudah besar, jangan menangis."
"Phi... aku sangat takut." Ujarnya.
"Apa yang kamu takutkan? Siapa yang membuat adik kesayangan Phi sampai takut seperti ini?" Tanya Pete, ucapan Pete seakan menjadi garam diatas luka dan membuat Macau semakin menangis, Pete hanya menghela nafasnya dan mengusap lembut serta menepuk lembut punggung Macau. Ia tak kembali bertanya, sepertinya Macau belum selesai untuk menangis dan belum siap untuk berbagi. Terkadang Pete tak tahu bagaimana jika ia harus meninggalkan Vegas atau pun Macau. Mungkin awal kisahnya dengan Vegas sangat membuatnya takut, tetapi pada akhirnya ia sendiri jatuh dalam pelukan Vegas.
...
...*Pete*
Beberapa saat Macau sudah terlihat lebih baik, aku tidak tahu apa yang terjadi, bahkan aku hanya menghapus air matanya.
"Sudah lebih baik?" Tanyaku. Aku memang tidak memiliki saudara, aku hanya memiliki Kakek dan Nenek. Mungkin karena dengan itu, aku merasa sangat bangga karena aku memiliki Macau. Aku menyayanginya benar-benar seperti seorang Kakak, Vegas pun sangat merawat Macau dengan baik selama ini, Vegas memang orang jahat saat itu, tetapi aku perlu akui bahwa Vegas adalah Kakak yang baik.
"Phi."
"Ya? Sudah dapat bercerita?" Macau mengangguk, aku sedikit penasaran, bajingan mana yang dapat membuat Macau menangis.
"Aku baru saja bertemu dengan dokter Top."
Brengsek! Jadi dokter itu yang membuat Macau menangis, rasanya aku akan segera datang menghajarnya, walau sudah cukup lama tidak berkelahi, aku masih dapat diandalkan. Macau hanya melihatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry (VegasxPete)
Fiksi Penggemar"Aku tidak takut kepadanya, tetapi aku sangat takut melihatnya terluka."