15. Side Effect, Starring You and Me

17.9K 1.5K 83
                                    

[Headnote: OMG My Works tampilannya baru XD Meski sedikit lebih ribet, space buat nulisnya jauh lebih enak. You need to check that out! /gakpenting.]


Wahyu

Angin berhembus lembut, meniupkan helaian rambut Wahyu yang sudah mencuat di sana-sini. Es krim rasa keju yang tengah dimakannya benar-benar membangkitkan semangatnya, terlebih lagi kini penampilannya benar-benar baru.

Dengan sebuah kacamata berminus kecil bertengger di depan matanya.

"Makasih lo Ndra udah nemenin gue beli kacamata. Meski ujung-ujungnya harus minjem duit lo juga sih," Wahyu tertawa kecil lalu menjilat es krimnya. Indra sendiri ikut tertawa dengan kedua tangan dimasukkan ke saku. "Lo tau sendiri kan, aslinya mau bareng sama Setan. Eh tau-taunya setannya sibuk."

Serius, tenggorokan Wahyu terasa hampir tercekat ketika mengatakannya. Tetapi dia beruntung dia masih bisa mengatakannya dengan lancar sambil tersenyum. "Enggak apa-apa. Lagipula lo keliatan makin ganteng pake kacamata." Jawab Indra, menyeringai kecil. Wahyu meninju bahu Indra dengan main-main.

Andai saja Indra tidak menyatakan perasaannya pada Wahyu, mungkin Wahyu akan membalikkan perkataan Indra dengan basa-basi 'oh-ya-lo-lebih-ganteng' yang sebenarnya merupakan fakta. Atau lebih tepatnya, opini dari kebanyakan siswa (karena Wahyu yakin jika ia menanyakan siapa yang lebih tampan antara dirinya dengan Indra ke Kusuma, Kla, Faisal, dan Geovan—ketiganya akan menggeleng dan menunjuk Mike sebagai yang paling tampan. Dasar pemuja bule).

"Ay ay, gue anggap itu sebagai hinaan. Karena gue berasa kayak seorang wallflower dengan kacamata ini," gumam Wahyu, kembali memakan es krimnya. Dia memang merasa aneh menggunakan kacamata, selama enam belas tahun matanya dalam kondisi sangat baik dan baru lima belas menit lalu ia keluar dari sebuah optik dan divonis mengidap minus. "Tapi untunglah gue ganteng. Tunggu, kapan gue jelek?"

Indra kembali tertawa sebelum mengangkat alisnya dengan main-main. "Ganteng itu relatif, Yu. Berdasarkan opini dan sudut pandang. Hasilnya bakalan beda-beda di setiap orang. Mungkin bagi gue sekarang lo ganteng, tapi bagaimana dengan semua orang yang ada di sini?" tanya Indra dan Wahyu menghela nafas.

"Gue tau lo anak IPS. Berhenti berbicara layaknya lo Sosiolog dan gue adalah seorang introvert bermasalah," kata Wahyu, mulai memakan cone es krimnya. Es krim rasa keju akan menjadi salah satu hal terbaik yang pernah ia rasakan di dunia. "Ya ya, gue gak tau gimana pandangan pejalan kaki di sini soal gue."

"Bagi gue lo bakalan terus ganteng setiap saat," ujar Indra santai, dan pada saat itulah hati Wahyu terasa mencelos. "Tapi lo juga manis. Ganteng dan manis, lo berada di antara keduanya."

Tangan Wahyu beranjak untuk mengelus tengkuknya sendiri sebelum ia tertawa canggung. Angin berhembus makin keras dan dari sanalah Wahyu menyadari bahwa awan mendung menggantung di atas mereka. Dia melempar tatapan pada Indra sementara Indra tetap memandangi dirinya dengan senyum hangat. Wahyu yakin ia tidak bisa tersenyum sehangat itu—Mike dan Faisal mungkin bisa.

"Maaf ya, Ndra."

Indra langsung mengangkat alisnya. "Maaf kenapa?" tanyanya.

Wahyu tersenyum samar, amat samar. "Lo harusnya udah nyampe rumah saat ini. Sekarang gue malah minta lo buat nemenin gue ke sini," kemudian Wahyu terkekeh kecil. "Nathan emang kampret terkadang."

"Terkadang? Bukannya dia kampret setiap saat ya," Indra merangkul bahu Wahyu dengan santai. Wahyu hampir saja melonjak ketika menyadari ada sebuah lengan melingkarinya, tapi dia hanya menerimanya. Rasanya tidak enak jika menyingkirkan tangan Indra begitu saja. "Lo gak usah minta maaf. Kebetulan aja gue lagi kosong, pertamanya mau nongkrong sama anak IPS lainnya. Tapi kebetulan lo minta gue temenin, ya gue temenin."

Personal Taste [BoyxBoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang