Pada jam pertama, Kelas terbaik tersebut memiliki kelas olahraga. Karena itu mereka kini berkumpul dilapangan olahraga. Namun sesuatu membuat Jennie heran ketika Lalice tak kunjung muncul.
"Kau mencari seseorang?" Doyeon datang menghampirinya. Ikut melihat sekitar mengikuti pandangan Jennie.
"Lalice. Kau melihatnya?"
Doyeon terdiam sejenak. Dia senang sekarang Jennie memiliki hubungan yang baik dengan Lisa. "Kau tak tau? Dia tidak mengikuti kelas olahraga."
"Nde? Mengapa?" Keheranan Jennie semakin bertambah karenanya.
Doyeon menggeleng. Tentu saja dia harus menutupi alasannya. "Aku mendengar dia hanya mudah lelah."
"Sama seperti Chaeyoung?" Pertanyaan Jennie setelahnya membuat Doyeon menelan ludahnya. Dia melupakan kesamaan kedua gadis kembar itu sejak kecil.
"S-Sepertinya." Doyeon mengangkat bahunya berusaha acuh.
"Ayo berkumpul anak-anak."
Suara itu mengambil atensi mereka. Doyeon lantas mengajak Jennie mendekati pria paruh baya itu yang memegangi keranjang bola disampingnya. Yang lainnya ikut berkumpul dengan berbaris rapi.
................
Pintu sel tahanan itu terbuka. Keempat tahanan didalam sel tersebut segera melihat sang sipir yang berbicara dengan wajah tak berekspresi.
"Tahanan 3602?" Tak ada jawaban. Mereka semua melihat kearah wanita paruh baya yang dimaksud sipir itu.
Sayangnya, dia hanya menundukkan kepalanya dengan mata terpejam. Duduk dengan salah satu kakinya yang terangkat menopang kepalanya.
"Bangunkan dia." Perintah sipir tersebut tetapi dalam beberapa saat, tak ada yang bergerak melakukannya. Wajah mereka justru terlihat ragu.
"Kalian---"
"Bisakah kau tidak menganggu tidurku?"
Para tahanan itu bergerak mundur dengan ketakutan diwajah mereka. Terlebih melihat bagaimana Jung Ilhwa kini menatap tajam sipir tersebut.
"Seseorang datang mengunjungimu." Perkataan itu seketika membuat wanita itu terkekeh pelan setelah dia terdiam sejenak. Seolah dia baru saja mendengar omong kosong dari pria itu.
"Pergilah. Jangan merusak suasana hatiku jika tak ingin melihatku meledak lagi." Dingin wanita itu dan kembali menutup matanya.
Sipir itu menghela napasnya kasar. Dia tau perkataan itu seperti lelucon bagi Ilhwa karena sejak dirinya menjadi tahanan, tak ada satupun orang maupun keluarganya yang datang mengunjunginya.
"Putramu. Haruskah aku mengatakan padanya bahwa kau tidak menerima kunjungan?" Seketika, mata wanita itu kembali terbuka. Dia melihat sipir itu yang mengangguk menjawab keterkejutan dimatanya.
..................
"Kau hanya punya waktu satu jam dari sekarang." Kata sipir membukakan pintu dan mempersilahkannya.
Ilhwa masuk kedalam ruangan didepannya setelah menenangkan dirinya. Sejak mendengar pengunjung itu adalah putranya, detak jantungnya berpacu lebih cepat.
Sayangnya upaya itu percuma ketika baru saja masuk ke dalam sana, air matanya mulai jatuh membanjiri pipinya. Melihat putra yang begitu dirindukannya kini ada didepan matanya.
"Taeyong-ah,"
10 tahun. Waktu yang sangat lama dan begitu menyiksanya menanti hari ini tiba. Untunglah sipir tersebut membuat mereka bertemu dalam ruangan yang tidak terpisah sehingga ia dapat memeluk putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Shelter
General FictionTeka-teki, kebenaran, egois dan kejadian dimasa lalu yang membuat semuanya hancur diantara mereka. Kepercayaan yang seharusnya ada untuk satu sama lain justru tak dimiliki hingga kehancuran besar itu datang dan berakhir saling menyakiti satu sama la...