01. Kepulangan

3.7K 394 7
                                    

Renjun berjalan perlahan sambil menarik kudanya untuk mengikuti arah yang ia tuju. Perasaannya sudah tidak karuan karena kabar meninggalnya orang tua asuhnya sudah ia dengar seminggu yang lalu. Perjalanan yang ia tempuh sampai seminggu kemudian ia baru sampai di tanah kelahirannya.

Ah seharusnya ia tidak mengelana terlalu jauh, sehingga ia tidak perlu menghabiskan waktu terlalu banyak di perjalanan.

Setelah berdoa dan menaburkan bunga dirinya segera bergegas ke kastil utama kerajaan.

"Oke Shotaro, mulai saat ini aku akan membebaskanmu dari tugasmu untuk mengekoriku." Renjun membawa masuk Shotaro ke area kastil, para penjaga hanya menatapnya sesaat lalu membungkukan badan mereka sebagai tanda hormat.

"Tidak bisa begitu, tuan. Saya hanya bisa diberhentikan oleh raja." Renjun menghentikan perjalanan mereka yang sekiranya sudah mencapai depan ruang raja dan menatap Shotaro perlahan.

"Maka dari itu kita berada disini."

Dengan perlahan Renjun membuka pintu besar yang menghubungkan lorong dengan ruangan milik raja. Jeno yang sedari tadi sedang membaca laporan sedikit tersentak melihat matenya kembali ke kerajaan tanpa ada kabar apapun dari Shotaro. Biasanya Shotaro akan mengirimkan laporan kemanapun Renjun pergi dan apa saja yang dilakukan Renjun.

"Renjun?"

"Salam Raja Jeno." Ucap Renjun sambil memberi hormat yang diikuti oleh Shotaro.

"Ada apa, Renjun?"

Tangan kecil Renjun menarik Shotaro untuk agak kedepan yang membuat Jeno sejenak berpikir, apakah Shotaro membuat masalah?

"Saya ingin mengembalikan Shotaro, Yang Mulia."

"Apa Shotaro membuat masalah?" Renjun menggeleng.

"Dia merepotkanmu?" Renjun menggeleng lagi.


"Atau dia bersikap senonoh padamu." Shotaro menatap ngeri sang Raja saat ekspresi Rajanya mengeras mengira ia melakukan yang tidak-tidak. Tapi Renjun lagi-lagi menggeleng, membuat Jeno melunak dan Shotaro diam-diam menghembuskan napas lega.


"Saya tidak ingin mempunyai hubungan dengan kerjaan ini sama sekali. Setelah ini saya akan melanjutkan perjalanan saya untuk—"

"Shotaro, keluarlah. Kau kembali ke pasukan pengintai lusa."

Suasana sunyi, Renjun menghentikan perkataannya saat Jeno memerintahkan Shotaro keluar. Saat terdengar suara pintu tertutup Jeno segera menghampiri Renjun, memeluknya dengan erat, menyampaikan segala rasa rindu yang selama ini dia tahan. Sang terkasih yang sudah lima belas tahun ini berkelana menyusuri bumi.

"Lepaskan aku."


"Aku merindukanmu."

"Aku tidak."

"Tak apa, aku sudah terbiasa merindukanmu seorang diri." Jeno mengeratkan pelukan mereka saat merasa Renjun kembali memberontak, meminta untuk dilepaskan. Akhirnya Renjun menyerah dan membiarkan Jeno untuk memeluknya.

"Bisakah kau melepaskan pelukanmu, aku harus segera pergi sebelum matahari terbenam."

Jeno akhirnya melepaskan pelukan mereka. Renjun bisa bernapas lega, karena demi semua rumput yang pernah ia coba untuk makanan Theo—nama kudanya, rasanya seperti menahan beban seratus kilogram.

"Kita akan ke pasuka pengintai dulu, kau bisa memilih sendiri orang yang akan mendampingimu untuk perjalanan nanti."

"Aku mengembalikan Shotaro bukan berarti aku minta untuk Shotaro digantikan dengan orang lain."

Renjun menghentikan langkah keduanya yang sudah hampir mencapai pintu ruangan.

"Lalu apa?"

"Aku  akan pergi."

Jeno memutar tubuhnya menatap yang lebih kecil dengan tajam. "Pergi kemana? Selama ini pun kau sudah pergi. Lalu apa masalahnya."

"Aku tidak ingin pergerakanku dilaporkan padamu."

"Memang kenapa? Aku mate-mu, apa yang salah dari mate mendapatkan laporan tetang pasangannya."

"Kita bukan mate."

"KITA MATE."

"BUKAN, KITA HANYA PASANGAN YANG ADA KARENA PERINTAH DEWI BULAN."

"LALU KENAPA?? APA YANG SALAH, BAHKAN DEWI BULAN MERESTUI KITA."

"TAPI AKU TIDAK INGIN MENJADI MATE-MU."

Jeno mengusap wajahnya kasar. Lima belas tahun tidak bertemu, dan ketika mereka bertemu hanya pertengkaran yang mereka lakukan.

"Aku tidak ingin bertengkar denganmu, kalau kau ingin segera pergi maka kita akan segera memilih pengintai baru. Kalau kau ingin jendral yang mengikutimu sebutkan namanya akan kupanggil dia kemari untuk bersiap."


"Sudah kubilang, aku TIDAK ingin ada yang mengikutiku. Apa sekarang kau bodoh setelah menjadi raja??"


Jeno meremas kertas yang ia buat menjadi pengalih amarahnya. Ia tak ingin bertengkar dengan Renjun. Oh tolonglah Dewi Bulan, buatlah Renjun melunak padanya. Atau ia akan kehabisan kesabaran dan berakhir menyakiti makhluk yang saat ini wajahnya memerah menahan amarah sama seperti dirinya.

"Ah, sudahlah. Berbicara dengan raja sepertimu hanya membuang waktu. Aku bahkan tidak perlu izinmu untuk pergi. Kau TIDAK berhak mengaturku, Jeno. Kau harus ingat itu."

"Berhenti disana atau aku akan mengurungmu."

Renjun mengabaikannya dan masih berjalan.

"Ini perintah, Lee Renjun."

Renjun tertawa sarkas, "Kau bahkan bukan suamiku, Jeno. Dan margaku adalah Huang bukan Lee."

BRAK!!

Suara pintu tertutup dengan kasar. Jeno tidak tahan lagi. Amarahnya sudah sampai pada puncaknya. Segera ia berlari mengejar Renjun menarik kencang seorang yang ditakdirkan menjadi matenya.

"APA YANG KAU LAKUKAN, LEPASKAN AKU!!!!"


Berapa kalipun Renjun memberontak Jeno tetap menyeretnya. Merak menuju area sayap kanan kastil. Renjun pernah dengar ini adalah area ini ditunjukan khusus untuk para sandra dengan gelar ningrat, tapi sudah lama sekali area ini tidak digunakan. Apa Jeno akan mengurungnya disana. Oh tidak, dia harus melarikan diri sebelum dia terjebak.


"TIDAK, LEPASKAN AKU."

"BAJINGAN, LEE JENO!!!!"

Tubuhnya terbanting, dirinya sudah berada ruangan sandera. Pintu sudah terkunci. Dan hanya pintu itu yang menjadi akses keluar ruangan. Tak tinggal diam, Renjun mengetuk brutal pintu itu.

"KELUARKAN AKU, LEE JENO." ia sudah melupakan tata krama memanggil raja. Pikirannya kacau. Rencana awalnya hanya mengembalikan Shotaro lalu kembali mengelana, namun sekarang ia malah terjebak di penjara ini.


"Kau tidak akan keluar sampai kau menyebutkan nama atau memilih seorang yang akan mengawasimu."

"AKU SUDAH BILANG AKU TIDAK INGIN DIAWASI!!! APA KAU TULI??"

"Kalau begitu, kau akan berada disini selamanya."

WUDARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang