PROBLEM. 2

413 44 0
                                    

"Aku sangat menyukai desain yang ini, Kunnie" Ucap Ten
"Aku juga, warna biru langit memang cocok untuk restoran yang akan kita bangun" Sampiran senyum selalu ditampilkan kedua sahabat itu.

"Eum Ten, bagaimana kabar keluarga mu?" Tanya Kun kepada sahabatnya
"Sama seperti dahulu tidak ada perubahan, hanya saja Mark makin hari makin jail saja seperti Taeyong dahulu" Tawa kencang keluar dari mulut kecil Kun, itu memang benar, Taeyong dahulu sangat amat jahil bahkan untuk mendekati Ten saja Taeyong melakukan beribu cara untuk menjahili Ten. Pukulan kecil diterima Kun di bagian pundaknya.

"Itu biasa Tennie, namanya juga saudara—tidak mungkin akan selalu akur—mungkin kebanyakan mereka akan akur karena refleks atau karena ada suatu kejadian saja. Aku berfikir kalau Taeyong dan Mark adalah kembar beda ibu, aku sangat yakin. Mark benar-benar jiplakan Lee Taeyong" Ten hanya mengangguk mendengar penjelasan Kun.

"Good morning class, on the day kita kedatangan murid baru. Bertemanlah dengan baik, kalian akan berkenalan sebentar lalu pelajaran akan Miss buka" Salam pembuka diberikan sang guru
"Silahkan masuk nak" Terlihat dari bola mata coklat milik Naeun seorang lelaki memasuki ruangan kelasnya. Teriakan mulai terdengar dari kalangan para gadis—tidak termasuk circle Naeun.

"Selamat pagi semuanya" Sapanya, sapaan centil berburu-buru menyauti sapaannya
"Perkenalkan nama saya Jung Jeno, salam kenal dan mohon bantuannya" Sesi berkenalan telah usai, Jeno duduk tepat di belakang meja Naeun dan Seulgi. Naeun hanya menatap wajah pria di belakangnya itu, dia tidak tau saja bahwasannya ada yang cemburu

"Dek Naeun sayang, belajarlah jangan menatap lelaki terus menerus" Cubitan kecil diberikan Seulgi di pipi Naeun, Naeun hanya mendengus kesal ketika pipinya di cubit oleh temannya itu

"Oke class, thanks for today and see u next time" Pelajaran telah usai, para siswa/i berhamburan keluar kelas dengan satu tujuan yang sama yaitu kantin. Tidak terkecuali Jeno, dirinya pun ikut keluar kelas namun bedanya dirinya akan berjalan menuju kelas kedua sahabatnya. Ohya, jadi disini hanya Jeno saja yang tidak sekelas dengan bestfriend- nya karena itu mutlak kemauan sang ayah.

"Aigo! Jeno, aku sangat sangat rindu padamu padahal hanya beberapa jam saja tidak bertemu" Suara itu keluar dari mulut kecil Renjun
"Bagaimana kelasmu hari ini Nono?" Tanya lelaki bertubuh kecil disebelah Renjun itu, kita bisa memanggil dia Jaemin
"Seperti biasa Na, aku hanya melihat tatapan para wanita-wanita gila" Jeno memutar bola matanya malas saat mengingat kejadian pertama dirinya masuk ke kelasnya
"Ahh baiklah baiklah, bagaimana jika kita makan siang? Cacing pita di dalam perutku sudah meronta-ronta ingin makanan sejak tadi" Ucap Renjun tidak masuk akal.

Canteen 09.30

"Kau dan Nana cari meja untuk kita makan, aku akan mentraktir kalian hari ini" Bangga Renjun, lalu berlangsung meninggalkan kedua sahabatnya itu
"Nono, itu siapa sih?! Kenapa daritadi mereka menatap kita terus menerus, apa kita terlalu terlihat mencolok?" Tanya Nana, Jeno yang merasa diberi pertanyaan akhirnya ikut menoleh kearah tempat sahabatnya itu berbicara

"Eum... Nono ngga tau Na, tapi kalau dilihat dari seragam pramuka yang dikenakan mereka, mereka mungkin kakak tingkat kita. Aishh, tidak usah dipikirkan! lebih baik kita menunggu bocah itu kembali" Ucap Jeno acuh
"YAKKK, LEE JENO AKU MENDENGAR UCAPANMU YAA. AKU BUKAN BOCAH, KAU HARUS MENGINGATNYA" Duh, malu sekali dirinya. Banyak pasang mata yang langsung melihat mereka tidak terkecuali Mark dan kawan-kawannya

"Huss!! Renjun, jangan berteriak di kantin seperti ini. Kamu menjatuhkan image ku"
"Tidak peduli, ayo makan." Ucap Renjun final, Jeno hanya memutar matanya malas

Namun, tiba-tiba dirinya tanpa sengaja melihat ke arah keberadaan Mark. Mark hanya memberikan senyumnya itu. Jeno yang mendapati senyum manis dari seniornya hanya tersipu malu, jika bisa dikatakan senyum Mark sangat memabukkan

Sedangkan di meja lain

"Gawat, jantungku berdegup kencang sekali"
"Haechan lama kelamaan mungkin akan gila" Tawa Jisung pecah di antara mereka terkecuali Mark
"Emangnya ada apa cil?" Ini Mingyu yang bertanya
"Kalian melihat bukan? Lelaki mungil yang tadi berteriak? Tadi dia tersenyum kepadaku, namun–" Ucapan Haechan terpotong kembali
"Kalau ada namun, mesti kabarnya buruk hahahaha" Tawa pecah kembali

"Diam buluk, aku belum selesai bicara" Lelah sekali Haechan memiliki teman seperti mereka namun, dirinya sangat nyaman berada diantara mereka semua
"Oke, lanjut cil"
"Ternyata dia tersenyum kepadaku agar aku mau mengambilkannya saus dan kecap" Haechan kembali duduk ditempatnya dengan keadaan lesu. Jisung yang melihat itu mulai mengelus pundak Haechan

"Sudahlah, mana mungkin dalam sekali bertemu dia bisa langsung jatuh cinta kepada mu. Kalau itu bisa dan benar adanya, mungkin akan banyak yang sudah memiliki pasangan dari kecil" Ucap Jisung memberi semangat pada temannya itu, Haechan hanya tersenyum meratapi nasibnya yang hanya di manfaatkan saja oleh calon kekasihnya itu.

"Naeun, kakak ingin berbicara dengan mu" Perkataan Mark barusan sontak membuat Naeun kaget, ada apa dengan kakaknya ini? Naeun hanya mengangguk mempersilahkan sang kakak berbicara, hitung hitung menunggu sang ayah menjemput dirinya dan sang kakak

"Jeno sekelas dengan mu bukan?" Naeun memgangguk
"Dia baik?" Naeun mengangguk lagi
"Menurutmu dia sangat imut bukan?" Naeun yang ingin menganggukkan kepalanya kembali tersentak kaget

"Tidak, menurut para perempuan dikelas ku dia tampan. Dan menurutku dia juga tampan, hanya kakak yang berkata Jeno imut"
"Tidak ada gunanya ternyata aku berbicara denganmu, baiklah kita pulang saja. Daddy sudah ada di depan" Naeun yang mendengar ucapan final sang kakak pasrah saja, dia merasa dia tidak salah ucap. Jeno memang tampan, namun saat tersenyum lebar dirinya memang terlihat imut.

"Ekhem, sepertinya Daddy mencium aura-aura anak muda sedang kasmaran. Siapa diantara kalian hm?" Tanya Taeyong yang ditujukan ke anak-anaknya
"Naeun tau Dad! Kak Mark sepertinya sedang kasmaran" Ledek Naeun yang hanya di selingi tawa dari sang ayah
"Aku sedang tidak jatuh cinta, aku hanya menganggap dirinya imut tidak sepertimu. Mungkin lebih cocok dia yang menjadi adikku?" Naeun yang mendengar dirinya dibawa-bawa hanya memberikan pukulan kecil kearah Mark, setelah ini ia akan menceritakan semuanya kepada sang Mommy, dia tidak peduli jika nanti kakak dan daddynya akan di marahi.

"MOMMY, NAEUN KEMBALI" Teriakan nyaring itu memggema di ruangan tamu milik keluarga Lee. Ten yang mendengar suara teriakan sang putri akhirnya berlari kecil untuk segera menyambut keluarganya itu

"Astaga Naeun, Mommy kira ada seseorang yang sedang menawarkan dagangannya" Ten tertawa renyah melihat muka badmood sang anak. Terlihat dari bola mata manisnya itu dua orang lelaki bertubuh tegap sedang berjalan menghampiri dirinya dan si putri

"Mommy, Naeun masuk dulu ya. Naeun ingin mandi, tadi di sekolah sangat panas" Ucap Naeun lalu berlalu melewati sang Ibu, Ten hanya tersenyum melihat kelakuan sang anak.

Ten melangkahkan kakinya masuk dengan dua orang yang mengikutinya, siapa lagi kalau bukan Taeyong dan Mark. Mark mendudukkan badannya di sofa empuk ruang keluarga, sedangkan Taeyong bergelayut manja untuk menarik perhatian sang istri yang tadi siang tidak sengaja terusir oleh petugas baru di kantor.

"Mommy, nanti malam Mark ingin nongkrong dengan teman-teman. Apa boleh? Hanya di dekat sini-sini saja" Tanya Mark kepada sang ibu, sang ibu yang mendengar pertanyaan sang anak kembali bertanya
"Siapa saja yang ikut bersamamu prince?" Mark yang mendengar pertanyaan itu melenguh pelan, pertanyaan yang setiap hari ia dengar, ia sungguh bosan dengan pertanyaan itu
"Haechan, Jisung, Mingyu" Ten menganggukkan kepalanya, Mark yang mendapat persetujuan dari sang ibu kembali berjalan kearah kamar menyelesaikan tugasnya di sekolah tadi

PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang