PROBLEM. 12

107 7 2
                                    

Waktu menunjukkan pukul 8, saat ini Jeno dan Mark diliburkan dikarenakan guru di sekolah mereka sedang mengadakan rapat besar nan penting.

Mark masih berada di rumah Jeno, tidak ada niatan pulang sama sekali bahkan dirinya hanya menatap Jung Jeno yang saat ini tengah bermain dengan Samoyed miliknya.

Dering telpon terdengar, dirinya segera pergi saat mengetahui Mommy nya yang menelepon.

☏ : Mommy is calling ...

"Mark, apa kamu tidak ada niatan pulang? Momm rindu kamu, tidak baik menginap terlalu lama di rumah keluarga Seo."

"Diam Ten, jangan menggangguku. Urusi kehidupan gay mu itu."

Tutt, telepon mati secara sepihak oleh Mark. Mark kembali menghampiri Jeno, duduk dengan posisi badan tertumpu di kedua tangannya.

"Kikie, nono akan ambil makan dulu untuk Kikie. Kikie disini sama Kak Mark duluu ya" Mark yang mendengar namanya di sebut tersenyum manis, sungguh lucu Jeno-nya.

Mark hari ini mempunyai jadwal bertemu dengan teman barunya, dengan terpaksa dirinya harus pulang ke rumah. Bertemu dengan keluarga gay nya.

Ten saat ini tengah terduduk cantik dengan kondisi tubuh yang mulai kurus dan mata yang sembap. Mark tau, Mommy nya mesti sangat rindu dengan dirinya tapi ego miliknya lebih besar.

Dia mengintip keadaan sang Ibu di balik jendela yang terbuka. Kurang lebih 2 menitan Mark berdiri disitu, menatap sang Mommy yang terdiam bahkan televisi yang menyala sama sekali tidak di tonton olehnya.

Tiba-tiba air mata mengucur di pipi Ten, sungguh, kelemahan Mark adalah Ten menangis. Ego nya mulai turun, dengan cepat dirinya membuka pintu rumah. Berjalan kencang dan langsung memeluk tubuh kurus Ten.

"Momm, aku disini. Hanya sebentar, ego ku berkata bahwasannya aku harus memelukmu" Ucap Mark

Tangannya masih setia memeluk tubuh Ten, hangat, sudah lama dirinya tidak merasakan pelukan Ibu. Ten masih terdiam, tidak ada satu patah katapun yang dikeluarkan.

Mark mendongak melihat Mommy nya, menghapus air mata yang jatuh di pipi tirusnya. Tanpa disadari Mark, Taeyong dan Naeun melihat itu.

Taeyong menghampiri Mark, meraih pundak Mark kasar hingga tubuh Mark terhempas. Mark terkejut, Daddy nya bukan tipe orang yang bermain tangan bahkan dengan anaknya sendiri. Taeyong tipikal orang yang santai dan selalu berpikir jernih.

"Mark! Jangan menyentuh Ten, tubuhmu itu busuk Mark." Ucap Taeyong tegas dengan urat yang mulai tampak.

"Kak, lihat. Mommy sekarang gila karena Kak Mark, hampir 1 bulan Kak Mark tidak ada kabar. Mommy gila" Balas Naeun.

Hati Mark tersentuh, ada apa ini, dirinya seperti anak durhaka.

Tiba tiba handphonenya berdering, terlihat di layar terdapat nama Sehun. Dirinya bergegas berdiri dan tidak lupa melayangkan tatapan nyalangnya kembali.

"Ten, cukup! Jangan menyusahkan orang sekitarmu lagi." Mark berjalan angkuh keluar rumah, meninggalkan sang Ibu yang mengeluarkan air matanya kembali.

Bohong jika Ten tidak mengetahui semua itu, dia mendengar bahkan merasakan kembali pelukan sang anak. Namun Tuhan berkehendak lain, selang 1 menit suaminya datang membuat pelukan itu terlepas.

"Sayang, jangan dengarkan Mark. Dia sudah buta, dia sudah termakan omongan Sehun." Taeyong tau, Sehun, temannya dulu yang sama sama mencintai Ten. Tapi, kisah itu tandas karena Ten lebih memilih menikah dengan Taeyong.

"Hey bung, apa yang terjadi? Mukamu terlihat kusam" Saat ini Mark sudah berada di rumah Sehun, terdapat Luhan juga disitu.

"Ada apa ini? Apa ada masalah keluarga kembali??" Tanya Luhan.

"Ten sekarang sudah gila bukan? Dia memang pantas Mark, orang gay itu mesti akan gila" Suara itu, itu Jong-in, kakak angkatnya dulu

"Tolong diam, Hyung. Mark sedang tidak ingin mendengar nama Ten" Mereka semua mengangguk, tanpa disadari Mark. Sehun mengeluarkan seutas senyum licik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang