5. Let's Fake Date!

24.4K 1.8K 109
                                    

Nathan

"Aku pulang," sebuah suara terdengar dari pintu depan rumah Nathan, membuat Nathan mengalihkan pandangannya dari layar televisi yang tengah ditontonnya sementara Risma langsung melonjak berdiri dari karpet ruang keluarga dan segera berlari ke arah pintu. Itu suara Wahyu, tentu saja. "Hey Dek, maaf Mas Yu pulang telat. Kamu lagi ngapain?"

"Lagi nonton Supernatural sama Kak Nathan," terdengar suara Risma menjawab. Nathan mulai membayangkan kalau ia punya adik—heck, tapi menjadi anak tunggal banyak keuntungannya. "Mas Yu kenapa telat pulangnya?"

"Permisi."

Badan Nathan langsung membeku di tempat. Dia tidak mengenal suara siapa yang mengatakan kalimat terakhir, suaranya berat meski sepertinya Nathan pernah mengenalnya di suatu tempat. Yang jelas pemilik suara itu orang asing dan Nathan langsung berdiri dari posisi tidurannya di sofa, segera menyuusul Risma di ruang tamu.

"Eoh?!" Nathan mengangkat alisnya dengan tangan dimasukkan ke saku celana ketika menemukan Wahyu berada di ruang tamu bersama Risma sementara ada seorang pemuda lain berdiri di ambang pintu rumahnya. Seorang pemuda yang menjadi anggota baru klub futsal, siapa namanya? Indri, Ikrar Ismail—ah entahlah, Nathan hanya bisa mengingat nama pemuda itu berawalan dari I.

"Hai," sapa pemuda itu—anggap saja namaya Indri—dengan senyum tipis tersunging di wajahnya. Senyum yang benar-benar tipis. "Nama gue Indra dan Wahyu bilang dia serumah sama lo untuk sementara waktu. Rumah lo gede dan bagus banget, gue suka."

Nathan adalah seseorang yang tidak biasa dengan pujian yang terkesan amat kasual, apalagi pujian itu menyangkut ke sebuah objek mati. "Oh," jawab Nathan singkat dan datar. Dia tidak tahu harus berbicara apa, karena si Indra ini adalah orang yang baru ditemuinya beberapa hari lalu. Alih-alih kembali fokus pada Indra, Nathan mengalihkan pandangannya ke Wahyu. Wahyu balas memandangnya. "Lo abis dari mana?" tanya Nathan tepat pada intinya.

"Dari taman deket rumahnya Indra. Gue abis riset beberapa hal sama Indra, dan itu seru. Apalagi tamannya juga luas," jawab Wahyu dengan panjang lebar, benat-benar tipikal dari Wahyu sendiri. Nathan terdiam menatap Wahyu, tidak mengerti mengapa Wahyu segan menghabiskan waku dengan orang yang baru dikenalnya. "Sebagai Kapten, gue merasa senang dan puas untuk hari ini."

Indra mengulas senyum, tapi kali ini adalah senyum hangat yang membuat Nathan mengangkat alisnya. Ada perbedaan dari senyumnya pada Nathan dan senyumnya pada Wahyu. Sebuah bentuk diskriminasi bagi Nathan. "Lain kali kita ke sana lagi." Kata Indra dengan tenang meski senyum tetap tidak luput dari wajahnya.

Mata Nathan kembali terarah ke Wahyu. "Lo cuma berduaan sama Indra tadi?" tanya Nathan dalam desisan rendah. Wahyu langsung melempar tatapan kotor ke arahnya.

"Enggaklah, ngapain juga berduaan. Gue tadi bareng Kak Mifan juga, soalnya tadi pas gue sama Indra mau cabut kebetulan aja Kak Mifan dateng. Ya sudah gue ajak dia," jawab Wahyu, menyeringai kecil entah kenapa. "Gak ada urusannya sama lo gue jalan sama siapa kan?"

Wajah Nathan langsung berubah menjadi datar bercampur dingin lalu menoleh ke Indra yang berdiri di ambang pintu rumahnya. "Lo masih berdiri di situ? Gue kira udah pulang," cetus Nathan, mengangkat alisnya dengan cuek kepada Indra. "Oh iya, lo belum pamitan sama Wahyu yah. Sana deh pamitan, jangan lupa Yu nanti kunci pintunya nanti."

Kemudian Nathan hanya melengos pergi dari ruangan dengan kedua tangan dimasukkan ke saku. Dia melempar tatapan dingin sekilas kepada Indra dan Indra membalasnya dengan cengiran, membuatnya yakin bahwa Indra sudah masuk ke daftar hitam miliknya.

Just watch it out.

.

Wahyu

Personal Taste [BoyxBoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang