"Dimana kotak P3K, milikmu?"
Lisa bertanya setelah membuat Jennie duduk pada sofa ruang tamu didalam unit apartemen kakaknya itu. Jennie menghembuskan napasnya kasar.
"Pergilah. Sudah ku katakan luka ini buka apa-apa."
Tak memperdulikan apa yang Jennie katakan, Lisa mencari kotak itu sendiri. Jennie memperhatikannya dengan helaan napas. Mengapa anak itu peduli padanya?Terkadang marah tak jelas bahkan membentaknya yang sungguh sikapnya membingungkan Jennie.
"Aku menemukannya." Jennie melihatnya yang berjalan kearah lemari kaca miliknya diruang tamu itu hingga sekarang anak itu berjalan kembali kearahnya.
Lisa akan membersihkan darah pada sudut bibir Jennie namun gadis bermata kucing itu justru mengalihkan wajahnya.
"Aku bisa sendiri."Lisa menghembuskan napasnya kasar.
"Biarkan aku yang akan mengobati mu, jebal."Jennie tertegun menatapnya. Melihat sorot mata itu yang begitu tulus, itu membungkam Jennie. Lisa lantas mulai membersihkan darah pada sudut bibir Jennie lagi.
Jujur, sikap gadis berponi yang seperti ini menimbulkan tanda tanya besar dibenak Jennie. Mengapa anak ini harus bersikap seperti ini padanya? Tidakkah dia mempunyai sesuatu yang lebih penting dari pada mengurusinya?
"Kau tidak merasakan sakit?" Tanya Lisa ditengah mengobati luka itu dengan penuh kelembutan. Sekarang ia mengoleskan salep pada luka itu.
"Mengapa kau peduli dan selalu marah padaku dengan tiba-tiba?"
Tak menjawab pertanyaan gadis itu, Jennie justru ikut bertanya akan sesuatu yang membuatnya begitu bingung dan penasaran akan sikap anak itu.
Lisa seketika terdiam menghentikan apa yang dilakukannya. Beralih menatap mata Jennie yang juga menatapnya saat Jennie kembali berucap.
"Aku menyadari kau adalah gadis gila hari itu. Orang yang tiba-tiba saja marah dan membentakku saat itu dihotel Seo, tak hanya itu kau bahkan melakukan hal yang sama ketika aku mabuk saat itu."
Sejak saat gadis berponi menariknya dengan kasar disekolah tadi dari kafetaria, Jennie menyadari semua itu dan mengingatnya.
"Mengapa kau bersikap seperti ini?"
Lisa menelan silivanya.
"A-Aku---"Ting dong~
Suara bel apartemen itu mengalihkan perhatian keduanya. Jennie mengerutkan keningnya. Siapa yang datang? Seingatnya tak satupun yang tau mengenai apartemen miliknya ini.
"Biarkan aku yang membukanya." Lisa berdiri dan berjalan meninggalkan Jennie diruang tamu itu.
Tanpa melihat dilayar siapa kira-kira yang datang, Lisa langsung membuka pintu apartemen itu dan detik berikutnya gadis itu nampak terdiam mematung melihat siapa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Shelter
Сучасна прозаTeka-teki, kebenaran, egois dan kejadian dimasa lalu yang membuat semuanya hancur diantara mereka. Kepercayaan yang seharusnya ada untuk satu sama lain justru tak dimiliki hingga kehancuran besar itu datang dan berakhir saling menyakiti satu sama la...