Doyeon tak tau harus mengungkapkan dengan cara yang bagaimana lagi bahwa seberapa bahagianya ia. Sebelas tahun bukanlah waktu yang sedikit untuk menyudahi penantian panjangnya selama ini dengan rasa rindu yang begitu besar pada sahabatnya.
Tetapi ditengah kebahagiannya, sesuatu kembali menghancurkan gadis itu ketika fakta tentang kondisi Lisa yang tidak pernah diharapkannya dialami sahabatnya.
Kanker jantung stadium akhir yang diderita Lisa, membuat Doyeon merasakan hancur yang tiada taranya. Menyebabkan gadis itu hanya terus menangis sejak tadi diruang rawat VIP itu.
Doyeon tak pernah mengerti mengapa Tuhan masih memilih Lisa padahal sudah begitu banyak penderitaan yang ditanggung sahabatnya.
"Doyeon-ah, jangan seperti ini."
"Aku... Aku baik-baik saja."
Lisa berujar sedih melihatnya yang seperti ini. Hal yang paling tidak diinginkan Lisa bahkan dibencinya orang-orang yang disayanginya merasa sakit akibat dirinya. Lisa tak suka melihatnya.
"Apa yang kau katakan baik, eoh? Kau sakit Lisa. Penyakit mematikan menggerogoti tubuhmu. Bagaimana mungkin kau baik-baik saja?"
"Berhenti mengatakan kau baik padahal kau tidak, tolong. Aku lebih suka kau diam tetapi aku dapat melihat luka itu dari pada kau berbicara tetapi menutupi kesakitanmu, Lisa. Aku benci mendengarnya." Doyeon semakin menangis karenanya.
Hal yang tidak pernah berubah dari Lisa yang begitu tak disukai Doyeon adalah, sahabatnya selalu menutupi segala hal darinya ketika ia sedih dan terluka.
Padahal yang Doyeon inginkan adalah Lisa akan selalu mengatakannya padanya apapun itu. Mereka bisa menanggungnya bersama 'kan? Tidak. Lebih tepatnya, mereka harus menanggungnya bersama sebagai sahabat.
Dan itu seharusnya dimengerti Lisa. Tetapi sayangnya Lisa tak pernah mau mengerti hal itu hingga sekarang.
Bahkan awalnya, Lisa ingin menyembunyikan penyakitnya darinya tapi Krystal untung saja mengatakannya lebih awal ketika Lisa menatap Krystal tajam setelah itu.
"Jebal Lisa-ya, bukan hanya ketika kau bahagia..."
"Tapi aku juga ingin mengetahui jika kau terluka. Kau bisa jujur padaku. Kita akan menanggung luka itu bersama." Ucap Doyeon menatap Lisa dengan wajah basahnya.
"Karena kau tau? Lisa-ya, dibandingkan sakit karena itu, jauh begitu sakit rasanya mengetahui kau terluka tetapi aku tau kau tak ingin membiarkanku ada bersamamu."
"Bukankah aku sahabatmu? Aku sudah seharusnya ada di saat kau terluka. Aku... aku tidak ingin hal yang sama terulang lagi." Lisa merasakan matanya memanas karenanya. Setetes demi setetes air mata mulai membasahi wajahnya.
Dibandingkan dengan hidupnya yang begitu kacau, Lisa merasa amat bersyukur Tuhan memberinya sahabat seperti Doyeon.
Bahkan jika bisa, Lisa berharap Doyeon tetap menjadi sahabatnya di kehidupan selanjutnya.
"Maafkan aku." Ucapnya merasa bersalah pada Doyeon yang begitu tulus.
Doyeon mengusap kasar air matanya.
"Aku akan meminta Appa mencarikan pendonor untukmu. Jadi tolong, bisakah kau tetap kuat sampai saat itu? Aku tidak ingin kehilangan sahabatku lagi." Doyeon berkata dengan lirih. Lisa lantas mengangguk menanggapinya."Dan Lisa-ya," Doyeon mulai menunduk.
"Aku benar-benar minta maaf. Dari semua kakakmu, aku gagal menjaga Jennie unnie dan malah ikut terjerumus---"
"Gwenchana. Aku tau kau sudah berusaha. Aku tak mungkin menyalahkan kalian padahal itu juga karena aku, kan?"
Doyeon mendongak melihat bagaimana Lisa tersenyum lembut padanya. "Aku justru bersyukur mempunyai seseorang seperti kau di sisiku Doyeon. Terima kasih. Terima kasih untuk semua hal yang kau berikan padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Shelter
General FictionTeka-teki, kebenaran, egois dan kejadian dimasa lalu yang membuat semuanya hancur diantara mereka. Kepercayaan yang seharusnya ada untuk satu sama lain justru tak dimiliki hingga kehancuran besar itu datang dan berakhir saling menyakiti satu sama la...