New York, Amerika Serikat
Banyak hal yang terjadi dalam kehidupan manusia, banyak pula rasa yang pernah mereka lalui. Entah itu kebahagiaan ataupun kesedihan sekalipun.
Takdir buruk ataupun takdir baik semua akan datang sebagaimana mestinya itu datang pada setiap manusia. Tapi,
Benarkah itu yang terjadi?
Jika itu benar, mengapa tidak untuknya? Mengapa justru hanya takdir buruk yang selalu diterima gadis itu?
Bahkan sekali lagi, untuk kesekian kalinya dalam hidupnya kenyataan pahit kembali datang menghantamnya beberapa saat lalu.
Seakan semua tak pernah cukup untuknya.
Seolah-olah, apa yang telah menghancurkannya bertahun-tahun lalu tak pernah cukup.
"Tuan--"
Brak~
Pintu ruangan itu terbuka secara kasar, pria tua dengan penampilannya yang cukup berantakan datang dan melewati dokter dan beberapa perawat begitu saja didepan ruang rawat itu.
"Lisa-ya,"
Myungmin menatap lirih cucunya yang tak sedikitpun terganggu akan kehadirannya. Gadis itu hanya diam dengan pandangan kosongnya yang membuat air mata Myungmin mengalir begitu saja.
"Nak--"
"Harabeoji,"
Jelas, suara itu jelas terdengar parau. Seakan menahan tangis yang terasa menyesakkan dada. Myungmin menggeleng dan berjalan tertatih kearahnya.
"Aku... Aku ingin kembali."
Langkah Myungmin terhenti. Pria tua itu terhenyak mendengar perkataan itu. "A-apa yang kau bicarakan sayang."
Orang pertama yang selalu menolak keras keputusan ini berkali-kali, kini baru saja mengatakannya sehingga itu membuat Myungmin terkejut.
Namun keputusan itu, kini tak lagi berguna untuk Myungmin. Tidak, lebih tepatnya untuk cucunya juga. Untuk kebaikannya.
"Lisa-ya disini semuanya--"
"Tidakkah kau melihat apa yang terjadi? Semuanya percuma."
Diam. Myungmin menoleh kearah lain dan menunduk saat air matanya justru semakin menghianatinya.
"Kau tau Harabeoji? Aku bahkan tak mengerti diriku..." Gadis itu menoleh kearah lain. Mengusap kasar air mata yang membasahi pipinya.
"Bagaimana orang-orang yang begitu aku benci justru adalah orang-orang yang paling ku rindukan. Setiap detik dalam hidupku hanya mereka yang ada dalam pikiranku meskipun sekeras apapun aku menolaknya. Mengapa harus mereka? Itulah yang tidak dapat aku mengerti dari diriku."
"Dan saat ini, rasanya semuanya percuma untukku, Harabeoji. Tak ada lagi yang aku harapkan. Aku tak menginginkan apapun lagi selain sekarang hanya melihat mereka ada dalam pandanganku hingga saat,"
".....batas waktu itu tiba. Aku tidak ingin menyesali semuanya."
Myungmin mendongak. Pria tua itu seketika menggeleng lemah tak setuju dengan ucapan cucu tercintanya.
"Sayang apa yang kau bicarakan? Itu tidak akan--"
"Kau harus mengerti Harabeoji... setiap manusia memiliki masanya, begitupun aku." Dan hal itu sukses membuat air mata Myungmin meluruh deras tak lagi tertahan.
Meskipun kata-kata itu ikut menyakitinya, namun apa lagi yang akan diharapkan Lisa? Bahkan setelah semua yang dijalaninya, dia masih harus menerima kenyataan pahit itu dari pria yang menanganinya selama ini.
Rasanya begitu menyakitkan ketika kalian telah berjuang mati-matian namun semuanya justru tidak pernah berubah dan yang lebih parahnya semuanya semakin buruk.
"Tenang saja, dari mereka... aku tidak mengharapkan apa-apa lagi. Aku... aku sadar siapa aku dan dimana tempatku berada saat tanpa diriku.... "
".....Mereka hidup berbahagia." Katanya ditemani rasa sakit dalam setiap kata yang diucapkannya. Meskipun dia tau dia akan menderita dengan keputusannya ini tapi lebih dari itu dia tidak ingin menyesali semuanya diakhir.
Myungmin menggeleng dan memeluk cucunya. Dia begitu menyayangi Lisa. Cucu bungsunya yang selama ini dijaganya dari apapun dan siapapun.
Namun dari kata yang diucapkan Lisa tadi, ada sesuatu yang salah. Fakta yang tak pernah anak itu ketahui karena sedikitpun Lisa tak ingin mendengar apapun tentang mereka selama ini.
"Kau salah sayang, mereka tidak. Semuanya berubah saat itu." Lirih Myungmin didalam.
"Kita akan kembali sayang, seperti apa yang kau inginkan. Tapi berjanjilah, kau akan baik-baik saja dan jangan membuat dirimu rentan. Harabeoji, mohon."
Myungmin mengecup kepalanya dan mengusap surainya lembut saat masih memeluknya saat pria tua itu menangis dalam diam.
Satu hal yang tidak pernah dimengerti Myungmin. Mengapa harus cucunya dari sekian banyak orang? Mengapa bukan dirinya saja yang menerima kesakitan bertubi-tubi yang diterima Lisa?
Jika saja bisa sungguh ia akan mengambil semua rasa sakit yang ada dalam diri Lisa dan hanya menyisakan kebahagiaan untuknya. Tapi, apa kebahagiaan itu masih tersisa dalam diri Lisa?
Faktanya, tidak.
Semua kebahagiaan gadis itu direnggut saat itu. Semua yang menghancurkan segalanya saat itu.
Gorontalo, 12 November 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Shelter
General FictionTeka-teki, kebenaran, egois dan kejadian dimasa lalu yang membuat semuanya hancur diantara mereka. Kepercayaan yang seharusnya ada untuk satu sama lain justru tak dimiliki hingga kehancuran besar itu datang dan berakhir saling menyakiti satu sama la...