Pintu kamar itu terbuka. Krystal masuk di ikuti Lisa yang menggendong Jennie. Gadis berponi nampak membaringkan tubuh kakak keduanya diatas kasur dengan hati-hati.
"Aku akan pergi membelikan minuman pengar untuknya. Dia sering merasa begitu mual dan pusing saat bangun." Saat Krystal berniat pergi, pertanyaan Lisa otomatis menghentikannya.
"Kau sering melihatnya seperti ini?"
Lisa beranjak dari kasur dan menatap Krystal yang berubah gugup. Menyadari kebodohannya. "Pantas saja kau bahkan tidak terkejut dengan apa yang terjadi, Krystal." Krystal menelan silivanya susah payah.
"Berapa lama? Sudah berapa lama dia seperti ini?" Jujur saja, baru kali ini Krystal melihat sisi lain dari Lisa yang terasa menakutkan begitu mengintimidasinya.
"H-Hampir dua tahun lalu s-sejak perjodohan yang tuan Teo tetapkan untuknya." Bahkan untuk berkata saja, Krystal terbata-bata. Begitu takut.
Beban yang begitu berat seakan baru saja jatuh menimpa Lisa saat mendengarnya. Dia mengingat perkataan Krystal beberapa jam lalu atas pertanyaannya bagaimana tanggapan Jennie tentang perjodohan yang ayahnya lakukan.
"Dia menerima keputusan itu?"
"Aniya, nona Jennie menolak keras. Bahkan karena itu dia sempat melarikan diri dari rumah ini. Sayangnya itu percuma, keputusan ayahmu akan tetap menjadi kehendak baginya."
"Kau... tau dia juga merokok?"
Krystal cukup terkejut Lisa juga mengetahui hal itu. Namun mau bagaimana lagi gadis itu hanya bisa jujur karena itu ia mengangguk. Sekali lagi Lisa tak percaya. Mengapa ia begitu berharap apa yang dilihatnya saat itu salah?
"N-Namun dia punya alasannya Lisa." Jelas Krystal setelahnya. Lisa mengerutkan dahinya. Untuk kedua keputusan bodoh itu? Mengapa harus keduanya? Dia menatap Krystal dengan mata yang berkaca-kaca.
"Dia hanya ingin merasa tenang dan melupakan semua hal buruk yang tak bisa di ubahnya, Lisa. Nona Jennie tak lagi punya kendali apapun atas hidupnya sendiri. Tuan Teo, mengambil-- ani,"
"Lebih tepatnya memegang seluruh kendali itu. Jadi tak heran dia berusaha memberontak dan justru berakhir melakukan kedua hal gila itu dalam usianya." Jelas gadis Jung itu.
"Lisa-ya, kau baik-baik saja?"
Krystal panik saat tiba-tiba Lisa melangkah mundur dengan memegang dadanya. Seolah merasakan sakit yang begitu hebat menyerangnya. Bahkan gadis itu merintih kesakitan.
"Akh~"
Melihat itu tentu saja Krystal panik bukan main namun saat ia melangkah kearah Lisa berniat membantunya, Lisa mengangkat tangannya yang membuat gadis Jung itu berhenti.
"P-Pergilah." Yang benar saja, mana mungkin Krystal mengiyakannya saat Lisa terlihat begitu kesakitan.
"Lisa penyakitmu--"
"Gwenchana, aku hanya perlu meminum obat. Pergilah dan belikan minuman pengar untuknya."
"Tapi--"
"Jebal. Dia membutuhkannya." Ucap Lisa memohon.
Krystal mendesis. Bagaimana mungkin Lisa begitu khawatir dengan Jennie sedangkan keadaannya lebih menghawatirkan. Namun sayangnya Krystal hanya bisa pasrah pada anak itu.
"Aku akan segera kembali." Ucapnya pergi meninggalkan Lisa dengan keterpaksaan.
Perlahan, tangis mulai menyergap Lisa. Gadis itu sekarang memandangi Jennie yang terlelap dalam tidurnya. Meskipun penyakitnya datang menyakitinya saat itu, sayangnya itu tidak jauh lebih besar dari rasa sakit akan apa yang baru saja diketahuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Shelter
Narrativa generaleTeka-teki, kebenaran, egois dan kejadian dimasa lalu yang membuat semuanya hancur diantara mereka. Kepercayaan yang seharusnya ada untuk satu sama lain justru tak dimiliki hingga kehancuran besar itu datang dan berakhir saling menyakiti satu sama la...